KESEHATAN | TD – Teknologi trombektomi, yakni teknik modern mengatasi stroke dengan mengangkat bekuan darah dalam pembuluh, terus mengalami perkembangan. Salah satu yang mutakhir, yakni milli-spinner thrombectomy (trombektomi pemintalan mili) hadir dari penelitian Renee Zhao dan Jeremy Heit di Stanford. Rilisan mengenai teknologi trombektomi baru ini ada dalam jurnal Nature, 11 Juni 2025.
Salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia adalah stroke. WHO merilis terdapat 6,7 kasus kematian dengan penyebab stroke pada tahun 2012. Sedangkan IHME (Institute for Health Metrics and Evaluation) mencatat bahwa stroke telah menjadi pemicu 19,42 persen dari seluruh kasus kematian di Indonesia pada 2019.
Angka kematian tersebut juga menunjukkan pertambahan setiap tahun. World Stroke Organization mencatat terdapat 12,2 juta kasus baru setiap tahun untuk stroke. Sedangkan di Indonesia, Kemkes mencatat penderita stroke dari 2013 hingga 2018 meningkat tajam. Yakni dari 7 orang per seribu penduduk menjadi 10,9 orang per seribu, atau 56 persen.
Stroke juga menyebabkan kecacatan atau disabilitas. Angka disabilitas yang disebabkan oleh stroke mencapai 11,2 persen dari seluruh penderita disabilitas.
Pada stroke, pembuluh darah tersumbat oleh gumpalan yang terbentuk oleh protein dan sel darah merah. Ini menyebabkan terhentinya pasokan oksigen di dalam jaringan otak. Hal ini berbahaya karena dapat mematikan sel-sel dalam jaringan tersebut hanya dalam waktu beberapa menit.
Penggumpalan darah yang dapat berujung stroke dapat terjadi baik pada pembuluh darah otak maupun pada pembuluh darah organ lainnya, seperti jantung dan arteri besar di dada dan leher.
Kondisi penggumpalan dalam pembuluh darah tersebut dapat dipicu oleh penyakit hipertensi, kolesterol, obesitas, rokok, dan diabetes. Selain itu, usia yang menua di atas 55 tahun juga menjadi penyebab penyakit ini rentan terjadi.
Trombektomi merupakan teknik untuk menghilangkan gumpalan pada pembuluh darah. Gumpalan sel darah atau trombus harus dihilangkan. Pada 1980, pelarutan trombus dilakukan dengan pengobatan intra-arterial. Namun, obat ini hanya memberikan hasil terbatas. Para pasien yang gagal sembuh pun akhirnya menderita disabilitas karena kerusakan sel otak.
Di sekitar tahun 2000, penanganan stroke mulai menggunakan trombektomi mekanis. Di sini, gumpalan darah disedot langsung pada arteri. Tetapi metode ini mempunyai kelemahan. Gumpalan yang tersedot akan memanjang dan dapat terputus. Jika demikian, sisa gumpalan akan tergelincir dan menempati posisi dalam pembuluh yang sukar diakses.
Dalam perkembangannya, teknik trombektomi semakin berhasil dengan inovasi yang semakin efektif dalam menangkap trombus dan mengeluarkannya dari pembuluh darah.
Dan pada tahun ini, perkembangan teknik trombektomi semakin sempurna. Peneliti dari Stanford telah berhasil mengembangkan alat bernama milli-spinner thrombectomy. Alat ini memungkinkan gumpalan darah terpecah menjadi serat-serat yang terus berputar hingga membentuk bola-bola yang berukuran jauh lebih kecil. Terurainya gumpalan menjadi bola-bola kecil ini menghindarkan terpecahnya pembuluh darah atau terputusnya gumpalan seperti yang terjadi pada trombektomi manual. Alat milli-spinner kemudian mengarahkan bola-bola tersebut dengan pengisap dari tabung yang berputar dengan sangat cepat. Ini memudahkan pengeluarannya. Keberhasilan metode ini mencapai 90 persen.
Demikianlah trombektomi pemintalan mili yang menjadi teknologi mutakhir dalam penyembuhan stroke. (Pat)