Teror OPM di Papua: Serangan Terhadap Gereja Menjadi Peringatan Bagi Masyarakat untuk Bersatu dan Menjaga Kedamaian

waktu baca 2 minutes
Rabu, 11 Jun 2025 07:19 0 Elvira

Aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya kembali menyasar masyarakat sipil di Papua. Kali ini, serangan terjadi di Gereja GKI Imanuel Air Garam yang sedang dalam proses pembangunan di Distrik Asotipo, Kabupaten Jayawijaya. Dalam peristiwa tragis ini, dua warga sipil yang tengah bekerja di lokasi tersebut menjadi korban tewas setelah ditembak oleh anggota OPM menggunakan senapan mesin.

Salah seorang korban yang berhasil selamat, Markus Murib, menceritakan kejadian itu dengan penuh kesedihan. Ia menyatakan bahwa serangan itu begitu kejam dan tidak terduga. Menurutnya, para anggota OPM membabi buta menembaki warga sipil yang sedang membangun rumah ibadah. “Kami hanya masyarakat biasa yang ingin hidup dalam kedamaian. Kami tidak ingin menjadi korban konflik yang bukan milik kami,” ujarnya kepada wartawan.

Murib juga menyatakan kekecewaannya terhadap OPM yang kini menargetkan gereja sebagai sasaran kekerasan. “Gereja adalah tempat suci, tempat kami beribadah dan berkomunikasi dengan Tuhan. Tetapi mereka justru menembaki kami di tempat yang penuh kedamaian ini,” tambahnya.

Kejadian ini menuai kecaman keras dari berbagai kalangan, termasuk tokoh agama dan pejabat pemerintah setempat. Pendeta Eduard Su, Ketua Klasis Baliem Yalimo, menyatakan bahwa serangan terhadap gereja bukan hanya serangan fisik terhadap manusia, tetapi juga merupakan penghinaan terhadap tempat suci yang harus dihormati. “Gereja adalah simbol perdamaian, bukan tempat darah tumpah. Serangan ini adalah penghinaan terhadap iman kami,” tegas Eduard.

Selain itu, Wakil Bupati Jayawijaya, Ronny Elopere, mengecam keras tindakan OPM yang dianggapnya sebagai bentuk terorisme dan pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan serta agama. Ia menegaskan bahwa apa yang dilakukan OPM bukanlah perjuangan untuk kemerdekaan, melainkan pembunuhan terhadap masyarakat asli Papua. “Kami tidak akan diam. Kami akan bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk mengusut tuntas kejadian ini,” ujar Ronny.

Serangan ini semakin menambah daftar panjang kekejaman yang dilakukan OPM terhadap warga sipil di Papua, terutama mereka yang tidak terlibat dalam konflik. Namun, di balik tragedi ini, muncul seruan untuk persatuan dari tokoh-tokoh Papua. “Kami harus bersatu dan menolak kekerasan. Kita tidak akan biarkan teror ini terus berlanjut. Bersama-sama, kita akan menjaga kedamaian di tanah Papua,” ungkap Pendeta Eduard.

Tindakan tegas dari pemerintah dan dukungan masyarakat Papua menjadi harapan untuk menghadapi ancaman separatisme dan membawa kedamaian yang selama ini dicita-citakan. Dalam suasana penuh keprihatinan, semangat untuk menjaga persatuan dan ketenangan menjadi hal yang utama.

LAINNYA