KESEHATAN | TD – Dalam dunia kesehatan mental, pemanfaatan karya sastra, khususnya puisi, telah digunakan sebagai sarana untuk terapi.
Dalam terapi puisi, kekuatan kata-kata dapat membantu seseorang untuk mengenali emosi, pikiran, dan pengalaman pribadi. Sehingga orang tersebut memahami dan mampu mengendalikan emosi, trauma, dan bahkan memulihkan kembali kondisi mentalnya dengan lebih baik.
Terapi puisi sebenarnya telah ada sejak abad ke-19. Saat itu, seorang psikiater dari Pennsylvania Hospital menganjurkan pasiennya untuk menulis puisi dalam sesi perawatan terapi. Puisi tersebut kemudian diterbitkan dalam koran The Illuminator pada tahun 1843.
Dalam jurnal penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, disebutkan bahwa metode terapi puisi telah digagas dalam metode terapi oleh Benjamin Rush tahun 1800 .
Dan Robert Graves, salah seorang penyair, menuliskan pada tahun 1922:
“Antologi yang baik merupakan rumah obat yang lengkap untuk gangguan mental, dan dapat digunakan untuk pencegahan maupun penyembuhan.”
Penelitian kemudian terus dilakukan untuk menemukan metode yang tepat dalam penggunaan puisi sebagai sarana terapi. Terlebih, karena puisi tidak mempengaruhi setiap orang dengan cara yang sama. Apalagi, pakar Robert Hauven Schauffler pada 1925 menunjukkan bahwa penggunaan puisi secara sembarangan justru berbahaya.
Penjelasan mengenai tepatnya puisi, dan juga beberapa seni lainnya (melukis, bermain musik), menjadi sarana yang berguna dalam terapi kesehatan mental dapat dilihat dari teori Freudian. Yaitu bahwa “ketidaksadaran, harapan instinctual dam konflik-konflik bertanggung jawab pada produksi fantasi dan karya sastra”.
Puisi mempunyai unsur-unsur yang dapat membantu seseorang dalam masa pemulihan kesehatan mental. Unsur-unsur tersebut yaitu:
1. Gaya bahasa yang ekspresif dan kuat.
Gaya bahasa, seperti metafora, personifikasi, dan simile, memberikan kesan unik dan menyenangkan sekaligus komunikatif. Penggunaan gaya bahasa puisi juga menghasilkan kata-kata yang lebih kuat dari pada gaya bahasa sehari-hari sehingga dapat lebih bulat dalam menyalurkan makna.
2. Imajinatif.
Dengan menuliskan puisi, pasien dapat memvisualisasikan pengalaman dan emosi dalam cara yang menarik. Mereka juga dapat melakukan eksperimen imajinatif hingga semua beban yang ada dalam pikiran dan perasaan dapat didefinisikan dan dikenali melalui kata-kata yang lebih jelas.
3. Rima dan nada.
Rima dan nada dalam puisi yang teratur dan lembut dapat memberikan efek relaksasi pada pikiran dan perasaan yang tertekan.
4. Struktur.
Dengan menulis puisi dengan struktur yang baik, pasien dapat belajar mengorganisir atau mengelola pikiran dan perasaan mereka.
5. Kelompok diskusi.
Sebuah diskusi puisi dalam kelompok terapi dapat menciptakan rasa kebersamaan dan saling dukung agar masing-masing pasien segera sembuh. (Pat)