Tak Selalu Wangi: Kisah Gilang Margi di Balik Omzet 40 Juta Gudang Parfum Import

waktu baca 4 minutes
Senin, 14 Apr 2025 11:30 0 Elvira

“Lahir miskin bukan salahmu. Tapi mati miskin? Itu tanggung jawabmu sendiri.” Bagi Gilang Margi Nugroho, pendiri Gudang Parfum Import, kalimat ini bukan sekadar motivasi—ini adalah bahan bakar untuk terus maju. Bisnis yang ia bangun dari nol kini berkembang pesat. Gudang Parfum Import mengirim lebih dari 1.500 botol parfum setiap harinya, dengan omzet mencapai Rp40 juta. Namun, di balik kesuksesan ini, ada cerita tentang kegigihan seorang pemuda yang hidup dalam keterbatasan, mencoba berbagai hal, gagal berkali-kali, hingga akhirnya menemukan “aroma kesuksesan” dari jalan yang penuh tantangan.

27 Tahun Tinggal di Kontrakan
Lahir dan dibesarkan dalam keluarga sederhana, Gilang menghabiskan 27 tahun pertama hidupnya di rumah kontrakan. Kondisi ekonomi keluarganya jauh dari ideal, namun justru dari keterbatasan ini lahir mental yang tangguh.

Sejak SD, Gilang sudah belajar berdagang—bukan karena pilihan, tapi karena kebutuhan. Ia berjualan agar bisa membeli jajanan seperti teman-temannya atau sekadar membantu keuangan orang tua.

“Saya pernah jualan gorengan, celana dalam, casing laptop—apa saja yang bisa dijual, saya coba,” kenangnya dalam dokumenter Sekali Seumur Hidup.

Sejak muda, ia sudah terbiasa menekan rasa malu dan gengsi. Ia menyadari bahwa hidup bukan tentang terlihat keren, tetapi tentang bertahan hidup.

Gagal Bisnis Berkali-kali
Sebelum menemukan jalannya di dunia parfum, Gilang sudah mencoba berbagai usaha. Ia tak takut untuk memulai dan yang lebih penting, tak takut gagal. Dari usaha kecil-kecilan hingga bisnis kuliner, perjalanan bisnisnya penuh dengan percobaan.

Puncak sementara karier bisnisnya terjadi dengan restoran Kepiting Nyinyir. Bisnis kuliner ini berkembang pesat, dengan lima cabang dan lebih dari 60 karyawan. Namun, pandemi COVID-19 datang menghantam. Jumlah pengunjung menurun drastis, biaya operasional melonjak, dan pasar cepat berubah. Gilang terpaksa menutup cabang demi cabang.

“Hari yang paling berat adalah ketika saya harus PHK karyawan satu per satu. Karena saya tahu itu bukan hanya soal kehilangan pekerjaan, tetapi juga keluarga yang kehilangan nafkah,” ujar Gilang.

Saat ini, hanya satu cabang yang masih bertahan. Namun, dari kegagalan itu, ia memetik banyak pelajaran penting tentang manajemen, tanggung jawab, dan kepedulian sosial.

Gudang Parfum Import: Membangun Bisnis yang Memberdayakan
Pada tahun 2023, Gilang memulai bisnis baru: Gudang Parfum Import. Namun, sejak awal, bisnis ini bukan hanya untuk mencari keuntungan. Ia ingin membuka peluang bagi banyak orang untuk berbisnis, terutama mereka yang tidak memiliki modal besar, jaringan, atau pengalaman.

Mengapa parfum? Menurutnya, parfum adalah produk yang sangat fleksibel: mudah dijual, memiliki margin keuntungan yang baik, dan dapat dipasarkan tanpa harus memiliki toko fisik.

“Saya tahu banyak orang yang ingin berbisnis, tapi tidak punya teman, lingkungan, atau rasa percaya diri. Di sinilah saya ingin hadir sebagai penghubung antara mimpi dan peluang,” jelasnya.

Gudang Parfum Import menawarkan skema bisnis parfum yang fleksibel dan terjangkau, mulai dari Rp1,8 juta. Tanpa target penjualan atau batasan harga pasar, mitra bebas menentukan margin dan strategi penjualan mereka sendiri. Skema ini membuka peluang bagi siapa pun—termasuk yang bermodal kecil—untuk membangun merek parfum tanpa hambatan besar.

Tidak Mengambil Gaji Selama Setahun
Satu hal yang jarang diketahui publik: Di tahun pertama membangun Gudang Parfum Import, Gilang tidak menggaji dirinya sedikit pun. Semua pendapatan bisnis diputar kembali untuk memperkuat cash flow dan ekspansi usaha.

“Selama setahun pertama membangun GPI, saya tidak menggaji diri sendiri,” ungkapnya.

Keputusan ini akhirnya membuahkan hasil. Seiring waktu, para reseller dan pelanggan mulai berkembang. Banyak dari mereka sekarang memiliki merek parfum sendiri dan menghasilkan pendapatan hingga puluhan juta rupiah per bulan.

Bukan Kaya Sendiri, Tapi Memberdayakan Banyak Orang
Bagi Gilang, kesuksesan bukan soal menjadi kaya raya atau memiliki aset besar. Menurutnya, ukuran kesuksesan sejati adalah: seberapa banyak orang yang bisa berkembang berkat kehadiran kita.

“Saya sangat bahagia ketika ada pelanggan yang bilang mereka bisa membawa orang tua mereka umrah, membeli mobil, atau bisnis mereka berjalan lancar. Bagi saya, itu tak bisa dibeli dengan uang.”

Cerita-cerita tentang reseller yang bisa membeli motor, menyekolahkan anak, atau memberangkatkan orang tua umrah adalah bagian dari kesuksesan yang paling membekas di hati Gilang.

Jangan Tunggu Sempurna untuk Memulai
Dari semua pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Gilang, satu hal yang paling relevan adalah ini: kita tidak perlu menunggu kondisi ideal untuk mulai melangkah.

“Tidak ada bisnis yang ideal. Yang ideal adalah bisnis yang kamu jalankan. Yang kamu usahakan. Yang kamu bangun dari apa pun yang ada di tangan.”

Gilang bukan berasal dari keluarga kaya. Ia bukan pewaris bisnis. Namun, ia memiliki keberanian untuk mencoba, gagal, belajar, dan bangkit lagi. Dari situ, aroma kesuksesan sejati perlahan muncul—bukan karena semuanya mudah, tetapi karena ia memilih untuk terus berjalan.

Sekali Seumur Hidup Dokumenter
🎥 Perjalanan Hebat #JadiInspirasi
🎬 Dokumenter untuk Branding & Marketing

LAINNYA