TANGERANG | TD – Setelah inisiatif dalam negeri untuk membatasi dan bahkan menghentikan ekspor bahan tambang mineral demi meningkatkan perekonomian, kini Cina menyusul membatasi ekspor beberapa mineral penting dengan kepentingan serupa.
Dikutip dari sebuah laporan tertulis pada 12 Juli 2023, China telah menetapkan kebijakan membatasi ekspor dua logam utama hasil produksinya, yakni germanium dan galium. Pembatasan ekspor ini juga mewajibkan adanya lisensi khusus dalam distribusi kedua bahan tersebut mulai 1 Agustus nanti, dikutip dari instagram @energiefahrer.
Germanium dan galium adalah dua bahan penting yang digunakan dalam pembuatan chip komputer berkecepatan tinggi yang digunakan di sektor pertahanan dan energi terbarukan.
Pembatasan tersebut sontak memicu respon kritik dari negara-negara yang memerlukan kedua bahan logam tersebut. Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, mengatakan seharusnya kebijakan Cina mengarah ke diversifikasi ketimbang memutus rantai pasokan logam ke luar negeri.
Sedangkan Uni-Eropa mempertanyakan pembatasan tersebut apakah telah memperhatikan implikasi keamanan dan mematuhi Organisasi Perdagangan Dunia.
Critical Raw Materials Alliance (CRMA) memiliki data bahwa Cina selama ini telah memproduksi 60% kebutuhan germanium dunia. Cina juga memproduksi 80% kebutuhan gallium dunia
Pembatasan Cina dalam ekspor germanium dan galium tersebut membuat petinggi Global Minning Association of China, Peter Arkell, mengatakan harapannya akan adanya negara pengganti Cina yang dapat memasok kebutuhan kedua logam penyusun chip tersebut.
“Adalah khayalan untuk menyarankan bahwa negara lain dapat menggantikan China dalam waktu singkat atau bahkan dalam jangka waktu menengah,” ucap Peter Arkell. (*)