KABUPATEN TANGERANG | TD — Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang akan memeriksa sumur warga di Desa Gembong dan Desa Sumur Bandung, Jayanti yang diduga tercemar.
“Kami akan cek,” ujar Kepala DLHK Kabupaten Tangerang Ahmad Taufik, Kamis 30 September 2021.
Sebelumnya, kata dia, pihaknya sudah menerima pengaduan pencemaran lingkungan yang diduga berasal dari PT Mayora Indah Tbk, Jayanti.
“Kami sudah terima laporannya sekitar 4 bulan yang lalu, dan sebulan yang lalu,” kata dia.
DLHK Kabupaten Tangerang, kata Taufik, sudah menerjunkan personelnya ke lokasi. “Nanti kami cek lagi, sudah kami panggil juga untuk diperbaiki.”
Terkait sumur warga yang diduga tercemar, Taufik akan memastikan sumber pencemar. “Kami akan cek lagi ke lapangan. Kami juga belum tahu, apakah di sebelah kiri dan kanan PT Mayora ada pabrik lagi,” kata dia.
Sebelumnya diberitakan, warga yang tinggal di sekitar pabrik PT Mayora Indah Tbk Jayanti mengeluhkan perubahan warna dan rasa pada air sumur mereka.
“Kalau dulu airnya jernih, bening, segar seperti air mineral. Sekarang keruh dan kekuningan,” ujar Ahmad Almufti, warga kampung warga kampung Jatake, Desa Gembong, Kecamatan Balaraja saat ditemui di rumahnya, Selasa 28 September 2021.
Selain keruh, kata Ahmad, air sumur mereka berubah rasa dan volume airnya menjadi sedikit. “Rasanya gak enak aja untuk diminum dan airnya tidak sebanyak dulu,” ucapnya.
Karena perubahan air sumur itu, Ahmad dan keluarganya kini menggunakan air PAM untuk keutuhan makan dan minum.
Hal yang sama juga dirasakan Siti Arnaningsih, warga Kampung Kramat, Desa Sumur Bandung, Kecamatan Jayanti. “Air sumur berubah warna keruh, kekuningan dan kadang berbau apek,” kata Arna.
Arna dan keluarganya tinggal bersebelahan dengan pabrik makanan dan minuman itu yang hanya dibatasi satu bangunan dan tembok beton setinggi tiga meter.
Menurut dia, perubahan air sumur di rumah itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. “Dulu airnya bersih bisa dipakai minum, kalau sekarang agak ragu untuk diminum karena keruh dan kadang berbau,” ujarnya sambil menunjukan air di dalam ember berwarna putih. “Lihat saja endapan kuning diember dan kamar mandi.”
Untuk mengakali agar air tidak terlalu kotor, Arna dan keluargnya menampung dan menyaring air di bak penampungan.”Tapi air tetap keruh dan jika dipakai mencuci baju putih lama kelamaan baju akan berubah kuning kecoklatan.”
Karena khawatir air itu berbahaya jika dikonsumsi, Arna dan keluarga terpaksa membeli air mineral untuk kebutuhan minum. “Kami sudah tiga kali membuat sumur bor, hasilnya sama saja airnya gak enak,” ujarnya. (Red/Rom)