JAKARTA | TD – Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak para jurnalis di Indonesia, baik dari media cetak maupun elektronik, untuk lebih aktif dalam menyuarakan penolakan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh penjajah Zionis Israel, terutama yang menimpa jurnalis dan pekerja media di Palestina.
“Kami mendesak jurnalis Indonesia dan internasional untuk lebih berani dalam menyuarakan perlindungan bagi jurnalis di Palestina,” ungkap Dr. KH M Zaitun Rasmin, LC., MA, Ketua Komite Pelaksana ARI-BP yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI, dalam acara “Diskusi dan Konferensi Pers Solidaritas Media untuk Gaza” di Jakarta pada Kamis, 14 Agustus.
Dalam diskusi tersebut, turut hadir KH Oke Setiadi, M.Sc, Sekretaris Komite Pelaksana ARI-BP dan Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri MUI, serta Wartawan Senior Republika, Zamzami. Acara ini dimoderatori oleh Aat Surya Safaat, Wartawan Senior dan Wakil Sekretaris Komisi Infokom MUI.
Diskusi dan konferensi pers ini diadakan sebagai respons terhadap situasi darurat yang mengancam rakyat Palestina di Gaza, khususnya jurnalis dan pekerja media yang menjadi sasaran serangan tentara Zionis Israel.
Sebelumnya, pada 10 Agustus 2025, dilaporkan bahwa penjajah Zionis Israel kembali melakukan tindakan brutal dengan membunuh lima jurnalis di Gaza. Mereka tewas seketika setelah tenda awak media yang berada di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza Utara, dibom oleh tentara Israel.
Kelima jurnalis yang kehilangan nyawa dalam insiden tersebut adalah Anas Al-Sharif dan Muhammad Qreiqa, keduanya koresponden Al-Jazeera, serta Ibrahim Zahir, Mu’min Aliwa, dan Muhammad Nofal, yang merupakan fotografer dan asisten fotografer.
Pembunuhan terhadap para jurnalis ini dilakukan secara sengaja, menunjukkan penargetan langsung terhadap mereka. Dengan insiden terbaru ini, jumlah jurnalis yang dibunuh oleh penjajah Israel di Jalur Gaza sejak dimulainya genosida pada 7 Oktober 2023 kini mencapai 304 orang.
Angka tersebut mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah, bahkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jurnalis yang tewas selama Perang Dunia I dan II, Perang Vietnam, serta Perang Afghanistan. Secara keseluruhan, lebih dari 61.700 orang telah kehilangan nyawa akibat kekejaman tentara Israel, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
KH Zaitun menegaskan bahwa serangan tentara Zionis Israel terhadap jurnalis dan institusi media merupakan kejahatan perang yang nyata. Penjajah Israel berusaha membungkam kebenaran dan menghapus jejak kejahatan genosida, sebagai bagian dari rencana untuk menutupi pembantaian brutal yang telah dan akan dilakukan di Jalur Gaza.
Sementara itu, KH Oke Setiadi, Sekretaris Komite Pelaksana ARI-BP dan Wakil Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, menekankan bahwa upaya menyelamatkan masyarakat di Gaza bukan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu, tetapi merupakan upaya untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.
“Menyelamatkan saudara-saudara kita di Gaza bukan hanya untuk melindungi masyarakat di wilayah tersebut, tetapi juga untuk menyelamatkan seluruh umat manusia,” jelas Oke Setiadi.
Ia menambahkan bahwa terbunuhnya lima jurnalis di Gaza baru-baru ini mencerminkan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan di dunia. Kecaman terhadap pendudukan Zionis Israel di Gaza tidak hanya datang dari umat Islam, tetapi juga meluas secara global, mengingat Israel juga menargetkan penghancuran gereja-gereja di Jalur Gaza. (*)