KESEHATAN MENTAL | TD – Istilah “Sad Beige Mom” (SBM) baru-baru ini muncul dan menjadi perbincangan hangat di media sosial, khususnya platform seperti Instagram dan TikTok. Istilah ini merujuk pada fenomena ibu-ibu yang merasa terbebani, kelelahan, dan kehilangan jati diri di tengah tuntutan peran sebagai ibu rumah tangga dan profesional, yang sering kali diwakilkan melalui estetika visual yang monoton dan “beige” – warna netral yang dianggap membosankan dan mewakili perasaan hampa.
Namun, Sad Beige Mom bukan sekadar tren estetika, tetapi juga mencerminkan krisis identitas dan kesejahteraan mental yang dialami banyak ibu di masa kini. Pemahaman yang mendalam terhadap fenomena ini penting untuk mencegah dampak negatifnya terhadap anak-anak.
Sad Beige Mom bukan sekadar ibu yang lelah. Ia memiliki karakteristik yang lebih kompleks dan multifaset:
Sad Beige Mom mengalami kelelahan fisik dan mental yang ekstrem, yang disebabkan oleh beban tanggung jawab ganda (atau bahkan tiga: ibu rumah tangga, pekerja profesional, dan pengasuh utama anak). Di antaranya tidur yang kurang, waktu istirahat yang minim, dan tuntutan tanpa henti mengakibatkan kelelahan yang berkelanjutan dan sulit dipulihkan.
Tuntutan peran sebagai ibu sering kali mengaburkan identitas individual. Sad Beige Mom merasa kehilangan minat dan passion di luar peran keibuannya. Mereka mungkin merasa kehilangan koneksi dengan diri sendiri dan tujuan hidup di luar mengurus keluarga.
Meskipun tidak selalu menjadi ciri utama, banyak Sad Beige Mom merepresentasikan perasaan hampa mereka melalui estetika visual yang “beige” – warna-warna netral dan monoton yang mencerminkan rasa kehilangan energi dan gairah. Ini bukan sekadar pilihan estetika, melainkan refleksi dari kondisi internal mereka.
Sad Beige Mom sering merasa bersalah karena tidak dapat memenuhi semua ekspektasi yang diletakkan pada mereka – baik dari masyarakat, pasangan, atau bahkan diri mereka sendiri. Mereka merasa tidak cukup baik sebagai ibu, istri, atau profesional, yang memperburuk kondisi mental mereka.
Kurangnya jaringan dukungan sosial yang kuat dapat memperparah perasaan terisolasi dan kesepian yang dialami Sad Beige Mom. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk berbagi beban dan mencari bantuan dari orang lain.
Ironisnya, media sosial yang sering kali menjadi tempat berbagi dan koneksi, dapat menjadi faktor penguat perasaan tidak cukup. Eksposur terhadap citra ibu-ibu yang tampak sempurna dan bahagia dapat meningkatkan perasaan iri dan ketidakmampuan untuk mencapai standar yang tidak realistis.
Kondisi mental ibu memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan anak. Sad Beige Mom yang mengalami kelelahan dan depresi dapat secara tidak langsung berdampak negatif terhadap anak-anaknya dalam beberapa cara:
Anak-anak sangat sensitif terhadap emosi orang tua. Ibu yang tertekan dan kelelahan mungkin menunjukkan emosi negatif seperti mudah marah, kecemasan, dan depresi, yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental anak. Anak mungkin mengalami perubahan perilaku, seperti menjadi lebih pendiam, agresif, atau mengalami masalah tidur.
Kelelahan kronis dapat menghambat kemampuan ibu untuk memberikan pengasuhan yang responsif dan penuh perhatian. Interaksi yang kurang berkualitas dapat mengganggu perkembangan sosial-emosional anak dan menimbulkan rasa tidak aman. Hal ini dapat memicu masalah perilaku dan kesulitan adaptasi di kemudian hari.
Ketidakstabilan emosi ibu dapat membuat anak merasa tidak aman dan cemas. Mereka mungkin kesulitan memprediksi reaksi ibu dan merasa tidak terlindungi. Ketidakpastian ini dapat menghambat perkembangan kepercayaan diri dan kemandirian anak.
Ibu yang terlalu lelah mungkin memiliki keterbatasan dalam memberikan stimulasi yang cukup bagi perkembangan anak, baik secara kognitif maupun emosional. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.
Kelelahan dan depresi dapat mengganggu ikatan emosional antara ibu dan anak. Kurangnya waktu berkualitas dan interaksi positif dapat menciptakan jarak dan mempengaruhi perkembangan hubungan yang sehat di masa mendatang.
Untuk mencegah dan mengatasi dampak negatif Sad Beige Mom terhadap anak, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan beberapa aspek:
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang fenomena SBM sangat penting. Membuka ruang untuk diskusi terbuka dan mengurangi stigma seputar kesehatan mental ibu sangat krusial.
Mendorong terciptanya sistem dukungan sosial yang kuat, baik dari keluarga, teman, komunitas, maupun profesional kesehatan mental, sangat penting. Grup dukungan ibu dapat menjadi tempat berbagi pengalaman dan mencari solusi bersama.
Ibu yang mengalami gejala SBM disarankan untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater. Terapi dapat membantu mengelola stres, mengatasi depresi, dan membangun kembali rasa percaya diri.
Pasangan dan anggota keluarga perlu berbagi tanggung jawab pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga. Dukungan dari pasangan menjadi kunci untuk mengurangi beban ibu.
Ibu perlu belajar menetapkan batasan yang sehat antara pekerjaan, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri. Prioritaskan kesehatan mental dan fisik ibu agar mampu memberikan pengasuhan yang optimal.
Ibu perlu meluangkan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan dan memberi energi positif. Ini akan membantu mengembalikan rasa percaya diri dan gairah hidup.
Mengurangi paparan media sosial yang dapat memicu perbandingan diri dan perasaan tidak cukup. Fokus pada kehidupan nyata dan membangun hubungan yang positif dengan orang-orang di sekitar.
Kesimpulannya, fenomena “Sad Beige Mom” merupakan indikator dari suatu masalah yang lebih besar terkait kesejahteraan mental ibu. Dampaknya terhadap anak-anak bisa sangat signifikan, sehingga pencegahan dan penanganan yang tepat sangat penting.
Membangun sistem dukungan yang kuat, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan mendorong pencarian bantuan profesional merupakan langkah-langkah krusial untuk melindungi kesehatan mental ibu dan menjamin perkembangan anak yang optimal.
Memahami SBM bukan sekadar memahami tren estetika, tetapi memahami krisis yang dialami banyak ibu dan dampaknya terhadap generasi mendatang. (Nazwa/Pat)