EKBIS | TD – Kelapa telah menjadi bahan pokok di banyak rumah tangga. Menjadi bahan dasar untuk membuat santan dalam opor ayam, kelapa parut untuk kue tradisional, hingga minyak kelapa untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, belakangan ini, banyak orang mengeluhkan lonjakan harga kelapa yang sebelumnya terjangkau, kini membuat dompet terasa lebih berat. Dari pasar tradisional hingga warung santan, kenaikan harga kelapa menjadi perbincangan hangat. Apa yang sebenarnya terjadi?
Dalam beberapa bulan terakhir, harga kelapa mengalami kenaikan signifikan di berbagai daerah. Di pasar tradisional, harga kelapa yang dulunya berkisar antara Rp8.000 hingga Rp10.000 per buah, kini melonjak hingga Rp20.000 atau lebih. Kenaikan ini berdampak pada harga santan siap pakai yang juga meningkat, membuat pelaku usaha kuliner dan ibu rumah tangga semakin resah.
Dr Dwi Andreas Santosa, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, menjelaskan bahwa lonjakan harga kelapa merupakan akibat dari beberapa faktor. Salah satunya adalah penurunan produksi akibat cuaca buruk yang menyebabkan gagal panen di daerah penghasil kelapa seperti Sumatera Barat, Sulawesi, dan Kalimantan. Selain itu, tingginya permintaan ekspor produk turunan kelapa, seperti santan dan minyak kelapa, juga mempengaruhi ketersediaan di pasar domestik.
“Kelapa adalah tanaman musiman yang sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Jika pola tanam terganggu, produksi akan menurun. Ketika permintaan tetap tinggi atau meningkat, harga di pasaran pun akan terdorong naik,” ungkap Dr. Andreas.
Data dari Kementerian Perdagangan juga menunjukkan bahwa biaya distribusi yang meningkat akibat kenaikan harga BBM turut berkontribusi pada kenaikan harga kelapa di pasaran.
Bagi ibu rumah tangga dan pelaku UMKM, lonjakan harga kelapa menjadi tantangan tersendiri. Harga bahan baku untuk produk olahan berbasis kelapa, seperti kue tradisional dan makanan bersantan, otomatis ikut naik. Banyak penjual yang terpaksa mengurangi porsi santan dalam masakan atau mencari alternatif lain.
Meskipun harga kelapa sedang tinggi, aktivitas memasak tidak perlu terhenti. Beberapa langkah cerdas yang bisa menjadi solusi antara lain membeli santan instan dalam kemasan yang harganya lebih stabil, menyimpan kelapa parut beku agar tidak perlu sering membeli, atau sesekali mengganti santan dengan susu atau krim nabati dalam beberapa resep.
Pakar kuliner Yulia Hendrawati juga menyarankan untuk membeli kelapa saat stok melimpah di pasar dan menyimpannya dengan baik. “Kelapa parut dapat disimpan di freezer dan bertahan hingga dua minggu tanpa mengurangi rasa,” jelasnya.
Kenaikan harga kelapa memang merepotkan, tetapi dengan informasi yang tepat dan langkah yang bijak, kita masih bisa menikmati masakan favorit tanpa terlalu khawatir. Semoga harga kelapa segera stabil dan aktivitas di dapur kembali lancar! (Nazwa/Pat)