Rita Ramayulis: Remaja adalah Kunci dalam Memutus Mata Rantai Stunting

waktu baca 3 menit
Jumat, 18 Agu 2023 10:12 0 231 Patricia Pawestri

TANGERANG | TD – Di antara banyaknya pakar kesehatan di Indonesia, ada satu orang perempuan yang sering muncul di media sosial untuk mempromosikan hidup sehat. Ia adalah Dr Rita Ramayulis.

Rita Ramayulis adalah seorang pakar kesehatan yang mengembangkan kemampuannya dalam bidang gizi dan telah menyumbangkan banyak tenaganya sebagai ahli gizi bagi para atlet olahraga.

Rita Ramayulis juga meduduki posisi ketua pada Asosiasi Ahli Gizi Olahraga Indonesia (ISNA). Organisasi ini mengembangkan kompetensi ahli gizi dalam sektor gizi dan kebugaran, dan bekerja sama dengan pemerintah dalam meningkatkan prestasi atlet olahraga serta kesehatan masyarakat Indonesia.

Latar belakang Rita Ramayulis adalah lulusan Diploma Pendidikan Gizi di Akademi Gizi Kementerian Kesehatan Kota Padang pada tahun 1993.

Ia juga berhasil menyelesaikan kuliah Diploma IV di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Jurusan Ilmu Gizi. Selain itu, Rita juga memperoleh gelar Magister Gizi dan Kesehatan di Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Sedangkan gelar Doktor ia peroleh dari pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia.

Rita Ramayulis dikenal sebagai konsultas nutrisi yang aktif di berbagai program dan institusi. Bahkan ia sempat mendapat kepercayaan menjadi ketua konsultan menu pada Sea Games 2012.

Ia juga menjadi konsultan nutrisi di program Employee Wellness di Iradat Konsultan, juga di Sekolah BPK Penabur di seluruh Jabodetabek, dan di Garda Medika Client Wellness.

Total rekanan perusahaan yang pernah menjalin kerja sama mengenai nutrisi dengan Rita Ramayulis berjumlah lebih dari seratus perusahaan dari seluruh Indonesia.

Sebagai ahli gizi, Rita Ramayulis sangat sering memberikan perhatiannya pada isu stunting. Stunting merupakan kondisi kekurangan nutrisi yang berlangsung lama dalam 1000 hari kehidupan pertama seseorang. Dimulai dari kelahiran hingga usia 3 tahun. Kondisi kekurangan gizi tersebut menjadi pemicu terhambatnya perkembangan otak serta tumbuh kembang tubuh balita.

Menurut Rita Ramayulis, sebenarnya kondisi stunting tidak hanya dapat terjadi karena perilaku ibu hamil, ibu menyusui, atau anak itu sendiri. Namun, juga oleh remaja yang merupakan calon orang tua.

Ia menjelaskan bahwa remaja yang malnutrisi dapat menyebabkan ibu hamil yang malnutrisi, yang melahirkan anak malnutrisi yang menjadi cikal bakal kelahiran bayi malnutrisi.

“Keadaan stunting itu adalah keadaan siklus,” ungkanya dikutip dari laman nationalgeographic.

“Keadaan hari ini akan menentukan keadaan-keadaan berikutnya,” lanjutnya.

“Jadi, remaja hari ini memang harus punya peran besar terhadap perubahan yang harus dia lakukan, perubahan untuk dirinya sendiri,” jelas Rita yang menekankan bahwa remaja adalah salah satu kunci untuk memutus rantai malnutrisi yang terjadi selama ini.

Untuk itu para remaja dianjurkan memperhatikan bahan makanan yang mereka konsumsi, yaitu bahan makanan yang bergizi dan diolah dengan baik pula. (*)

Unggulan

LAINNYA