TANGERANG | TD – Arthur Rimbaud dan Paul Verlaine adalah dua tokoh penulis yang masyhur karena kelindan keduanya dalam hubungan yang unik sekaligus sebagai sastrawan.
Rimbaud dan Verlaine merupakan penyair yang menjadi tokoh dalam aliran sastra simbolisme. Aliran ini menggunakan simbol-simbol untuk mengekspresikan pemikiran atau pengalaman batin penulisnya.
Penggunaan simbol membuat makna tulisan menjadi tersembunyi, sekaligus mampu mengungkapkan kompleksitas emosi atau pengalaman yang mistis dari penulisnya.
Aliran sastra simbolisme muncul dan berkembang pada akhir abad ke-19 di Prancis. Simbolisme disebut sebagai gerakan perlawanan atau reaksi dari para seniman saat itu terhadap aliran realisme dan naturalisme yang telah dianggap terlalu materialistik dan terlalu rasional.
Rimbaud dan Verlain merupakan sepasang kekasih sesama jenis. Hubungan asmara keduanya penuh dengan konflik. Keduanya juga diketahui memiliki gaya hidup yang liar dan pemberontak, serta tidak jauh dari alkohol dan narkotika.
Paul Verlaine adalah senior bagi Arthur Rimbaud. Usianya terpaut 10 tahun lebih tua dari Rimbaud. Verlaine juga menjadi salah satu anggota gerakan Parnasian, yaitu kelompok penyair yang menjunjung tinggi bentuk, keindahan, dan kesempurnaan puisi.
Karya keduanya adalah cerminan pandangan mereka yang suram atas kehidupan. Namun, dipenuhi bahasa yang puitik, musikal, dan metaforis. Tema-tema yang diekplorasi adalah percintaan, kehidupan, dan pencarian kebebasan.
Rimbaud menuliskan karya-karya tak terlupakan, seperti Une Saison en Enfer (Musim di Neraka), Iluminations (Iluminasi), dan Le Bateau Ivre (Perahu Mabuk).
Sedangkan Verlaine meninggalkan puisi-puisinya yang terkenal, seperti Poemes Saturniens (Puisi-puisi Saturnus), Romances sans Paroles (Roman tanpa Kata-kata), dan Sagesse (Kebijaksanaan).
Perpisahan antara Rimbaud dan Verlaine sebenarnya didalangi oleh rasa terancam Verlaine karena ternyata Rimbaud lebih jenius darinya.
Pada saat yang sama, dalam diri Verlaine tumbuh rasa ingin kembali kepada agama dan keluarganya. Verlaine kemudian pulang ke Paris.
Pertemuan selanjutnya antara Verlaine dan Rimbaud, yang juga menjadi yang terakhir, dimulai dengan rasa penyesalan Verlaine karena meninggalkan Rimbaud.
Di Brussel, keduanya bertemu. Namun, Verlaine menembak pergelangan tangan Rimbaud karena dimakan rasa cemburu. Rimbaud selamat, tetapi Verlaine dibawa polisi dan dijebloskan ke penjara 2 tahun.
Selanjutnya, Rimbaud berkelana ke Afrika menjadi pedagang. Sedangkan Verlaine mengajar bahasa di beberapa sekolah Perancis.
Rimbaud meninggal karena kanker tulang pada usia 37 tahun. Dan Verlaine tak dapat bertahan karena pneumonia pada usia 51 tahun.
Karya Rimbaud dan Verlaine merupakan peninggalan yang besar bagi dunia sastra. Karya-karya keduanya disebut sebagai karya yang revolusioner, eksperimental, dan visioner. Pengaruh keduanya ada dalam karya-karya penyair modern seperti TS Eliot, WB Yeats, Ezra Pound, Pablo Neruda, Allen Ginsberg, Jim Morrison, Bob Dylan, dan masih banyak lagi.
Hubungan unik keduanya juga menjadi sumber inspirasi bagi karya-karya seni cabang lainnya, seperti film, lagu, lukisan, patung, dan novel. Beberapa karya yang lahir dalam pengaruhnya adalah novel Total Eclipse karya Christopher Hampton, dan naskah drama Les Poetes Maudits karya Jean Cocteau.
(Dari berbagai sumber) (*)