Renungan Pendidikan untuk Para Orang Tua

waktu baca 3 menit
Selasa, 16 Jul 2024 19:31 0 88 Redaksi TD

OPINI | TD — Dulu penulis berpikir, bahwa kualitas guru menentukan kualitas pembelajaran, dan kualitas pembelajaran menentukan kualitas Pendidikan di suatu bangsa.

Namun, setelah penulis menjadi guru selama 12 tahun, penulis baru menyadari dan menemukan bahwa semua itu kembali ke pola asuh anak di rumah dan pendampingan anak di keluarga.

Orang tua menyerahkan pendidikan dan pengajaran ke sekolah

Di sekolah para guru menyambut anak dengan penuh kasih sayang dan perhatian, berupaya mendidik akhlak dan adab, disiplin dalam waktu ibadah dan belajar. Namun ketika pulang ke rumah, anak-anak tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya.

Tidak pernah diberikan waktu untuk menyampaikan isi hatinya, dan ditanya bagaimana nak sekolahmu hari ini? Apakah menyenangkan? Juga tidak diberi waktu untuk menyampaikan pendapat dan keinginannnya. Difasilitasi untuk bisa berfikir kritis, didorong untuk bisa yakin akan kemampuannya pada diri sendiri. Untuk meyelesaikan tugas-tugasnya secara mandiri.

Pelajaran yang didapatkan di sekolah tidak diulang lagi di rumah

Materi adab yg diajarkan dan dicontohkan di sekolah tidak dipraktikan di rumah. Bahkan tidak sedikit, orang tua yg menjadi contoh tidak baik di rumah, misalnya menyuruh anak solat, namun orang tua tidak salat. Menyuruh anak membaca, namun orang tua tidak membaca. Menyuruh anak mengaji, namun orang tua tidak mengaji.

Berat rasanya pendidikan di indonesia, jika guru dan orang tua tidak bersinergi dengan baik dalam mendidik anak.

Semua berjalan jomplang tidak seimbang

Dengan kata lain, hipotesa penulis sehebat apapun guru membentuk seorang murid, jika apa yang ditularkan dan dibiasakan di sekolah kemudian tidak dipraktikan di rumah,maka hasilnya nihil. Dalam hal ini, kita tidak sedang mencari siapa yg benar siapa yg salah? Namun kita sedang mencari solusi bagaimana cara terbaik mendidik anak-anak kita, agar mereka tumbuh dengan baik.

Kita mau anak-anak kita bertumbuh, namun kita tidak mau tumbuh bersama mereka

Teman-teman dan pembaca yang budiman, ayo kita bergandengan tangan, bersinergi dengan tulus dan bahagia dalam mendidik anak-anak kita, ayo kita ubah mindset (cara bernalar) kita, bahwa tugas utama mendidik itu bukan di sekolah oleh guru, namun di rumah oleh orang tua, sebab tugas utama guru adalah mengajar kemudian guru membantu orang tua mendidik anak di sekolah.

Sebagaimana ayat ini :

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Dari Abi Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari Muslim)

Teman-teman pendidik (guru dan orang tua) yang baik hati, mari menjadi contoh teladan dan idola bagi anak-anak kita, karena sejatinya pendidikan itu dicontohkan dan ditularkan, bukan diajarkan.

Penulis, Kang Burhan, Praktisi Pendidikan dan Terapis Totok Punggung. Asal Tangerang kini berdomisili di Kabupaten Bogor. (Red)

LAINNYA