hpn2024
PrismaPuisi

Surat Kang Juhra untuk Anna van Leeuwen — Atma Drackonia

467
×

Surat Kang Juhra untuk Anna van Leeuwen — Atma Drackonia

Sebarkan artikel ini
Surat Kang Juhra untuk Anna van Leeuwen — Puisi Atma Drackonia
Surat Kang Juhra untuk Anna van Leeuwen — Atma Drackonia (Foto: Ylanite Koppens dari Pixabay)
Bagikan:

1/

Aku lahir di sini, Ann—di negeri membusuk ini. Di sinilah helai rambutku tumbuh dan luruh: sebentar hijau seperti tunas, lalu menguning serupa daun ditelan panas; sesaat menjulur, sebelum terbujur.

Tahun-tahun rubuh kucatat dalam deretan keluh—atau bilangan sesal pada pergantian gagal dan sial. Di sini harapan adalah barang mewah, Ann. Mimpi adalah khayalan yang enggan singgah. Rencana adalah kompas yang salah arah.

2/

Aku besar di sini, Ann—di negeri membusuk ini. Di sini iman telah menggelap. Ia mengimpit, mendesak, lalu membekap napas hingga sekarat. Misteri telah terlucuti dan sunyi tak lagi ciutkan nyali. Bahkan huruf-huruf yang semula suci telah sedemikian basi dan tak pantas disebut puisi.

Ia menjadi kegelisahan yang menolak usai—dan kegundahan yang enggan selesai. Ia hanya helai kefanaan dengan mahkota sembilu, bukan lagi tonggak waktu tempat kuwartakan rindu padamu.

3/

Aku bertahan hidup di negeri membusuk ini, Ann. Di sini kebencian ditanam dan dirawat; kedengkian diserbuki kutuk dan laknat; tanda bahaya dibunyikan setiap saat: “Siapa pun yang tidak sejalan adalah pengkhianat!”

Keheningan jadi gempita dan ingar-bingar. Kesyahduan menjelma pedang dan kelewang. Hidup mendangkal sebatas tubuh yang siap diledakkan demi janji-janji kenikmatan dan kekekalan. Anugerah dipermainkan. Kedamaian diolok-olok sebagai bualan.

4/

Aku tak ingin mati di negeri membusuk ini, Ann. Di sini nyala mati sia-sia dikungkung hati yang haramkan cahaya. Bahkan semak meruyak sebagai kebebalan dan keculasan: siapa menipu siapa, semua mengelabui semua.

Di sini lontar masa lalu perlahan mengatup. Tambo yang ditabung berabad-abad dipaksa meredup. Di sini kemanusiaan menciut. Cinta kasih lucut. Manusia bukan lagi tanaman yang tumbuh ke arah cahaya, tapi sejenis hewan dengan syahwat belaka.

5/

Ini bukan negerimu, Ann. Di sini darah disajikan dalam cangkir porselen menggantikan cokelat hangat. Tak ada tempat bagi yang berbeda. Tak ada kesantunan boleh tegakkan wajah. Semua dinajiskan jarum jam yang terlambat menyejarah. Bahkan langit hanya diizinkan menebar amarah.

Jenismu hanyalah seonggok payudara dan, maaf, vagina, Ann. Jenismu hanya seharga selangkangan lelaki yang harus kaupuaskan. Menampilkan diri adalah pembangkangan. Menjadi cerdas adalah kedurhakaan. Tempat yang mereka sediakan untuk jenismu adalah neraka: baik kini maupun sesudah mati.

6/

Jadi, bertahanlah di sana saja, Ann—di negerimu yang kerap diselimuti salju itu; negeri yang dipancang kincir-kincir angin itu. Tunggulah aku. Kuharap kelembutan senyummulah yang bakal teduhkan kuburku. Keteduhan matamulah yang naungi nisanku.

AD

Bagikan: