Perspektif Dakwah Islam: Fenomena Penggunaan Ponsel pada Anak Balita

waktu baca 5 minutes
Selasa, 10 Des 2024 16:41 0 Redaksi

OPINI | TD — Fenomena penggunaan telepon seluler (ponsel) pintar (smartphone)  —  Selanjutnya penulis menyebutnya ponsel — pada anak balita semakin marak di era digital saat ini. Orang tua sering kali memberikan ponsel kepada anak untuk berbagai alasan, mulai dari hiburan hingga upaya menenangkan anak yang rewel.

Namun, apakah langkah ini selaras dengan nilai-nilai dalam dakwah Islam? Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak penggunaan ponsel pada anak balita, bagaimana hal ini dipandang dalam Islam, serta langkah yang dapat diambil untuk menjadikan teknologi lebih bermanfaat sesuai dengan prinsip syariat.

Fenomena Penggunaan Ponsel pada Anak Balita

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam pola asuh anak. Ponsel kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pola asuh anak-anak balita.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak balita rata-rata menghabiskan 1-3 jam per hari menggunakan perangkat digital. Konten yang sering mereka akses meliputi video, permainan edukatif, dan aplikasi interaktif.

Di satu sisi, teknologi dapat memberikan manfaat, seperti membantu anak belajar huruf, angka, atau mengenali warna. Namun, dampak negatifnya juga tidak bisa diabaikan. Paparan layar secara berlebihan dapat mengganggu perkembangan otak, menyebabkan gangguan konsentrasi, dan bahkan memengaruhi kesehatan fisik, seperti gangguan tidur dan kerusakan mata.

Dampak Negatif dari Perspektif Psikologi dan Pendidikan

Teori perkembangan anak oleh Jean Piaget menjelaskan bahwa pada usia balita (2-7 tahun), anak berada dalam tahap praoperasional. Pada tahap ini, mereka belajar melalui interaksi dengan lingkungan sekitar, seperti bermain dengan teman atau aktivitas fisik. Ketergantungan pada ponsel mengurangi kesempatan ini, sehingga menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka.

Menurut penelitian American Academy of Pediatrics (AAP), anak-anak di bawah usia 2 tahun tidak disarankan menggunakan layar digital, termasuk ponsel, karena dapat mengganggu perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Selain itu, paparan konten digital yang tidak sesuai dengan usia dapat memengaruhi pola pikir anak secara negatif.

Perspektif Dakwah Islam terhadap Penggunaan Ponsel

Islam memandang anak sebagai amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah SWT: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6).

Ayat ini menegaskan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam konteks penggunaan ponsel, orang tua bertanggung jawab memastikan bahwa anak tidak hanya terhindar dari dampak negatif teknologi, tetapi juga memanfaatkannya untuk hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah.

Hadist Rasulullah SAW juga mengingatkan pentingnya pendidikan anak sejak dini: ”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadist ini menekankan bahwa lingkungan, termasuk pola asuh yang diberikan orang tua, sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Jika teknologi digunakan secara tidak bijak, maka anak-anak bisa saja tumbuh dengan nilai-nilai yang tidak sejalan dengan Islam.

Langkah Bijak dalam Penggunaan Ponsel bagi Balita

Agar penggunaan ponsel tidak bertentangan dengan nilai-nilai dakwah Islam, orang tua harus mengambil langkah bijak dalam mengelola teknologi dalam keluarga. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

Pertama, membatasi waktu penggunaan. Sebagaimana Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk senantiasa bersikap moderat dalam segala hal (wasathiyah), penggunaan ponsel juga harus dibatasi.

AAP merekomendasikan anak di bawah usia 2 tahun untuk tidak terpapar layar, sedangkan anak di atas 2 tahun hanya boleh menggunakan ponsel maksimal satu jam per hari dengan pendampingan orang tua.

Kedua, memilih konten yang Islami dan edukatif. Orang tua bisa memilih konten yang mengandung nilai-nilai Islam, seperti cerita nabi, lagu-lagu Islami, atau video edukatif tentang akhlak. Hal ini sejalan dengan tujuan dakwah Islam, yaitu menyampaikan kebaikan dan mengajarkan nilai-nilai tauhid sejak dini.

Ketiga, menggunakan ponsel sebagai sarana dakwah. Ponsel dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan anak pada Islam. Misalnya, dengan aplikasi interaktif yang mengajarkan doa-doa harian, kisah para nabi, atau pelajaran tentang huruf hijaiyah. Dengan demikian, teknologi menjadi alat untuk mendekatkan anak kepada Allah, bukan sebaliknya.

Keempat, mengutamakan interaksi langsung. Dalam Islam, pendidikan anak sangat ditekankan melalui teladan langsung. Orang tua hendaknya lebih banyak melibatkan anak dalam aktivitas fisik dan sosial, seperti bermain, membaca Al-Qur’an bersama, atau mengikuti kegiatan di masjid. Hal ini membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan menanamkan nilai-nilai agama secara langsung.

Terakhir, kelima, memberikan pemahaman tentang akhlak digital. Dalam era digital, anak-anak perlu diajarkan adab dalam menggunakan teknologi. Konsep akhlaqul karimah (akhlak mulia) harus diterapkan, termasuk bagaimana menghormati orang lain, tidak menyalahgunakan teknologi, dan menggunakan ponsel untuk hal-hal yang bermanfaat.

Dakwah Islam: Mengembalikan Fitrah Anak

Dakwah Islam berperan besar dalam mengarahkan penggunaan teknologi pada anak balita agar tetap sesuai dengan fitrah manusia. Dalam Islam, anak balita masih berada dalam fase perkembangan fitrah, yang berarti mereka memiliki potensi bawaan untuk mengenal dan mencintai Allah. Orang tua dan pendidik bertanggung jawab memastikan bahwa teknologi tidak merusak potensi ini.

Fenomena penggunaan ponsel bisa menjadi tantangan sekaligus peluang dalam dakwah. Jika dimanfaatkan dengan baik, teknologi dapat menjadi sarana yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini. Namun, jika dibiarkan tanpa kendali, hal ini dapat merusak karakter dan akhlak anak.

Sebagai contoh, Rasulullah SAW selalu menyampaikan pesan dakwah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan umatnya. Hal ini dapat diterapkan dalam konteks penggunaan ponsel, yaitu dengan menyesuaikan teknologi dengan kebutuhan anak dan nilai-nilai Islam yang diajarkan.

Kesimpulan

Fenomena penggunaan ponsel pada anak balita merupakan tantangan besar bagi orang tua di era digital. Dampak buruknya tidak bisa diabaikan, tetapi jika dikelola dengan bijak, teknologi dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk mendukung dakwah Islam.

Orang tua harus memahami tanggung jawab mereka dalam mendidik anak, termasuk dalam mengarahkan penggunaan teknologi. Dengan membatasi waktu, memilih konten yang Islami, dan mengutamakan interaksi langsung, anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan dekat dengan Allah.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: ”Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).

Mendidik anak dengan bijak, termasuk dalam penggunaan ponsel, adalah salah satu bentuk manfaat yang bisa diberikan kepada umat, sehingga anak-anak ini kelak menjadi generasi yang membawa kebaikan bagi agama dan masyarakat.

Penulis: Aan Mohamad Burhanudin, MA, Dosen KPI UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon. (*)

LAINNYA