Permakultur, Prinsip-prinsip, Penerapan, dan Manfaatnya

waktu baca 5 menit
Sabtu, 1 Feb 2025 10:29 0 30 Patricia Pawestri

PERTANIAN | TD – Permakultur merupakan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan berkelanjutan (holistik) dalam tata kelola lingkungan, pertanian, maupun usaha.

Istilah permakultur berasal dari kata “permanent agriculture” atau “permanen culture” yang berarti pertanian permanen atau budaya permanen. Dan merujuk pada pendekatan dalam mengelola tanah pertanian ataupun lingkungan tempat tinggal yang menyeluruh dan berkelanjutan.

Konsep permakultur pertama kali disampaikan oleh David Holmgreen dan Bil Mollison di tahun 1970. Dan, konsep ini berdiri atas serangkaian prinsip yang digunakan untuk memandu perencanaan dan berbagai aktivitas penerapannya agar tidak lepas dari jalur keberlanjutan. Berikut ini merupakan beberapa prinsip yang terdapat dalam permakultur:

Prinsip-prinsip Permakultur

1. Perlakuan berdasar pengamatan.

Pengamatan, atau observasi, menjadi dasar untuk memahami alam dan pola-polanya. Pemahaman ini akan berguna untuk merencanakan tata kelola lingkungan hidup atau pertanian yang tepat dan selaras dengan alam. Misalnya sebelum merencanakan tata kelola irigasi secara rinci, perlu untuk memahami pola aliran air di alam.

2. Menjaga selalu tersedianya energi.

Sumber daya energi yang terdapat di alam menjadi bahan berharga yang selalu berusaha ditampung dan dikelola agar menjadi bermanfaat. Misalnya air hujan yang ditampung di waduk, atau sinar matahari yang ditangkap dengan panel surya. Kompos pun dapat diproses hingga menjadi media tanam atau pupuk yang menyuburkan., dan juga kompos atau limbah yang dapat didaur ulang.

Adanya sumber daya energi terbarukan tersebut di atas dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil/sumber daya tak terbarukan. Ini penting untuk meminimalisir pembuangan gas efek rumah kaca yang berbahaya bagi kehiudapan.

3. Mengusahakan penghasilan sambil memelihara keberlanjutan.

Sistem permakultur mempunyai tujuan menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati secara langsung. Buah-buahan, sayur, daging unggas, misalnya, merupakan komponen-komponen yang dapat dibudidayakan demi memenuhi kebutuhan komunitas yang hidup dalam area permakultur.

Hasil pertanian dan peternakan di atas tentu harus diusahakan tanpa mengesampingkan kelestarian lingkungan agar semuanya dapat tersedia secara terus menerus atau keberlanjutan.

4. Adanya regulasi diri dan penerimaan umpan balik.

Dalam menerapkan permakultur, sangat penting untuk pelaku mematuhi aturan yang telah ia buat sendiri dan menerima umpan balik dari alam. Ini bertujuan agar pelaku dapat menentukan langkah lanjut dalam pengelolaan atau dapat beradaptasi.

5. Mengusahakan tiadanya sampah.

Tiadanya sampah terbuang atau zero waste merupakan prinsip utama dalam pendekatan permakultur. Setiap hal yang ada dalam tata kelola permakultur harus mempunyai penggunaan berulang sehingga tidak ada hal yang mubazir. Sampah atau limbah dapat didaur ulang menjadi energi atau hal berguna lainnya.

6. Memilih mengintegrasikan daripada memisahkan.

Permakultur berusaha memanfaatkan setiap hal yang ada untuk menciptakan tata kelola yang saling dukung antar elemennya.

7. Memilih menggunakan solusi yang kecil.

Solusi yang lebih kecil sangat penting untuk mempermudah pengelolaan meskipun akan memerlukan waktu yang lebih lama.

8. Mengutamakan keanekaragaman.

Ekosistem yang seimbang dalam permakultur berarti lestarinya keanekaragaman hayati yang menjadi salah satu kunci ketahanan terhadap segala gangguan termasuk penyakit.

9. Memanfaatkan seoptimal mungkin area pinggir.

Area pinggir merupakan area yang berada di antara dua ekosistem. Lokasi ini seringkali justru merupakan daerah yang produktif.

10. Menyikapi perubahan dengan cara yang kreatif.

Perubahan merupakan hal yang pasti dalam kehidupan. Dalam permakultur, hal-hal yang berubah sangat penting ditanggapi dengan keluwesan pikir dan daya cipta untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan bermanfaat.

Penerapan Permakultur

Pendekatan permakultur berlaku tidak hanya dalam bidang pertanian. Berikut ini penulis menyusun berbagai contoh penerapan permakultur.

Permakultur dalam Pertanian

Berbeda dengan pertanian konvensional yang mementingkan penggunaan pestisida dan pupuk kimia serta sistem pertanaman monokultur, pertanian permakultur mengutamakan pendekatan yang lebih selaras dengan alam. Selain mengombinasikan pertanian organik dan sistem tanam polikultur, pertanian permakultur juga mengutamakan pengendalian hama penyakit dan kesuburan dengan memanfaatkan bahan alami dan pola yang terjadi di alam.

Contoh dari pertanian permakultur:

1. Tumpang Sari

Dalam tumpang sari, berbagai jenis tanaman dipadukan untuk ditanam dalam satu lahan. Keuntungan dari praktik permakultur ini dapat menjaga keanekaragaman mikrobia tanah yang penting untuk menyediakan unsur hara lengkap untuk tanaman budidaya. Selain itu, serangan hama pun dapat diminimalisir.

2. Hutan Pangan

Hutan pangan dibentuk menirukan kompleksitas hutan alami dengan mengombinasikan tersedianya pohon-pohon penghasil pangan, tanaman obat, dan tanaman lainnya.

3. Irigasi Efisien

Tiga teknik yang termasuk dalam irigasi efisien permakultur yakni sistem irigasi tetes, parit penahan air (swale), dan kebun tadah hujan (rain garden).

4. Pengomposan

Langkah pengomposan merupakan daur ulang nutrisi yang dapat digunakan untuk menyuburkan kembali tanah.

5. Pengintegrasian peternakan dengan pertanian.

Pemeliharaan ternak, misalnya kambing, ayam, sapi, dan lebah, memberikan manfaat berupa pupuk alami untuk pertanian, bahan biogas untuk memasak, dan juga bahan pangan untuk manusia. Pengintegrasian peternakan dengan pertanian ini juga memberikan kemandirian pada petani agar tidak bergantung pada pupuk kimia yang dapat berdampak buruk bagi ekosistem.

Permakultur di Luar Pertanian

Pada kenyataannya, permakultur terdapat di berbagai bidang. Di antaranya:

1. Desain Rumah

Desain rumah yang menggunakan pendekatan permakultur mengutamakan penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Selain itu, terdapat pemanfaatan cahaya matahari dengan panel surya untuk menyediakan energi bersih. Serta adanya pemanfaatan cahaya alami dan ventilasi alami untuk menerangi dan menyejukkan ruangan.

2. Tata Kelola Limbah

Manusia dituntut untuk bertanggung jawab atas sampah yang ia hasilkan dari kegiatan sehari-hari. Sampah rumah tangga dikelola dengan rasa tanggung jawab, misalnya dalam bentuk toilet composting dan daur ulang air kelabu (greywater cycling).

3. Desa atau Komunitas

Permakultur merupakan pendekatan yang ideal untuk mewujudkan desa atau tempat tinggal komunitas ekologis. Caranya tentu dengan mengombinasikan pertanian, penggunaan energi terbarukan dan juga pengelolaan energi agar berkelanjutan.

Manfaat Permakultur untuk Masa Depan

1. Sistem permakultur dapat menjadi tiang ketahanan pangan.

Tata kelola yang terpadu dan optimal dalam pertanian permakultur dapat mendukung masyarakat memiliki ketahanan pangan atau kemandirian dalam mencukupi kebutuhan pangan.

2. Permakultur dapat mendukung perbaikan ekosistem.

Penanaman kembali daerah yang gundul (reboisasi), tata kelola irigasi, dan regenerasi tanah merupakan langkah-langkah dalam pendekatan permakultur untuk memperbaiki ekosistem yang telah rusak.

3. Mengembalikan kebersihan dan kesejukan udara.

Pengutamaan penyediaan sumber energi terbarukan dalam permakultur akan berdampak positif langsung dengan berkurangnya emisi gas rumah kaca. Sehingga suhu bumi tidak menjadi semakin panas.

4. Komunitas yang semakin berdaya.

Dalam tata kelola permakultur, setiap anggota komunitas dibutuhkan untuk berpartisipasi dengan aktif. Sistem ini juga dapat meningkatkan pendapatan bagi setiap anggota tersebut.

Jadi, permakultur merupakan pendekatan yang menerapkan kedekatan dengan alam dan mengutamakan nilai keberlanjutan serta produktif. Sehingga memungkinkan setiap anggotanya menerima manfaat kesejahteraan. Permakultur dapat menjadi solusi untuk meraih masa depan lingkungan dan manusia yang lebih bahagia. (Pat)

""
""
""
LAINNYA