Peran Pembelajaran Bahasa Inggris pada Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

waktu baca 6 minutes
Minggu, 20 Jul 2025 21:35 0 Nazwa

OPINI | TD – Apakah Anda tahu bahwa mengajarkan bahasa Inggris pada anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan otak mereka? Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang belajar bahasa kedua, seperti bahasa Inggris, memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan yang hanya menguasai satu bahasa. Masa usia dini adalah periode emas bagi perkembangan otak anak, dan pengenalan bahasa Inggris dapat memberikan dampak positif yang signifikan. (Barac & Bialystok (2012))

Pendidikan bahasa Inggris pada anak usia dini bukan sekadar pengenalan kosakata baru, tetapi juga sarana penting untuk merangsang perkembangan kognitif mereka. Melalui metode pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif—seperti lagu, gerakan, dan permainan edukatif—anak-anak dituntun untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memori, dan kemampuan memecahkan masalah. Misalnya, penelitian yang dipublikasikan dalam Dharmakayana: Journal of Scientists, Engineers, Educators and Scientific Activists menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Inggris melalui berbagai metode interaktif secara signifikan memperkuat pemahaman kosakata dan struktur kalimat, sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir, ingatan, dan pemecahan masalah anak usia dini.

Strategi ini perlu didukung oleh keterlibatan aktif orang tua. Victoria Murphy dalam bukunya Second Language Learning in the Early School Years: Trends and Contexts (2014, Oxford University Press) menekankan bahwa dukungan orang tua—melalui membaca bersama, media edukatif, dan stimulasi bahasa di rumah—memperkuat motivasi dan mempercepat penguasaan bahasa kedua.

Ilustrasi Tambahan. (Foto: Freepik @pvproductions)

Lingkungan belajar yang kaya stimulasi, dengan akses ke buku cerita, lagu, dan media interaktif, menciptakan konteks pembelajaran holistik yang mendukung perkembangan bahasa dan kognisi. Konsep ini didukung oleh penelitian dalam jurnal Communications in Humanities Research, yang menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa sejak dini meningkatkan Theory of Mind, memori episodik, dan fleksibilitas berpikir.

Pendidikan bahasa Inggris pada anak usia dini menawarkan manfaat yang jauh melampaui sekadar menambah kosakata. Serangkaian penelitian menunjukkan bahwa mengenalkan bahasa kedua sejak dini mampu merangsang perkembangan kognitif anak secara signifikan. Hal ini mencakup peningkatan dalam pemecahan masalah, multitasking, memori, konsentrasi, serta fleksibilitas berpikir aspek-aspek penting yang mendukung kesuksesan akademis dan sosial sepanjang kehidupan mereka.

1. Keunggulan Kognitif Bilingual

Salah satu penelitian paling referensial dalam bidang ini adalah karya Ellen Bialystok (2011), yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Child Psychology. Studi ini, berjudul “Coordination of Executive Functions in Monolingual and Bilingual Children,” menggunakan paradigma dual-task untuk menguji kemampuan anak dalam mengelola tugas-tugas yang bersifat kompleks, seperti memori kerja, kontrol inhibisi, dan peralihan perhatian. Hasilnya menunjukkan bahwa anak bilingual secara signifikan lebih unggul dalam hal ketepatan dan kecepatan dibandingkan anak monolingual.

Lebih lanjut, studi ini menunjukkan bahwa paparan pada dua bahasa sejak usia dini melatih executive function—fungsi pengendalian mental yang mencakup kemampuan beralih antar-tugas dan menahan gangguan dari lingkungan—yang sangat penting dalam situasi kehidupan nyata.

2. Memori dan Konsentrasi Terasah

Tak kalah pentingnya, penelitian oleh Pascale M. J. Engel de Abreu (2011) berjudul “Working Memory in Multilingual Children: Is There a Bilingual Effect?” yang dipublikasikan dalam jurnal Memory, mengungkap bahwa anak-anak yang bilingual (usia 6–8 tahun) menunjukkan keunggulan memori kerja ketika dibandingkan dengan rekan monolingual mereka. Temuan ini diperoleh melalui pengukuran seperti digit span serta tugas memori visual-spasial ketika menghadapi gangguan non-linguistik.

Memori kerja sendiri merupakan kapasitas mental yang esensial untuk pemrosesan informasi singkat—seperti mengingat instruksi atau solusi sementara dalam memecahkan teka-teki. Penelitian ini mengindikasikan bahwa anak bilingual mengembangkan kemampuan memori dan konsentrasi yang lebih tahan terhadap gangguan.

Proses belajar bahasa baru—memasukkan kosakata, mengingat aturan tata bahasa, memahami struktur kalimat—melibatkan fungsi kognitif yang saling berdampingan: ingatan jangka pendek, perhatian selektif, dan pemecahan masalah. Kombinasi latihan linguistik tersebut secara alami meningkatkan kekuatan mental dan ketahanan mental anak.

3. Pembelajaran Interaktif Meningkatkan Motivasi dan Motorik

Selain dari sisi mental, metode pengajaran yang melibatkan lagu dan gerakan terbukti meningkatkan keterlibatan, motivasi, dan kemampuan motorik anak. Studi oleh Anis Fatur Rochma & Agung Wicaksono (2023) dalam makalah “Teaching Vocabulary to Young Learner Through Song and Movement” (Proceedings ELTT Universitas Nusantara PGRI Kediri) menyimpulkan bahwa pendekatan ini efektif dalam membantu anak mengingat kosakata, sekaligus memperlancar pengucapan dan struktur kalimat baru .

Metode ini juga mendukung perkembangan motorik kasar dan halus, serta memupuk kerjasama sosial saat anak belajar bersama-sama. Dengan lagu berirama dan gerakan koreografi sederhana, anak dilatih untuk fokus dan merespons instruksi sambil menikmati pengalaman belajar yang menyenangkan.

📚 Rangkuman Manfaat dan Implementasinya

AspekManfaat pada Anak Usia DiniReferensi
Pemecahan Masalah & MultitaskingBilingual meningkatkan kemampuan mental dalam situasi kompleks dan multitugasBialystok (2011)
Memori & KonsentrasiBilingual memperkuat memori kerja dan daya tahan mental terhadap gangguanEngel de Abreu (2011)
Motivasi & KeterlibatanLagu & gerakan mendukung penguasaan kosakata dan menciptakan kondisi belajar yang menyenangkanRochma & Wicaksono (2023)
Motorik & Kerjasama SosialIntegrasi gerak dan ritme lagu meningkatkan koordinasi tubuh dan kerja timRochma & Wicaksono (2023)

 

4. Rekomendasi Praktis untuk Ortu dan Pendidik

  1. Optimalkan Paparan Bahasa Sejak Dini: Latih anak dengan kegiatan bilingual ringan—membaca cerita, menonton video pendek dalam bahasa Inggris, atau bermain vocabulary games.
  2. Pembelajaran yang Menggabungkan Gerak: Gunakan lagu interaktif dan instruksi motorik sederhana—misalnya, “Simon Says” atau video lagu anak yang diiringi gerakan tangan dan tubuh.
  3. Keterlibatan Orang Tua: Libatkan orang tua dalam rutinitas belajar di rumah membaca bergantian, menyanyikan lagu, dan memberikan pujian sehingga anak termotivasi.
  4. Evaluasi Berkala Secara Bertahap: Lakukan observasi dan penilaian ringan terhadap penguasaan kosakata, kemampuan pengucapan, dan tingkat konsentrasi anak, kemudian sesuaikan tingkat tantangan dan metode pembelajaran.

Dengan strategi ini, anak tidak hanya menjadi fasih berbahasa Inggris, tetapi juga diasah menjadi individu yang kritis, kreatif, dan tangguh dalam pemecahan masalah modal kuat bagi kesiapan akademik dan sosial di masa mendatang.

Untuk memaksimalkan manfaat pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini, penting untuk menggunakan metode yang menyenangkan dan interaktif, seperti lagu, gerakan, dan permainan edukatif. Keterlibatan orang tua juga berperan besar dalam memberikan dukungan emosional dan motivasi belajar anak. Selain itu, menyediakan lingkungan yang kaya stimulasi bahasa—melalui buku cerita, lagu, dan media edukatif—dapat memperkuat pemahaman anak. Evaluasi pembelajaran perlu dilakukan secara berkala agar metode yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan individu setiap anak secara optimal.

Pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif mereka. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan dari orang tua serta pendidik, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memori, dan kemampuan memecahkan masalah. Investasi dalam pendidikan bahasa Inggris sejak dini adalah langkah strategis untuk mempersiapkan generasi masa depan yang cerdas dan kompetitif.

Apakah kita akan membiarkan kesempatan emas ini berlalu begitu saja, ataukah kita akan berinvestasi dalam masa depan anak-anak kita?

Penulis: Nur Syifa (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang)

Editor: Nazwa

LAINNYA