Peran Krusial Orang Tua dalam Menanamkan Pemahaman Fiqih pada Anak Sekolah Dasar

waktu baca 3 menit
Selasa, 3 Des 2024 23:19 0 88 Redaksi

OPINI | TD — Pendidikan agama, khususnya fiqih, merupakan pondasi penting dalam pembentukan karakter dan moral anak usia sekolah dasar. Meskipun sekolah berperan vital dalam mengajarkan konsep-konsep dasar fiqih, peran orang tua jauh lebih krusial dalam menanamkan pemahaman dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan pendidikan agama tidak hanya diukur dari kemampuan anak menghafalkan rukun shalat atau tata cara wudu, tetapi juga dari internalisasi nilai-nilai moral dan etika Islam yang tertanam dalam dirinya.

Materi fiqih untuk anak sekolah dasar perlu disusun secara sistematis dan disesuaikan dengan perkembangan kognitif mereka. Materi yang terlalu kompleks akan membingungkan dan justru menimbulkan rasa antipati terhadap agama.

Pemilihan materi pun harus relevan dengan kehidupan mereka, misalnya mengajarkan wudu yang dikaitkan dengan persiapan shalat, puasa yang dihubungkan dengan rasa syukur dan empati terhadap sesama, serta akhlak mulia yang diterapkan dalam pergaulan di sekolah dan rumah.

Contoh materi yang tepat antara lain:

Wudhu: Bukan hanya sekedar tata cara, tetapi juga makna kebersihan fisik dan spiritual sebagai persiapan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Shalat: Di samping rukun dan tata caranya, penting untuk menekankan makna shalat sebagai komunikasi dan penghambaan diri kepada Allah, serta kedamaian dan ketenangan yang diperoleh setelah shalat.

Puasa: Mengajarkan esensi puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih kesabaran, empati, dan meningkatkan kepekaan sosial.

Akhlak dan Etika Islam: Menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, kebaikan, dan kerendahan hati melalui contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar teori belaka.

Peran orang tua dalam mendukung pembelajaran fiqih anak tidak dapat dianggap remeh. Mereka bukan hanya sebagai pengawas, tetapi juga sebagai teladan utama bagi anak. Anak-anak biasanya mengikuti contoh yang diberikan oleh orang tua mereka, oleh karena itu konsistensi orang tua dalam menerapkan ajaran Islam sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan agama.

Beberapa kontribusi orang tua yang signifikan antara lain:

Menjadi Contoh: Kegiatan spiritual orang tua menjadi refleksi bagi anak. Ketaatan menjalankan shalat, berpuasa, dan bersikap baik kepada sesama akan lebih efektif daripada sekedar ceramah.

Mengajarkan Nilai-Nilai Islam Secara Kontekstual: Mengajarkan nilai-nilai Islam bukan hanya melalui hafalan, tetapi juga melalui cerita, dongeng, dan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Melibatkan anak dalam kegiatan keagamaan keluarga seperti shalat berjamaah dan tadarus Al-Quran juga penting.

Membangun Komunikasi yang Efektif: Membuka ruang diskusi tentang agama dengan anak, menjawab pertanyaan mereka dengan sabar dan detail, serta memberikan penjelasan yang sesuai dengan usia dan pemahaman mereka. Hindari pendekatan yang otoriter dan memaksa.

Memberikan Dukungan dan Motivasi: Memberikan pujian dan penghargaan atas usaha anak dalam belajar dan mengamalkan ajaran agama, serta memberikan dukungan emosional ketika mereka menghadapi kesulitan.

Kesimpulannya, pendidikan fiqih pada anak usia sekolah dasar membutuhkan sinergi antara sekolah dan orang tua. Sekolah memberikan pemahaman konseptual, sementara orang tua berperan sebagai fasilitator dan teladan dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

Dengan kolaborasi yang kuat ini, kita dapat mencetak generasi muda yang cerdas, berakhlak mulia, dan beriman teguh. Peran orang tua sebagai pondasi utama dalam menanamkan nilai-nilai fiqih pada anak tidak dapat digantikan oleh siapapun.

Penulis: Sasta Nafisa Aprilianti, Mahasiswi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten. (*)

LAINNYA