Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam: Menghubungkan Tradisi dan Modernitas

waktu baca 3 minutes
Sabtu, 7 Des 2024 14:14 0 Redaksi

OPINI | TD — Studi Islam, sebagai salah satu bidang kajian yang kaya akan tradisi keilmuan, terus berkembang seiring perubahan zaman. Dalam konteks dunia modern yang kompleks, pendekatan interdisipliner menjadi sebuah kebutuhan untuk menjembatani tradisi Islam dengan tantangan dan realitas masa kini. Pendekatan ini memungkinkan integrasi antara nilai-nilai keislaman dengan berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi, antropologi, filsafat, hingga teknologi, guna menghadirkan pemahaman yang lebih komprehensif dan relevan.

Mengapa Pendekatan Interdisipliner Penting?

Pendekatan interdisipliner dalam studi Islam membuka peluang untuk memahami Islam tidak hanya sebagai ajaran agama tetapi juga sebagai sebuah sistem nilai yang hidup di tengah masyarakat. Misalnya, kajian fiqh yang dahulu berfokus pada hukum klasik kini perlu mempertimbangkan realitas sosial modern, seperti isu hak asasi manusia, lingkungan, dan ekonomi digital.

Antropologi, misalnya, membantu memahami praktik keislaman di berbagai budaya. Sosiologi memungkinkan analisis terhadap dinamika umat Islam dalam menghadapi perubahan sosial. Sementara itu, filsafat memberikan landasan logis untuk mengkritisi dan mengembangkan pemikiran Islam secara lebih mendalam.

Menghubungkan Tradisi dengan Modernitas

Salah satu tantangan besar dalam pendekatan ini adalah bagaimana menjaga nilai-nilai tradisional tanpa mengesampingkan relevansinya di era modern. Misalnya, metode tafsir Al-Qur’an yang tradisional dapat diperkaya dengan pendekatan hermeneutika modern untuk menjawab isu-isu kontemporer seperti pluralisme, keadilan sosial, atau perubahan iklim.

Di sisi lain, pendekatan interdisipliner juga membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjangkau oleh metode klasik. Misalnya, bagaimana Islam memandang perkembangan kecerdasan buatan? Atau, bagaimana hukum Islam dapat diterapkan dalam dunia yang semakin terhubung secara digital?

Contoh Sukses Pendekatan Interdisipliner

Beberapa sarjana Muslim kontemporer telah menunjukkan keberhasilan pendekatan ini. Misalnya, Fazlur Rahman dengan hermeneutika Al-Qur’annya yang mencoba menjawab tantangan modern, atau Asghar Ali Engineer yang mengangkat isu pembebasan dalam konteks Islam. Di Indonesia, Nurcholish Madjid dan Gus Dur adalah contoh tokoh yang berhasil mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan demokrasi dan kebebasan beragama.

Tantangan dan Harapan

Meski potensial, pendekatan interdisipliner menghadapi tantangan berupa resistensi dari sebagian pihak yang menganggapnya sebagai bentuk “pelemahan” tradisi. Namun, jika dikelola dengan bijak, pendekatan ini justru akan memperkuat posisi Islam sebagai agama yang dinamis dan relevan sepanjang masa.

Ke depan, para akademisi dan peneliti di bidang studi Islam diharapkan dapat terus mengeksplorasi kolaborasi lintas disiplin untuk memperkaya wawasan keislaman. Dengan demikian, Islam tidak hanya menjadi jawaban bagi umat Muslim, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi peradaban dunia secara keseluruhan.

Penutup

Pendekatan interdisipliner bukan hanya metode, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Melalui integrasi antara tradisi dan modernitas, studi Islam akan tetap relevan dan terus memberikan solusi atas tantangan zaman. Maka, saatnya kita membuka diri terhadap perspektif baru, tanpa melupakan akar tradisi yang menjadi fondasi keislaman.

Penulis: Anastasya Marisa Haryani, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten. (*)

LAINNYA