KOTA TANGSEL | TD – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) semakin gencar memperkuat pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai fondasi penting dalam membentuk generasi unggul yang siap menghadapi tantangan masa depan, sejalan dengan target Indonesia Emas 2045.
Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, mengapresiasi peran aktif Bunda PAUD yang selama ini bersinergi dengan pemerintah dalam memperkuat layanan pendidikan di tingkat dasar.
“Kegiatan ini bukan lomba, tetapi akan kita ajukan ke tingkat provinsi dan nasional. Semua ini berkaitan dengan pencapaian Indonesia Emas 2045,” ujar Benyamin, Rabu (15/10/2025).
Menurutnya, kolaborasi antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) dengan kelompok Bunda PAUD yang terstruktur hingga tingkat kelurahan menjadi langkah nyata memperkuat pembinaan anak-anak usia dini.
“Anak-anak usia 1–3 tahun membutuhkan ruang belajar, perhatian, dan pembinaan yang memadai. Ini menjadi dasar pembangunan karakter dan kualitas sumber daya manusia di masa depan,” tambahnya.
Pemkot Tangsel menyiapkan anggaran khusus untuk mendukung keberlangsungan lembaga PAUD di seluruh wilayah. Saat ini terdapat lebih dari 700 lembaga PAUD, TK, dan kelompok bermain yang aktif beroperasi di Kota Tangsel.
“Kita memberikan dukungan berupa alat belajar, alat peraga, meja, dan sarana lainnya. Ke depan, akan dilengkapi buku bergambar dan bahan bacaan edukatif,” jelas Benyamin.
Kepala Dindikbud Tangsel, Deden Deni, menegaskan penguatan PAUD juga bagian dari percepatan program wajib belajar 13 tahun, di mana satu tahun pertama diperuntukkan bagi pendidikan anak usia dini.
“Target kita adalah meningkatkan angka partisipasi PAUD hingga 100 persen, melalui layanan pendidikan berkualitas yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk Bunda PAUD,” kata Deden.
Deden menjelaskan, partisipasi PAUD saat ini masih sekitar 67 persen, sebagian karena anak-anak mengikuti lembaga bimbingan belajar nonformal yang tidak tercatat dalam data PAUD formal.
“Kalau dianalogikan seperti bangunan, sekuat apapun bangunannya, kalau fondasinya tidak kuat, tetap rapuh. Meski anak-anak belajar di lembaga nonformal, angka partisipasi PAUD formal terlihat rendah,” pungkasnya. (Idris Ibrahim)