Pemanfaatan Kecerdasan Buatan dalam Jurnalistik, Dewan Pers: Suatu Keniscayaan

waktu baca 3 menit
Rabu, 11 Des 2024 20:38 0 58 Redaksi

JAKARTA | TD Saat ini, integrasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence – AI) dalam industri jurnalistik menjadi suatu keniscayaan, tetapi penerapannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Pers, Dr. Ninik Rahayu, beserta para narasumber pada Seminar Nasional bertema “Jurnalisme versus Artificial Intelligence: Antara Peluang dan Tantangan” yang diadakan oleh Dewan Pers di Jakarta pada Rabu, 11 Desember 2024. Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian acara Anugerah Dewan Pers Tahun 2024.

Dalam seminar nasional tersebut, tampil sebagai narasumber Wenseslaus Manggut (Content Director Kapanlagi Youniverse/KLY), Andy Budiman (CEO KG Media), serta Ilona Juwita (Co-Founder & CEO PROPS). Acara ini dimoderatori oleh Kenia Gusnaeni (Presenter RTV) dan dipandu oleh MC Haryo Ristamaji (Pemred Radio Elshinta/Pokja Komisi Pendidikan Dewan Pers).

Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pers mengingatkan jurnalis mengenai pentingnya memanfaatkan teknologi AI dengan bijak di zaman digital yang penuh dengan disinformasi, misinformasi, dan malinformasi. Terutama dalam menjaga kepercayaan publik.

“Kepercayaan publik adalah aset berharga bagi eksistensi media,” ujarnya di hadapan peserta yang terdiri dari Konstituen Dewan Pers, Pemimpin Redaksi, Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW), akademisi, dan tenaga ahli Dewan Pers.

Di sesi pertama, Wenseslaus Manggut menekankan bahwa meskipun teknologi AI sangat canggih, keterlibatan manusia, dalam hal ini jurnalis, tetap diperlukan dalam setiap tahap produksi berita.

Kecerdasan Buatan sendiri merupakan simulasi kecerdasan manusia yang diprogram dalam mesin atau komputer sehingga dapat mengolah data dan berpikir seperti manusia, bahkan dengan kemampuan yang lebih.

Menurut Wenseslaus, teknologi AI, termasuk alat untuk pembuatan konten dan analisis data, telah digunakan di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara, untuk meningkatkan efisiensi dan kreativitas dalam produksi berita.

Sebagian besar jurnalis, tambahnya, memandang keberadaan AI sebagai hal positif bagi profesi mereka. Beberapa manfaat yang dirasakan meliputi efisiensi dalam proses penulisan dan kecepatan dalam transkripsi serta penterjemahan.

Namun, ada juga kekhawatiran terkait dampak terhadap lapangan kerja dan aspek etika, di mana penggunaan AI menimbulkan pertanyaan mengenai etika, terutama terkait penilaian dan kreativitas manusia, serta transparansi dan kemungkinan bias dalam konten yang dihasilkan oleh AI.

Di sesi kedua, Andy Budiman mengungkapkan bahwa meskipun AI sangat penting, perusahaan yang mengembangkan AI harus bekerja sama dengan media, karena penerbit semakin melindungi konten mereka, dan perusahaan AI bisa kekurangan data berkualitas. Investor juga akan mendesak perusahaan AI untuk memberikan pengembalian investasi (Return on Investment – ROI) dan mengurangi risiko hukum.

CEO KG Media tersebut juga mengingatkan adanya dilema dalam kerjasama konten dengan perusahaan AI. Di satu sisi, ada keuntungan seperti metode monetisasi konten baru, peningkatan kapabilitas organisasi media di bidang AI, dan lalu lintas referral dari platform AI.

Namun, di sisi lain, ada risiko seperti monetisasi yang bersifat jangka pendek, ketidakpastian, dan asimetri; ketidaksiapan organisasi media dalam memanfaatkan kapabilitas AI; serta kehilangan hubungan langsung dengan audiens.

Ilona Juwita, sebagai pemateri ketiga, menjelaskan bahwa Generative AI berkembang dengan sangat cepat dibandingkan teknologi lainnya, dengan adopsi yang terjadi dalam waktu singkat, bahkan bisa hanya dalam hitungan minggu.

Penggunaan GenAI dalam pencarian dan konsumsi data juga meningkat secara signifikan, terutama dalam pencarian informasi dari basis data yang luas, analisis, serta temuan melalui fitur “chat with your data” dan riset kompetitor.

Co-Founder & CEO PROPS ini menambahkan bahwa meskipun penggunaan GenAI dalam produksi iklan masih terbilang rendah, tantangan utama adalah bagaimana AI dapat menggantikan ideasi dan kreativitas yang menjadi keunggulan dalam iklan. Namun, dia menyatakan bahwa penggunaan GenAI di bidang ini sudah cukup umum, terutama dalam hal penargetan dan analisis performa perusahaan. (*)

LAINNYA