TANGERANG | TD – Di Indonesia, salah satu suku yang terkenal terbukti mampu menjaga kemurnian adat dan tradisinya adalah Suku Baduy.
Suku Baduy tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Di dalam kesehariannya, Suku Baduy selalu dikenali lewat cara berpakaiannya yang khas.
Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok. Yakni Suku Baduy Dalam yang mempertahankan 100% keaslian adat dan tradisinya hingga menolak budaya maupun teknologi modern apa pun yang datang dari luar Baduy.
Sedangkan Suku Baduy Luar sudah mengenal teknologi dan menerapkannya meski dalam batas-batas tertentu. Suku Baduy Luar inilah yang kemudian memperkenalkan banyak hal unik yang merupakan kekhasan Baduy kepada dunia luar.
Suku Baduy Luar dapat dikenali melalui pakaian adat yang mereka pakai dalam kegiatan sehari-hari. Jika Suku Baduy Dalam membatasi pemakaian warna hanya dengan memakai warna hitam dan putih, maka Suku Baduy Luar sudah menggunakan beberapa warna tambahan seperti biru.
Berikut ini adalah rincian pakaian adat Suku Baduy Luar yang selalu mereka pakai dalam keseharian.
1. Baju kampret (kelelawar).
Busana atasan bagi Suku Baduy Luar laki-laki yang disebut baju kampret ini selalu berwarna hitam. Baju ini sangat sederhana. Selain tidak berkantong dan tidak mempunyai kancing. Bahannya dapat berasal dari luar maupun dalam wilayah Baduy.
Baju kampret milik Suku Baduy Luar dibuat dengan mesin jahit ataupun dengan jahitan tangan.
2. Celana komprang.
Untuk busana bawahan, para lelaki Suku Baduy Luar tidak lagi memakai sarung sebatas lutut. Mereka sudah memakai celana komprang yang berwarna hitam. Celana komprang merupakan celana lebar yang menyerupai celana pendek.
3. Ikat kepala lomar.
Dalam kesehariannya, para lelaki Suku Baduy Luar, baik tua maupun muda, selalu mengenakan ikat kepala bernama lomar. Ikat kepala lomar selalu berwarna biru tua dan dihiasi motif batik.
4. Ikat pinggang.
Para lelaki Suku Baduy Luar seringkali memakai ikat pinggang berwarna hitam dengan bentuk yang sederhana. Ikat pinggang ini berfungsi mengencangkan celana komprang pemakainya.
Ikat pinggang yang dipakai para pria Suku Baduy Luar disebut sebagai adu mancung. Ikat pinggang ini dikenakan bersama dengan sarung poleng hideung dan kemeja kampret.
5. Sarung poleng hideung.
Seringkali para lelaki Suku Baduy Luar berkegiatan sambil menyampirkan sarung di bahunya. Sarung poleng hideung ini berwarna hitam putih dengan motif kotak-kotak.
6. Kebaya.
Jika para lelaki memakai baju kampret sebagai busana atasan, maka para perempuan Suku Baduy Luar menggunakan kebaya untuk menutupi tubuh bagian atas mereka. Kebaya yang dipakai para perempuan ini berwarna hitam atau putih.
Terdapat sedikit perbedaan antara kebaya yang dipakai oleh para perempuan Suku Baduy Luar yang sudah menikah dengan yang belum. Bagi yang sudah menikah, bagian dada kebaya akan lebih terbuka. Sedangkan bagi para gadis, bagian dada kebaya benar-benar tertutup.
7. Kain sarung batik biru.
Para perempuan Suku Baduy Luar selalu menggunakan sarung bermotif batik dan berwarna biru tua untuk menutupi tubuh bagian bawah mereka. Kain sarung ini dapat dipakai sebatas lutut atau hingga mata kaki.
8. Selendang dan ikat pinggang.
Para perempuan Suku Baduy Luar kerap mengenakan selendang untuk menutupi wajah dan rambut mereka. Selendang ini mempunyai motif batik dan ada dalam pilihan warna putih, biru, dan merah.
Sedangkan ikat pinggang mereka berwarna hitam dan bermodel sangat sederhana pula.
Demikianlah bermacam-macam perlengkapan dalam pakaian adat Suku Baduy Luar yang berhasil mempertahankan adat dan tradisinya di hadapan teknologi yang semakin maju dan kompleks. (*)