Narges Mohamadi, Nobel Perdamaian 2023 untuk Kesetaraan Gender dan HAM

waktu baca 2 minutes
Minggu, 8 Okt 2023 22:29 0 Patricia Pawestri

OSLO | TD – Narges Mohamadi, perempuan asal Irak yang merupakan aktivis HAM dan kini tengah mendekam di penjara, mendapat anugerah penghargaan Nobel Perdamaian 2023.

Pemberian penghargaan tersebut diumumkan oleh The Norwegian Nobel Committee, pada tanggal 6 Oktober 2023, di kota Oslo, Norwegia. Komite Nobel Norwegia adalah komite khusus yang berwenang menunjuk pemenang penghargaan Nobel Perdamaian.

Berit Reiss-Andersen, Ketua Komite Nobel Norwegia, mengatakan Narges Mohamadi sangat layak untuk mendapatkan Hadiah Nobel 2023 atas keberaniannya melawan penindasan perempuan dan hak asasi manusia yang selama ini terjadi di Iran.

Tertulis di laman Nobel Prize, Narges Mohamadi telah menerima penderitaan yang begitu besar karena perjuangannya tersebut. Mohamadi telah berulang kali ditangkap oleh Rezim Iran setidaknya 13 kali.

Ia juga telah menerima hukuman penjara sebanyak 5 kali, hingga total hukuman penjara yang Mohamadi terima saat ini adalah 31 tahun. Selain hukuman penjara, Mohamadi juga telah menerima 154 cambukan atas keberaniannya melawan pemerintah.

Kakak Narges Mohammadi, yaitu Hamidreza Mohamadi, mengatakan penganugerahan Hadiah Nobel 2023 tersebut sangat penting bukan hanya untuk adiknya saja, tetapi juga agar dunia internasional mengetahui dengan sejelas-jelasnya apa yang sebenarnya terjadi di Iran.

Hal ini dimaksudkan atas ketimpangan dan kekejaman kebijakan yang ditetapkan pemerintah Iran atas apa yang menjadi hak-hak perempuan sebagai warga negaranya.

Reiss-Andersen juga mengungkapkan dalam wawancaranya, bahwa Narges telah berjuang selama 30 tahun lebih untuk menyuarakan keadilan dan menjadi salah satu sosok yang paling berpengaruh dalam koordinasi jaringan aktivis di Iran. Meskipun berada di balik jeruji saat ini, Narges tetap sanggup memimpin demonstrasi dari dalam sel.

Narges Mohamadi adalah perempuan kelahiran Iran, 21 April 1972, yang telah menjadi aktivis kemanusiaan sejak 1990-an. Ia memegang tongkat kepemimpinan sebagai Wakil Presiden di Pusat Pembela Hak Asasi Manusia di Iran (DHRC), organisasi swadaya yang didirikan oleh Shirin Abadi, aktivis yang memenangkan Nobel Perdamaian di tahun 2003.

Beberapa poin perjuangan Narges adalah agar hak-hak perempuan dan hak asasi manusia ditegakkan, demokrasi tercipta, dan menolak adanya hukuman mati di Iran.

Namun, karena suaranya yang vokal tersebut, ia kemudian diperiksa dan ditahan di penjara Evin, Teheran, hingga saat ini. (*)

LAINNYA