Musim Hujan, Waspadai Demam Berdarah! Indonesia Telah Sedia Vaksinnya

waktu baca 4 menit
Jumat, 13 Des 2024 12:26 0 43 Patricia Pawestri

KESEHATAN | TD – Musim hujan merupakan salah satu waktu di mana perhatian terhadap timbulnya penyakit demam berdarah mencapai puncaknya. Karena nyamuk penyebar penyakit ini menyukai tempat-tempat genangan air untuk berkembang biak yang banyak terdapat saat musim hujan.

Demam berdarah patut diwaspadai karena keselamatan jiwa dapat menjadi risiko paling buruk bila penderita tak segera mendapat perawatan optimal. Virus dengue yang menular dari cairan yang dimasukkan ke tubuh manusia oleh nyamuk saat akan menghisap darah dapat menginfeksi plasma darah.

Gejala Demam Berdarah

Dalam gejalanya, demam berdarah menimbulkan suhu tubuh yang tinggi, sakit kepala yang amat sangat, sakit yang terasa di belakang bagian mata, otot dan sendi terasa nyeri. Penderita juga mengalami mual dan muntah. Selain itu, kelenjar air liur pun akan membengkak.

Pada tahap akut, perut akan semakin terasa sakit, disertai muntah terus menerus, napas yang tersengal-sengal, pendarahan pada hidung dan gusi, rasa lemas, lelah yang parah dan juga gelisah. Pendarahan juga dapat ikut keluar bersama muntahan dan tinja. Pasien menjadi dehidrasi hingga terasa sangat haus dan pucat warna kulitnya. Suhu tubuh penderita pun turun drastis menjadi sangat dingin. Saat inilah penderita demam berdarah berada dalam kondisi kritis.

Penyebab pendarahan pada penderita demam berdarah adalah infeksi virus dengue yang menyebabkan plasma darah pecah. Sehingga darah merah akan merembes bahkan menembus pembuluh darah. Inilah yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah di kulit penderita yang sebenarnya merupakan bekuan darah dan pembuluh darah pun mengempes. Rembesan darah inilah yang kemudian ikut keluar bersama muntahan atau tinja. Merembesnya sel darah merah inilah yang membahayakan nyawa penderita.

Dikutip dari Laporan Bulanan Kesehatan Darurat WHO pada Maret 2024 lalu, terdapat 46.168 kasus demam berdarah di Indonesia selama Maret 2023 hingga April 2024. Laporan tersebut juga menunjukkan jumlah korban jiwa mencapai 350 orang. Ini menunjukkan demam berdarah masih merupakan penyakit menakutkan yang banyak terjadi.

Kabar baik dari kemajuan teknologi kesehatan datang tahun 2024 ini bersama dua jenis vaksin demam berdarah yang dapat digunakan di Indonesia. Melalui pemberian vaksin tersebut diharapkan penyakit demam berdarah dapat dicegah lebih efektif lagi.

Dua Vaksin Demam Berdarah di Indonesia

1. Qdenga

Vaksin demam berdarah Qdenga diberikan dalam dua dosis dengan jarak waktu pemberian tiga bulan. Jenis vaksin ini dapat digunakan untuk menumbuhkan imunitas bagi mereka yang berusia 6 sampai 45 tahun. Dan dapat digunakan untuk mencegah penularan 4 strain virus dengue sekaligus, yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4.

Qdenga dapat diberikan untuk orang yang belum pernah menderita demam berdarah maupun penyintasnya. Vaksin Qdenga diproduksi oleh negara Jerman dan didistribusikan di Indonesia oleh PT Takeda.

2. Dengvaxia

Vaksin demam berdarah Dengvaxia diberikan dalam tiga dosis. Jarak waktu pemberiannya 6 bulan pada setiap suntikan. Jenis vaksin ini hanya boleh diberikan untuk penyintas, terutama anak-anak di usia 9 hingga 16 tahun.

Penggunaan vaksin ini memerlukan analisa darah terlebih dahulu sebelum vaksin diberikan. Tujuannya untuk memastikan penerima merupakan penyintas. Bila tidak, maka penerima yang belum pernah menderita demam berdarah justru berisiko mengalami infeksi parah.

Dengvaxia merupakan vaksin yang diproduksi negara Perancis. Dan, saat ini menjadi satu-satunya vaksin yang diperbolehkan di Amerika Serikat menurut situs cdc.gov.

Langkah-langkah Pencegahan Demam Berdarah

Dalam pengendalian penyakit demam berdarah, vaksinasi dapat menjadi satu pilihan pencegahan yang jitu. Meskipun demikian, beberapa opsi pendukung lainnya pun perlu dilakukan agar demam berdarah dapat dicegah secara optimal.

Misalnya dengan 3M plus, yaitu dengan menguras bak atau penampungan air secara rutin, menutup genangan, dan mendaur ulang barang bekas yang mungkin dapat digunakan nyamuk sebagai tempat berkembangbiak. Pencegahan kontak juga dapat dilakukan penggunaan losion anti nyamuk dan kelambu. Dengan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk di sumur. Dengan memasang kasa pada lubang-lubang dinding sebagai pencegah nyamuk masuk. Dan dengan menggunakan larvaisida yang aman pada penampung air

Dalam skala nasional, pemerintah pun telah melaksanakan program ‘nyamuk wolbachia’. Dalam program tersebut, bakteri alami serangga yang bernama wolbachia dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti yang merupakan inang virus dengue.

Bakteri tersebut kemudian akan menghambat pertumbuhan virus dengue dalam tubuh nyamuk. Hasilnya, virus tidak akan lagi ada dalam kandungan cairan pengencer darah yang disuntikkan nyamuk ke dalam tubuh manusia ketika nyamuk tersebut akan menghisap darah. Keberadaan Wolbachia dalam tubuh nyamuk juga akan menurun ke dalam telur-telurnya, sehingga secara perlahan akan menghabiskan keberadaan virus dengue secara masif.

Program pengendalian dengan nyamuk wolbachia, didukung dengan 3M plus, dan juga vaksinasi, serta mudahnya akses fasilitas kesehatan merupakan satu kesatuan yang dapat menjadi tombak dalam mengendalikan penyakit berbahaya demam berdarah. (Pat)

LAINNYA