MUSIK | TD – Musik adalah salah satu bentuk seni yang paling universal, mampu menyentuh emosi dan menghubungkan orang dari berbagai latar belakang. Di Indonesia, musik retro telah menjadi salah satu genre yang terus berkembang dan menarik perhatian banyak pendengar, terutama di kalangan generasi muda yang mencari nuansa nostalgia. Awal tahun 2025 menjadi momen yang menarik bagi musik retro di Indonesia, dengan munculnya band-band baru yang mengusung gaya ini. Salah satu band yang viral dan menjadi sorotan adalah The Lantis.
The Lantis sendiri merupakan sebuah grup band indie pop asal Jakarta yang sudah dibentuk sejak tahun 2019. Band ini memiliki tiga personel yang terdiri dari Giri selaku bass dan vokal, Ravi bagian gitar dan vokal, serta Ojan si gitaris. The Lantis berhasil menciptakan gelombang baru dalam musik Indonesia dengan merilis album terbaru mereka berjudul Pancarona. Album ini menampilkan single unggulan “Bunga Maaf,” yang langsung menarik perhatian banyak pendengar. Gaya musik mereka menggabungkan elemen vintage dengan sentuhan modern, menciptakan pengalaman mendengarkan yang nostalgik dan segar.
Lagu-lagu dalam album “Pancarona” tidak hanya menonjolkan melodi yang catchy, tetapi juga lirik yang puitis dan relatable, membuatnya mudah diterima oleh berbagai kalangan. Dengan aransemen yang kaya dan vokal yang kuat, The Lantis berhasil menciptakan suasana yang mengingatkan pendengar pada musik pop dan rock Indonesia di era 70-an dan 80-an.
Salah satu daya tarik utama dari The Lantis adalah kemampuannya untuk menggabungkan elemen-elemen klasik dengan inovasi modern. Mereka menggunakan instrumen yang sering ditemukan dalam musik retro, seperti gitar akustik, piano, dan alat musik tiup, tetapi dengan aransemen yang lebih segar dan kontemporer. Hal ini membuat musik mereka terasa familiar namun tetap relevan dengan selera pendengar masa kini.
Lirik-lirik yang ditulis oleh The Lantis juga mencerminkan pengalaman dan perasaan yang universal, seperti cinta, kehilangan, dan harapan. Ini membuat pendengar dapat terhubung secara emosional dengan lagu-lagu mereka. Misalnya, dalam single “Bunga Maaf,” tema tentang penyesalan dan harapan untuk memperbaiki hubungan disampaikan dengan indah, menjadikannya lagu yang mudah diingat dan dinyanyikan.
Keberhasilan The Lantis menunjukkan bahwa musik retro masih memiliki daya tarik yang kuat di kalangan generasi muda. Banyak pendengar yang merindukan suara dan gaya musik dari masa lalu, dan band ini berhasil memenuhi kerinduan tersebut dengan cara yang inovatif. Selain The Lantis, beberapa band lain juga mulai mengusung gaya retro, menciptakan tren baru dalam industri musik Indonesia.
Band-band seperti Sore, Kerispatih, dan Pashmina juga telah mengadopsi elemen retro dalam musik mereka, meskipun dengan pendekatan yang berbeda. Sore, misalnya, dikenal dengan harmoni vokal yang indah dan lirik yang puitis, sementara Kerispatih mengusung pop melankolis yang mengingatkan pada lagu-lagu klasik. Pashmina, di sisi lain, menggabungkan elemen pop modern dengan nuansa retro yang catchy.
Salah satu faktor yang berkontribusi pada popularitas band-band retro seperti The Lantis adalah media sosial dan platform streaming. Dengan adanya platform seperti Spotify, YouTube, dan Instagram, musisi dapat menjangkau audiens yang lebih luas tanpa batasan geografis. Lagu-lagu mereka dapat dengan mudah dibagikan dan dipromosikan, sehingga meningkatkan visibilitas dan popularitas mereka.
Media sosial juga memungkinkan penggemar untuk berinteraksi langsung dengan musisi, menciptakan komunitas yang solid di sekitar band. Hal ini sangat penting bagi band-band baru yang ingin membangun basis penggemar dan mendapatkan perhatian di industri musik yang kompetitif.
Awal tahun 2025 menjadi tahun yang menarik bagi musik retro di Indonesia, dengan band-band seperti The Lantis yang berhasil mencuri perhatian dan menciptakan karya-karya yang relevan. Dengan menggabungkan elemen klasik dan modern, mereka tidak hanya merayakan warisan musik Indonesia, tetapi juga memberikan warna baru yang segar dalam industri musik tanah air. Musik retro terus hidup dan berkembang, membuktikan bahwa nostalgia dapat menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya.
Dengan semakin banyaknya musisi yang mengeksplorasi gaya retro, kita dapat berharap untuk melihat lebih banyak inovasi dan kreativitas dalam musik Indonesia di masa depan. The Lantis dan band-band lainnya menunjukkan bahwa musik tidak hanya tentang suara, tetapi juga tentang cerita, emosi, dan koneksi yang dapat dibangun melalui melodi dan lirik. (*)