SAINTEK | TD – Mikroalga telah menarik banyak ilmuwan dan industri untuk melakukan penelitian dan pengembangan teknologi selama beberapa dekade terakhir.
Dalam berbagai pengamatan para ahli, mikroalga ditemukan memberikan hal-hal penting yang diperlukan bagi manusia dan bumi untuk memperbaiki diri dan menyediakan bahan makanan alami.
Salah satu situs lingkungan, biodiversity warriors dari kehati.or.id, mengatakan mikroalga mampu menyerap karbondioksida yang merupakan salah satu emisi gas yang mampu menaikkan suhu bumi ke taraf memprihatinkan. Salah satu penelitian lainnya mengungkap bahwa efisiensi mikroalga dalam menyadur gas emisi tersebut bahkan lebih tinggi daripada hutan bakau dan lainnya.
Berbagai penelitian juga telah mengungkapkan kemampuan istimewa mikroalga dalam mengurai limbah plastik yang terdapat di perairan. Selain itu, mikroalga juga dapat diproses menjadi bahan pengganti plastik itu sendiri yang lebih mudah terurai di alam (biodegradable).
Salah satu lembaga penelitian Indonesia, LIPI, juga berpartisipasi besar dalam penelitian pemanfaatan mikroalga. LIPI telah menemukan bahwa mikroalga memiliki nutrisi yang lebih baik dari sayuran hijau yang biasa dikonsumsi masyarakat. Kandungan asam amino, protein, serat, lipid (lemak), dan omega 3 merupakan nutrisi yang dapat diasup secara lengkap dari mikroalga berjenis ganggang hijau dan biru.
Penelitian lainnya yang membuat mikroalga berada di puncak piramida penelitian adalah potensi mikroalga sebagai bahan bakar nabati (BBN). Mikroalga dari jenis chlorella, misalnya, dapat dimanfaatkan lemak dan karbohidratnya untuk dijadikan biodiesel dan bioetanol untuk menggantikan bensin.
Sejak tahun 2006, Institut Pertanian Bogor dengan tim penelitiannya, Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC-IPB), telah menunjukkan sisi potensial produksi mikroalga yang dapat sangat melimpah melebihi tumbuhan lainnya sebagai BBN. Produktivitas mikroalga dapat mencapai 30 kali lebih banyak dari tumbuhan-tumbuhan darat seperti kelapa sawit dan jarak pagar.
Potensi pemanfaatan dan pengembangan teknologi mikroalga bertambah besar dengan ada luasan wilayah pantai di Indonesia. Kedua faktor tersebut membuat pembangunan ekonomi hijau berbasis mikroalga sangat potensial dikembangkan di Tanah Air.