Mi Lokal Bebas Gluten: Sehat, Ramah Lingkungan, dan 100% Indonesia!

waktu baca 5 minutes
Minggu, 15 Jun 2025 17:46 0 Redaksi

OPINI | TD — Siapa sih yang tidak kenal mi? Mi adalah makanan yang sudah sangat akrab bagi masyarakat Indonesia. Mulai dari pelajar hingga pekerja kantoran, banyak yang menjadikan mi sebagai solusi praktis untuk makan sehari-hari. Entah itu mi instan, mi goreng pinggir jalan, atau mi kuah di restoran kekinian, mi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Praktis, murah, dan pastinya… enak!

Namun, pernahkah kita berpikir tentang bahan utama yang digunakan untuk membuat mi? Sebagian besar mi di pasaran masih berbahan dasar tepung terigu, yang ternyata menyimpan berbagai isu penting dari sisi kesehatan dan ketahanan pangan.

Terigu, Gluten, dan Dampak Kesehatan

Meski mi sangat populer dan mudah ditemukan di mana-mana, banyak orang belum menyadari bahwa sebagian besar produk mi di pasaran masih berbahan dasar tepung terigu. Tepung terigu berasal dari gandum, tanaman subtropis yang tidak tumbuh di Indonesia, sehingga kebutuhan nasional sangat bergantung pada impor. Tepung terigu unggul karena mengandung gluten, protein yang memberi elastisitas pada adonan mi. Namun, gluten juga menjadi masalah bagi sebagian orang, seperti penderita celiac disease, autisme, atau individu dengan intoleransi gluten. Konsumsi gluten dapat menyebabkan gangguan pencernaan, peradangan usus, dan gangguan imun.

Selain itu, tepung terigu memiliki indeks glikemik yang tinggi, yang berarti cepat menaikkan kadar gula darah. Hal ini berdampak buruk bagi penderita diabetes melitus, hipertensi, maupun mereka yang sedang menjaga berat badan. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pola makan sehat dan keberlanjutan, muncul kebutuhan akan mi yang lebih aman, sehat, dan tentunya… lokal!

Di era modern ini, konsumsi makanan bergizi, rendah indeks glikemik, dan ramah lingkungan telah menjadi bagian dari gaya hidup baru. Di sinilah pentingnya inovasi pangan lokal, termasuk pengembangan mi bebas gluten (gluten-free) yang tidak hanya sehat, tetapi juga berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional.

Solusi Sehat dari Nusantara: Porang, Mocaf, dan Garut

Salah satu inovasi menarik adalah mi bebas gluten dari bahan lokal seperti tepung porang, mocaf (tepung singkong termodifikasi), dan tepung garut. Ketiga bahan ini tidak hanya aman untuk penderita intoleransi gluten, tetapi juga menyehatkan dan bernilai ekonomi tinggi. Mi ini juga dikemas dengan bahan biodegradable, sehingga lebih ramah lingkungan sekaligus mendukung gaya hidup sehat.

Inovasi mi bebas gluten berbahan lokal mulai jadi jawaban. Tiga bahan utama yang digunakan punya segudang manfaat:

Tepung Porang: Kaya akan glukomanan, senyawa polisakarida yang mampu menyerap air serta membentuk tekstur kenyal dan rendah kalori, cocok untuk pangan fungsional.
Tepung Mocaf: Berasal dari singkong fermentasi, mengandung serat tinggi dan lebih mudah dicerna dibanding tepung biasa.
Tepung Garut: Dikenal mudah dicerna, aman bagi bayi, dan bebas gluten. Karbohidrat tinggi, rendah gluten, dan ringan di perut.

Untuk menambah kelezatan dan kekayaan budaya, mi ini dibumbui dengan rempah khas Nusantara seperti tempe semangit (tempe fermentasi lanjut), andaliman (rempah khas Sumatera Utara), dan daun jeruk.

Proses Pembuatan: Sederhana tapi Inovatif

Mi ini dibuat menggunakan metode ekstrusi sederhana, yang melibatkan pencampuran bahan, pemanasan, dan pencetakan adonan secara kontinu menggunakan mesin ekstruder.

Berikut adalah 5 kombinasi yang dapat menciptakan semangkuk mi sehat bebas gluten:

F1: 12% tepung porang, 35% tepung mocaf, dan 14% tepung garut.
F2: 15% tepung porang, 30% tepung mocaf, dan 20% tepung garut.
F3: 18% tepung porang, 25% tepung mocaf, dan 25% tepung garut.
F4: 21% tepung porang, 20% tepung mocaf, dan 30% tepung garut.
F5: 21% tepung porang, 16% tepung mocaf, dan 33% tepung garut.

Kemudian, kita akan beralih ke cara pembuatan mi dengan metode sederhana, yaitu “Ekstruksi”. Berikut langkah-langkahnya:

1. Campur semua tepung sesuai formula (porang, mocaf, garut).
2. Tambahkan air, kuning telur, dan bumbu alami.
3. Kukus adonan selama 10 menit.
4. Cetak menggunakan ekstruder menjadi mi.
5. Keringkan di oven pada suhu 90–100°C selama 2,5 jam.
6. Bungkus dengan kemasan biodegradable yang dibuat dari maizena, agar-agar, cuka, dan minyak sawit.

Bagaimana Hasilnya?

Karakteristik Mi yang Dihasilkan:

1. Karakteristik Fisik:
Waktu Masak (Cooking Time): Berkisar antara 188–227 detik. Formula 5 membutuhkan waktu paling lama (227 detik) karena kandungan protein dan lemak dari porang yang tinggi.
Elongasi (Daya Tarik Mi): Berkisar antara 11%–12%. Formula 2 memiliki daya tarik paling baik (12%) karena kadar amilosa dari tepung garut.

2. Karakteristik Kimia:
Susut Pengeringan: Semua formula memenuhi standar SNI (<13%), dengan nilai terbaik pada Formula 2 dan 3 (hanya 1,6%).

3. Uji Organoleptik (Panelis):
Tampilan dan Warna: Formula 4 paling disukai (21%).
Aroma: Formula 2 unggul.
Rasa: Formula 3 paling disukai.
Keberterimaan Umum: Formula 1 dan 4 berada di posisi teratas.

Formulasi Terbaik

Hasil di atas menetapkan bahwa formulasi 4 merupakan juara umum! Kombinasi dari 21% tepung porang, 20% tepung mocaf, dan 30% tepung garut telah terbukti menghasilkan karakteristik terbaik, sebagai berikut:

Cooking Time: 214 detik.
– Elongasi: 11,0%.
– Susut Pengeringan: 2,5%.
– Paling Disukai dalam tampilan, warna, dan keseluruhan keberterimaan.

Lebih dari Sekadar Mi

Siapa bilang makanan sehat harus mahal atau impor? Inovasi mi bebas gluten dari porang, mocaf, dan garut membuktikan bahwa bahan lokal juga bisa naik kelas! Dengan proses yang simpel dan kemasan ramah lingkungan, mi ini bukan hanya enak dan menyehatkan, tetapi juga menjadi wujud nyata dari semangat “Bangga Buatan Indonesia”.

Ayo, Bergerak Bersama!

Kita bisa mulai dari hal kecil: memilih produk lokal, mendukung inovasi pangan sehat, bahkan mencoba membuat mi ini di rumah. Karena dari satu mangkuk mi lokal, kita bisa menciptakan perubahan besar untuk kesehatan, lingkungan, dan kedaulatan pangan bangsa. Ke depannya, mi tidak hanya soal kenyal dan gurihnya rasa, tetapi juga tentang gaya hidup sehat, peduli lingkungan, dan dukung kedaulatan pangan negeri sendiri. Yuk, mulai langkah kecil dari piring kita!

“Makan enak, sehat, dan cinta bumi mulai dari semangkuk mi!”

Penulis: Nanda Saharani, Ananda Fauziyyah, Rahmawati, Sulthanah Tsany Karamah, Aura Putri Azarine. Mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Editor: Mohamad Romli (*)

LAINNYA