OPINI | TD – Provinsi Banten, dengan kekayaan budaya dan sejarah Islam yang kental, memiliki potensi luar biasa untuk menjadi model pemerataan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam. Namun, realita di lapangan menunjukkan kesenjangan yang mengkhawatirkan. Cita-cita pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan berkarakter mulia masih jauh dari terwujud. Artikel ini akan mengupas tuntas tantangan tersebut, disertai opini kuat dan data pendukung, untuk menguraikan strategi komprehensif dalam membangun fondasi pendidikan yang berkeadilan di Banten, dengan nilai-nilai Islam sebagai landasannya.
Data BPS tahun 2024 menunjukkan angka partisipasi pendidikan di Banten masih belum merata. Persentase anak usia sekolah yang mengenyam pendidikan dasar di wilayah perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan, khususnya di Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Disparitas ini diperparah oleh kualitas pendidikan yang berbeda. Sekolah-sekolah di perkotaan umumnya memiliki fasilitas yang lebih memadai, akses teknologi yang lebih baik, dan guru-guru yang lebih berpengalaman, dibandingkan dengan sekolah-sekolah di daerah terpencil. Akibatnya, kualitas lulusan pun berbeda, menciptakan kesenjangan yang semakin melebar.
Lebih dari itu, kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari angka partisipasi dan sarana prasarana. Aspek pembentukan karakter juga tak kalah penting. Pendidikan berbasis nilai-nilai Islam, yang menekankan pentingnya akhlak mulia, kejujuran, dan tanggung jawab sosial, masih belum optimal diterapkan di banyak sekolah. Ini menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual, namun kurang kuat karakternya. Akibatnya, potensi mereka tidak dapat berkembang secara maksimal, dan mereka rentan terhadap berbagai permasalahan sosial, seperti kriminalitas dan radikalisme.
Islam, sebagai agama mayoritas di Banten, menawarkan solusi bagi permasalahan ini. Nilai-nilai Islam seperti adl (keadilan), musawah (kesetaraan), amanah (tanggung jawab), dan taqwa (kesalehan) merupakan fondasi moral yang kuat untuk membangun sistem pendidikan yang berkeadilan. Pendidikan berbasis nilai-nilai Islam bukan berarti mengabaikan ilmu pengetahuan modern, melainkan mengintegrasikan nilai-nilai luhur Islam ke dalam seluruh aspek pembelajaran. Ini berarti mendidik anak bukan hanya untuk menjadi pintar, tetapi juga berakhlak mulia, berintegritas, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Mewujudkan pemerataan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam di Banten bukanlah utopia. Ia membutuhkan strategi komprehensif yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, hingga keluarga. Berikut beberapa strategi kunci yang perlu diimplementasikan:
Penguatan Infrastruktur Pendidikan di Daerah Terpencil: Pemerintah harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur pendidikan di daerah terpencil. Ini termasuk pembangunan sekolah yang layak, penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai (perpustakaan, laboratorium, akses internet), dan penyediaan transportasi yang memudahkan siswa untuk mencapai sekolah. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menunjukkan bahwa (masukkan data riil tentang anggaran pendidikan di Banten yang dialokasikan untuk daerah terpencil dan proporsi yang ideal) anggaran yang dialokasikan masih belum mencukupi. Perlu adanya peningkatan signifikan dengan pengawasan yang ketat agar dana tersebut tepat sasaran.
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Guru: Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan yang intensif dan berkelanjutan, termasuk pelatihan yang berfokus pada integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran. Selain itu, perlu adanya program rekrutmen guru yang lebih tertarget ke daerah terpencil, mungkin dengan insentif khusus. Data menunjukkan (masukkan data real tentang rasio guru dan siswa di Banten, khususnya di daerah terpencil) rasio guru dan siswa di beberapa daerah masih sangat tinggi, sehingga perlu adanya penambahan jumlah guru yang signifikan.
Pengembangan Kurikulum yang Integratif: Kurikulum pendidikan perlu direvisi agar lebih integratif, mengabungkan ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai Islam. Bukan hanya sekadar menambahkan mata pelajaran agama, tetapi mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam seluruh mata pelajaran. Ini membutuhkan kreativitas dan kolaborasi antara para ahli pendidikan, ulama, dan praktisi pendidikan.
Mewujudkan pemerataan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam di Banten membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak. Ini bukan sekadar wacana, tetapi sebuah keniscayaan untuk membangun generasi masa depan yang cerdas, berakhlak mulia, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Dengan strategi yang komprehensif, diiringi pengawasan yang ketat dan evaluasi berkala, cita-cita Banten sebagai model pendidikan yang adil dan bermartabat dapat diwujudkan. Mari kita ubah mimpi menjadi realita, mewujudkan generasi emas Banten yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
Penulis: Siti Mastiah, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten. (*)