Mewaspadai Budaya FOMO pada Generasi Digital: Sebuah Perspektif Islam

waktu baca 4 menit
Minggu, 1 Des 2024 10:31 0 145 Redaksi

OPINI | TD – Di era globalisasi yang ditandai oleh pesatnya perkembangan teknologi digital dan media sosial, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin memprihatinkan, terutama di kalangan generasi muda. FOMO, yaitu rasa takut dan cemas akan kehilangan pengalaman, kesempatan, atau informasi yang sedang tren di media sosial, telah menjadi problematika serius yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan individu. Keinginan untuk selalu terhubung dan terus memantau aktivitas orang lain di media sosial memicu perasaan minder, terintimidasi, depresi, dan bahkan isolasi sosial, mengakibatkan penurunan produktivitas dan kualitas hidup.

Patrick McGinnis, seorang kapitalis ventura dan penulis Amerika, pertama kali memperkenalkan istilah FOMO pada tahun 2004. Dalam bukunya, ia menjelaskan bahwa FOMO berakar pada naluri biologis manusia untuk berkelompok dan mendapatkan pengakuan sosial. Namun, media sosial memperkuat dan memperluas fenomena ini. Informasi yang tersebar cepat dan tren yang berganti silih berganti memicu rasa penasaran dan keinginan untuk ikut serta, menciptakan lingkaran setan yang sulit dihentikan. Generasi Z, yang tumbuh di era digital, terutama rentan terhadap dampak negatif FOMO karena tekanan untuk selalu update dan tidak tertinggal.

Pandangan Islam terhadap FOMO:

Islam menawarkan perspektif yang holistik dan seimbang dalam menghadapi fenomena FOMO. Beberapa prinsip Islam yang relevan untuk mengatasi FOMO antara lain:

1. Qana’ah (Kerasionalan & Kepuasan): Islam mengajarkan pentingnya rasa syukur dan kepuasan atas apa yang dimiliki. Qana’ah mencegah seseorang terjebak dalam perlombaan duniawi yang tak berkesudahan. Ayat Al-Qur’an (QS. Taha: 131) mengingatkan kita untuk tidak terpesona oleh kesenangan duniawi yang sementara dan fokus pada hal-hal yang abadi.

2. Zuhud (Kesederhanaan & Tidak Terikat Dunia): Zuhud bukan berarti menghindari dunia sepenuhnya, tetapi menjaga agar hati tidak terlalu terikat dan terobsesi pada kesenangan duniawi. Hadits Rasulullah SAW menekankan bahwa zuhud bukanlah meninggalkan dunia, tetapi lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangan manusia (HR. Ahmad). Zuhud membantu seseorang terhindar dari pengaruh FOMO dan menjalani hidup dengan lebih tenang.

3. Keseimbangan Dunia dan Akhirat: Islam menekankan pentingnya keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Menikmati hal-hal duniawi seperti hobi dan kegiatan sosial diperbolehkan selama tidak melupakan kewajiban agama. Hadits Rasulullah SAW (HR. Bukhari) mengajarkan kita untuk beramal untuk dunia seolah-olah akan hidup selamanya, dan beramal untuk akhirat seolah-olah akan mati besok. FOMO yang berlebihan dapat mengacaukan keseimbangan ini dan menyebabkan kita mengabaikan ibadah dan kewajiban agama.

Strategi Mengatasi FOMO berdasarkan Perspektif Islam:

Untuk mengatasi FOMO, Islam menawarkan beberapa pendekatan praktis:

1. Memperkuat Rasa Syukur: Mensyukuri nikmat Allah SWT merupakan kunci utama mengurangi kecemasan akibat FOMO. Menyadari bahwa setiap orang memiliki rezeki dan jalan hidupnya masing-masing membantu kita menerima keadaan dan mengurangi perbandingan yang tidak sehat.

2. Memprioritaskan Ibadah dan Kegiatan Bermanfaat: Alih-alih mengejar tren, fokuslah pada kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Mengikuti ajaran Rasulullah SAW untuk menjadi manusia yang bermanfaat (HR. Ahmad) akan memberikan kepuasan batin yang jauh lebih berharga daripada kepuasan sesaat yang ditawarkan oleh media sosial.

3. Membatasi Penggunaan Media Sosial: Media sosial adalah pemicu utama FOMO. Membatasi waktu penggunaan media sosial dan menggunakannya secara bijak akan mengurangi paparan terhadap informasi yang dapat memicu kecemasan.

4. Merenungkan Akhirat dan Kehidupan Sebenarnya: Fokus pada akhirat akan memberikan perspektif yang lebih luas dan membantu kita menangani kesenangan duniawi secara seimbang. Hadits Rasulullah SAW (HR. Bukhari) yang menganjurkan untuk bersikap seperti orang asing atau musafir di dunia ini mengingatkan kita akan sifat sementara kehidupan dunia.

Kesimpulan:

FOMO merupakan tantangan nyata di era digital, yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan spiritual. Islam menawarkan solusi komprehensif berdasarkan prinsip qana’ah, zuhud, dan keseimbangan dunia-akhirat. Dengan menerapkan strategi yang sesuai dengan ajaran Islam, kita dapat terhindar dari kecemasan yang tidak perlu dan mencapai kesejahteraan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.

Penulis: Hani Amalia Rizki, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten (*)

LAINNYA