Menjadi Penulis Rabbani: Talkshow Inspiratif di Ramadhan Fest Asy-Syarif BSD

waktu baca 3 minutes
Senin, 24 Mar 2025 03:52 0 Redaksi

KOTA TANGSEL | TD – Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Asy-Syarif BSD menutup rangkaian Ramadhan Fest Asy-Syarif dengan menggelar Talkshow Spesial Ramadhan ke-7 yang bertajuk “Menjadi Penulis Rabbani di Era Digital”. Acara ini berlangsung di Teras Dakwah (Tanoshi Coffee) Masjid Asy-Syarif Al-Azhar BSD pada Minggu, 23 Maret 2025.

Kegiatan ini bertujuan untuk memakmurkan masjid dan membangun kolaborasi antar komunitas, terutama selama bulan Ramadhan, serta memperkenalkan Tanoshi Coffee yang baru saja diresmikan bulan lalu. Lebih dari 30 peserta dari kelompok pegiat literasi dan Taman Baca Masyarakat (TBM) di Provinsi Banten hadir dalam acara ini. Diharapkan, kegiatan ini dapat berlanjut setelah Ramadhan dengan tema-tema menarik yang melibatkan berbagai komunitas untuk berdiskusi di masjid.

“Kami membangun Teras Dakwah ini sebagai tempat berkumpulnya berbagai komunitas, dengan harapan dapat bersinergi untuk memakmurkan masjid dan mendukung program ‘Ayo Kembali ke Masjid’. Kami juga berencana untuk mendirikan Taman Baca di masjid guna membangun budaya literasi dan keilmuan di kalangan umat,” ungkap Irwan Bachtiar, Ketua Bidang Pendidikan, Pembinaan Pemuda dan Remaja DKM Asy-Syarif BSD, dalam sambutannya.

Talkshow ini diadakan setiap Sabtu dan Ahad selama bulan Ramadhan, dan telah mencapai chapter ke-7 (terakhir) pada Ramadhan 1446 Hijriah, dengan menghadirkan narasumber yang ahli di bidang kepenulisan, literasi, digital, dan dakwah. Tiga narasumber yang diundang adalahHerlina Mustikasari, Ketua Umum Komunitas Masyarakat Gemar Membaca (MAGMA) Kota Tangerang Selatan dan Pengurus Pusat Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), Kang Taufiq, Ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Provinsi Banten, dan Ahmad Zakaria, Wakil Ketua Pengurus Daerah (PD) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Tangerang Selatan.

Herlina, sebagai narasumber pertama, membahas pentingnya budaya literasi di masyarakat. Ia menekankan bahwa minat baca yang semakin menurun memerlukan gerakan kolektif untuk meningkatkan literasi.

“Menulis adalah puncak kemampuan berbahasa setelah membaca, menyimak, dan berbicara. Ini sangat penting. Kami berkomitmen untuk terus mendorong literasi. Alhamdulillah, lebih dari 150 Taman Baca Masyarakat telah bergabung, dan dari sana muncul penulis-penulis baru yang menghasilkan karya dalam bentuk buku, baik fiksi maupun non-fiksi,” jelas Herlina, yang sukses membangun komunitas MAGMA di Kota Tangsel.

Narasumber kedua, Taufiq, mengingatkan pentingnya hubungan antara karya tulis, jejak digital, dan catatan amal perbuatan di dunia, yang akan abadi.

“Pepatah mengatakan, ‘Ikatlah ilmu dengan tulisan’ dan ‘Menulislah maka engkau abadi’. Jejak digital yang kita buat melalui perangkat kita adalah karya yang akan tetap ada. Oleh karena itu, buatlah karya-karya positif yang menularkan kebaikan berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Di era digital ini, banyak orang berkumpul di platform seperti TikTok, jadi hadirkanlah karya positif di sana agar masyarakat tidak terpengaruh oleh konten negatif,” ungkap Taufiq, yang dikenal dengan iket khas Baduy.

Pada sesi ketiga, Zakaria menjelaskan nilai-nilai luhur literasi Rabbani dan sejarahnya.

“Kita ingat bahwa ayat Al-Qur’an pertama yang diturunkan adalah ‘Iqra bismirabbikalladzi khalaq’, yang berarti ‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan’. Para Imam dan Ulama terdahulu banyak menghasilkan karya dengan semangat ketuhanan. Kita seharusnya menghormati ilmu dan sumbernya, serta mendoakan mereka yang telah berjihad dalam dakwah dan literasi Islam,” jelas Zakaria.

Talkshow ini berlangsung interaktif dengan diskusi dan tanya jawab antara narasumber dan peserta, menghasilkan lima poin kesimpulan sebagai berikut:

  1. Teruslah membaca dan menulis untuk menghasilkan karya, dari hal-hal kecil dan sederhana, serta konsisten dalam kebaikan.
  2. Pelajari berbagai platform digital untuk meningkatkan jangkauan penyebaran ilmu pengetahuan.
  3. Digitalisasi karya tulisan agar lebih mudah diakses oleh masyarakat.
  4. Adaptasi karya tulisan menjadi konten multimedia yang relevan dengan tren saat ini.
  5. Bangun budaya membaca, menyimak, dan mendengarkan, serta tingkatkan edukasi literasi digital untuk mengurangi dampak negatif teknologi. (*)
LAINNYA