OPINI | TD — Di era digital ini, teknologi informasi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks pendidikan. Salah satu inovasi yang semakin mendominasi adalah teknologi Kecerdasan Buatan (AI) atau Artificial Intelligence. Kemajuan pesat dalam teknologi AI mempermudah akses informasi bagi masyarakat, termasuk di kalangan mahasiswa. Namun, meski memiliki banyak manfaat, penggunaan teknologi ini sering kali disalahgunakan, yang dapat berdampak negatif terhadap proses belajar.
AI bukan hanya alat untuk mencari informasi, tetapi juga berfungsi sebagai asisten dalam menyelesaikan tugas. Di kalangan mahasiswa, salah satu AI yang paling populer digunakan adalah ChatGPT. Sayangnya, banyak mahasiswa yang mengandalkan ChatGPT bukan untuk mencari referensi atau inspirasi, tetapi untuk mendapatkan jawaban langsung dari tugas yang diberikan. Mereka cenderung menyalin dan menempelkan jawaban yang diberikan tanpa melakukan analisis atau pengembangan lebih lanjut. Terlebih jika waktu deadline mendekat, banyak yang berpikir bahwa yang penting adalah menyelesaikan tugas, tanpa mempertimbangkan kualitas jawaban.
Penting untuk diingat bahwa meskipun teknologi AI seperti ChatGPT dapat memberikan manfaat besar, penggunaannya harus diimbangi dengan sikap bijak. Setiap teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari penggunaan ChatGPT di kalangan mahasiswa:
1. Peningkatan Produktivitas: ChatGPT dapat membantu mahasiswa menjadi lebih produktif. Dengan kemampuannya untuk memberikan penjelasan yang jelas tentang materi yang sulit dipahami, mahasiswa bisa lebih cepat menguasai pelajaran.
2. Sumber Inspirasi dan Referensi: Ketika dihadapkan pada tugas menulis, ChatGPT dapat memberikan ide-ide segar dan sumber referensi yang membantu proses kreatif.
3. Latihan Berpikir Kritis: Mahasiswa dapat melatih kemampuan berpikir kritis mereka dengan mengajukan pertanyaan kepada ChatGPT dan menganalisis jawaban yang diberikan.
1. Ketidakakuratan Informasi: Meskipun ChatGPT mampu memberikan jawaban yang tampak meyakinkan, tidak semua informasi yang diberikan akurat. Mengandalkan jawaban tanpa verifikasi dapat berisiko menurunkan kualitas tugas dan nilai akademis.
2. Keterbatasan dalam Memahami Pertanyaan: Terkadang, ChatGPT kesulitan dalam memahami pertanyaan yang kompleks atau rumit, sehingga jawaban yang diberikan menjadi kurang relevan.
3. Ketergantungan Berlebihan: Penggunaan ChatGPT yang berlebihan dapat menyebabkan mahasiswa menjadi malas belajar. Jika selalu mengandalkan AI untuk mendapatkan jawaban, kemampuan analisis dan pemecahan masalah mahasiswa dapat terhambat.
4. Daftar Pustaka yang Sulit Diakses: ChatGPT sering kali menyediakan referensi yang tidak dapat diakses atau berbahasa asing, yang memaksa mahasiswa untuk mencari informasi tersebut secara terpisah.
Mahasiswa seharusnya menyikapi kemajuan teknologi dengan lebih bijak. Saat diberikan tugas, cobalah untuk menjawabnya sendiri terlebih dahulu. Jika mengalami kesulitan, gunakan ChatGPT sebagai alat bantu untuk mengolah pikiran dan mendapatkan gambaran, bukan sebagai solusi tunggal. Sikap ini tidak hanya meningkatkan kemampuan akademis, tetapi juga mendorong perkembangan diri secara keseluruhan.
Akhir kata, selagi teknologi AI terus berkembang, penting bagi mahasiswa untuk menggunakan alat ini dengan bijak dan tidak berlebihan. Dengan cara ini, mereka tidak hanya akan mendapatkan manfaat dari teknologi, tetapi juga tetap dapat berproses dalam belajar dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk masa depan.
Penulis: Hafiz Eqbal Yusuf, Mahasiswa Pengantar Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. (*)