Menghadapi Era Post-Truth: Memperkokoh Identitas Kebangsaan di Tengah Badai Hoaks dan Disinformasi

waktu baca 5 minutes
Rabu, 7 Mei 2025 14:27 1 Redaksi

OPINI | TD — Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang pesat, identitas kebangsaan menjadi semakin penting. Namun, di era di mana informasi dapat menyebar dengan cepat, kita juga dihadapkan pada tantangan baru: disinformasi. Fenomena ini, yang semakin marak di era pasca-kebenaran, mengaburkan batas antara fakta dan opini, serta mengancam kesatuan masyarakat. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk memahami bagaimana cara mempertahankan rasa nasionalisme dan identitas kebangsaan di tengah gelombang informasi yang sering kali menyesatkan.

Post-Truth dan Disinformasi: Ancaman bagi Identitas Kebangsaan

Disinformasi, yang didefinisikan sebagai informasi yang salah dan disebarkan dengan sengaja, telah menjadi senjata ampuh dalam mempengaruhi opini publik. Di era post-truth, di mana perasaan dan keyakinan individu lebih diutamakan daripada fakta, masyarakat menjadi rentan terhadap propaganda yang menyesatkan. Ujaran kebencian, hoaks politik, dan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dapat merusak rasa persatuan dan nasionalisme jika tidak ditangani dengan serius.

Polarisasi sosial yang diakibatkan oleh disinformasi menciptakan “echo chamber” di mana individu hanya menerima informasi yang sesuai dengan kepercayaan mereka. Hal ini tidak hanya melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi, tetapi juga memicu konflik yang dapat mengancam integritas bangsa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pennycook dan Rand (2018), disinformasi dapat menyebabkan polarisasi sosial yang signifikan, yang pada gilirannya berdampak pada pandangan politik dan perasaan kebangsaan masyarakat. Oleh karena itu, meningkatkan literasi informasi dan membangun kesadaran kritis di kalangan masyarakat menjadi sangat penting.

Strategi Memperkuat Identitas Kebangsaan

Untuk menghadapi tantangan disinformasi, kita perlu mengimplementasikan strategi yang komprehensif. Pertama, penguatan literasi digital sangat penting, terutama bagi generasi muda. Dengan kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan memverifikasi informasi secara kritis, mereka dapat membedakan antara fakta dan hoaks. Menurut McIntyre (2018), dalam era pasca-kebenaran, kemampuan untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi menjadi keterampilan yang sangat diperlukan untuk melawan disinformasi.

Revitalisasi nilai-nilai Pancasila juga menjadi kunci. Pendidikan karakter yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila di semua jenjang pendidikan akan membangun landasan moral yang kuat dan kesadaran kebangsaan yang tinggi. Pancasila bukan hanya sekadar dasar negara, tetapi juga merupakan panduan etika yang dapat menyatukan masyarakat dalam keragaman. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, masyarakat dapat memiliki identitas yang kokoh dan saling menghargai.

Peran aktif media dan influencer dalam menyebarkan informasi yang benar dan membangun narasi positif tentang negara sangat strategis. Media sosial, sebagai platform yang sangat berpengaruh, dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang mendidik dan membangun kesadaran kebangsaan. Dalam hal ini, media massa harus bertanggung jawab dalam menyajikan informasi yang akurat dan tidak menyesatkan.

Pemerintah juga harus mengambil langkah tegas untuk mencegah penyebaran disinformasi. Kebijakan yang mendukung lingkungan informasi yang sehat akan membantu masyarakat hidup dalam stabilitas dan memiliki kesadaran kebangsaan yang kuat. Dengan menerapkan regulasi yang ketat terhadap penyebaran hoaks dan disinformasi, pemerintah dapat menciptakan ruang publik yang lebih aman dan kondusif bagi diskusi yang konstruktif.

Bersama-sama Memperkuat Identitas Kebangsaan

Dalam menghadapi tantangan disinformasi, kita tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja. Setiap elemen masyarakat, mulai dari individu, keluarga, institusi pendidikan, hingga pemerintah, memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesadaran kebangsaan.

Pendidikan sebagai Fondasi

Pendidikan harus menjadi fondasi utama dalam membangun kesadaran kebangsaan. Kurikulum yang mengintegrasikan literasi digital dan nilai-nilai Pancasila akan membekali generasi muda dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan informasi di era digital. Dengan memahami sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang membentuk identitas bangsa, generasi muda akan lebih mampu menghargai keragaman dan memperkuat persatuan.

Peran Media dan Influencer

Media massa dan influencer memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk opini publik. Mereka harus berkomitmen untuk menyajikan informasi yang akurat dan mendidik, serta menghindari penyebaran konten yang dapat memecah belah masyarakat. Dengan memanfaatkan platform media sosial secara bijak, mereka dapat menjadi agen perubahan yang positif, menyebarkan narasi yang membangun dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga identitas kebangsaan.

Keterlibatan Masyarakat Sipil

Masyarakat sipil juga harus aktif dalam menciptakan kesadaran akan disinformasi. Kampanye kesadaran yang melibatkan komunitas lokal dapat membantu meningkatkan literasi informasi di tingkat akar rumput. Pelatihan dan workshop tentang cara mengenali hoaks dan informasi yang menyesatkan dapat memberdayakan masyarakat untuk menjadi konsumen informasi yang lebih kritis.

Kebijakan Pemerintah yang Proaktif

Pemerintah harus mengambil langkah proaktif dalam menangani disinformasi. Selain menerapkan regulasi yang ketat, pemerintah juga perlu mendukung inisiatif yang memperkuat identitas nasional. Program-program yang mempromosikan kerukunan antarumat beragama, toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman budaya harus didorong. Dengan menciptakan kebijakan yang inklusif, pemerintah dapat membantu membangun masyarakat yang lebih kohesif dan harmonis.

Kesimpulan

Dalam era post-truth yang penuh tantangan ini, memperkuat identitas kebangsaan bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat mungkin dilakukan. Dengan kolaborasi antara individu, institusi pendidikan, media, dan pemerintah, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesadaran kebangsaan dan melawan disinformasi.

Hafsah Yustitia (Foto: Dok. Pribadi)

Kita harus ingat bahwa identitas kebangsaan adalah perekat yang menyatukan kita dalam keragaman. Dengan membangun kesadaran akan pentingnya nilai-nilai kebangsaan dan literasi informasi, kita dapat menghadapi tantangan globalisasi dan disinformasi dengan lebih kuat. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta bangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Fitria Rahmaulia (Foto: Dok. Pribadi)

Dengan langkah-langkah konkret dan komitmen bersama, kita dapat memastikan bahwa identitas kebangsaan kita tetap kokoh dan relevan di tengah perubahan zaman. Saatnya kita bersatu, berjuang melawan disinformasi, dan merayakan keberagaman yang menjadi kekuatan bangsa kita.

Penulis: Hafsah Yustitia dan Fitria Rahmaaulia, Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon. (*)

LAINNYA