Memperkuat Nasionalisme Melalui Pembelajaran Kewarganegaraan yang Inovatif

waktu baca 3 minutes
Rabu, 7 Mei 2025 16:07 0 Redaksi

OPINI | TD — Menanamkan semangat kebangsaan pada pelajar merupakan aspek penting dalam membentuk individu yang berilmu, berintegritas, serta memiliki kecintaan terhadap tanah air. Wujud dari nasionalisme terlihat dalam sikap cinta tanah air, menjaga persatuan, rela berkorban, dan keteguhan dalam menghadapi berbagai rintangan. Oleh karena itu, pengajaran nilai-nilai kebangsaan sebaiknya dimulai sejak dini, khususnya di tingkat sekolah dasar, guna memperkuat pembentukan karakter yang nasionalis.

Peran orang tua sangat menentukan dalam membentuk karakter anak, termasuk dalam menumbuhkan semangat kebangsaan, nilai-nilai nasionalisme, dan moralitas. Keterlibatan aktif orang tua dalam pendidikan karakter sangat penting, mengingat mereka menjadi panutan utama bagi anak-anak mereka. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan yang lebih efektif dalam melibatkan orang tua, seperti pelatihan, seminar, atau kegiatan keluarga yang menanamkan nilai-nilai nasionalisme.

Secara khusus, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memiliki tujuan untuk menciptakan warga negara yang cerdas, terampil, dan peduli terhadap lingkungan sosial serta bangsa. Nilai-nilai nasionalisme dapat diajarkan melalui mata pelajaran ini. Selain itu, sikap dan perilaku guru selama proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan penanaman nilai kebangsaan. Hal ini menegaskan bahwa guru memainkan peran penting dalam membentuk semangat nasionalisme siswa, terutama melalui keteladanan yang mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.

Nasionalisme merupakan kesadaran kolektif untuk mencintai, melindungi, dan memperjuangkan kepentingan bangsa Indonesia. Sikap ini mencerminkan rasa memiliki terhadap negara serta komitmen untuk menjaga identitas, keutuhan, kesejahteraan, dan kekuatan nasional. Pola pikir nasionalisme mendorong semangat cinta tanah air, memperkuat persatuan bangsa, dan menumbuhkan kesadaran bernegara yang kokoh dan berkelanjutan.

Agar Indonesia dapat menjadi bangsa yang maju, penanaman nilai-nilai nasionalisme perlu dimulai sejak anak usia dini, terutama di jenjang sekolah dasar. Jika hal ini diabaikan, Indonesia berisiko kehilangan generasi penerus yang tidak memiliki rasa cinta tanah air. Salah satu solusi untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan memperkuat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar.

Langkah awal yang penting adalah membantu siswa menemukan jati diri mereka, karena hal ini dapat membentuk kembali karakter dan rasa nasionalisme yang mulai luntur, sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah (2016). Proses pembelajaran PKn bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan semangat kebangsaan, dengan beberapa pendekatan seperti yang diuraikan oleh Wahyuningsih (2020), antara lain:

1. Memperkuat peran guru dalam menanamkan nilai kewarganegaraan.
2. Membiasakan siswa untuk menghargai Indonesia di awal pembelajaran.
3. Mengaitkan nilai-nilai nasionalisme dengan kegiatan belajar sehari-hari.
4. Melatih siswa mengikuti upacara bendera dengan tertib.
5. Meningkatkan mutu kegiatan pengembangan diri.

Sementara itu, menurut Lestari dan Janah (2019), siswa juga perlu dibimbing agar kegiatan berjalan efektif. Mereka perlu diajarkan untuk mencintai produk lokal serta mampu memilih budaya asing yang positif dan menolak pengaruh negatif. Pendekatan lain dari Min et al. (2021) menekankan pentingnya menceritakan kisah tokoh-tokoh perjuangan dan menyanyikan lagu wajib nasional sebagai bagian dari pembelajaran PKn, untuk menanamkan rasa cinta tanah air secara emosional.

Allifa Rahma dan Diva Nurunnajmi Aulia (Foto: Dok. Pribadi)

Seluruh metode ini bisa diterapkan secara konsisten di sekolah dasar untuk membentuk karakter siswa yang nasionalis sejak dini. Dengan demikian, melalui pembelajaran PKN yang inovatif, kita dapat memperkuat nasionalisme dan menciptakan generasi penerus yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mencintai dan berkomitmen terhadap bangsa dan negara.

Penulis: Allifa Rahma dan Diva Nurunnajmi Aulia, Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon. (*)

LAINNYA