OPINI | TD – Media digital kini berfungsi sebagai jembatan penting dalam memperkuat komunikasi antara warga negara dan pemerintah. Perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah paradigma interaksi menjadi lebih luas, cepat, dan aktif. Melalui media digital, masyarakat memiliki ruang untuk menyuarakan aspirasi, kritik, dan harapan secara langsung kepada pemerintah. Sebaliknya, pemerintah dapat memanfaatkan media digital untuk menyampaikan informasi publik, kebijakan, dan program pembangunan secara lebih luas dan efektif. Komunikasi publik yang efektif melalui media digital tidak hanya mencerminkan keterbukaan pemerintah, tetapi juga memperkuat partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi.
Teknologi komunikasi digital, seperti media sosial, website pemerintahan, dan aplikasi layanan publik, telah menjadi platform utama dalam mendukung komunikasi yang terbuka dan efisien antara pemerintah dan masyarakat. Website resmi pemerintah kini tidak hanya menampilkan informasi dasar, tetapi juga menyediakan fitur interaktif seperti chatbot, forum diskusi, dan kanal pengaduan langsung yang memungkinkan masyarakat untuk terlibat lebih jauh. Melalui website ini, masyarakat dapat mengakses berbagai informasi, peraturan daerah, serta berita terkini terkait kebijakan pemerintah. Transparansi ini sangat penting dalam membangun kepercayaan publik karena informasi yang diberikan bersifat resmi, faktual, dan dapat diverifikasi. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah semakin gencar mengembangkan layanan digital terintegrasi guna mempermudah masyarakat mengakses data lintas sektor, seperti informasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Inisiatif ini sejalan dengan program smart city, di mana teknologi menjadi fondasi utama dalam menciptakan tata kelola kota yang cerdas, responsif, dan partisipatif.
Aplikasi layanan publik semakin memperkuat akses masyarakat terhadap berbagai layanan pemerintahan. Aplikasi seperti LAPOR!, JAKI (Jakarta Kini), dan SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara) menunjukkan bagaimana digitalisasi dapat mempercepat proses birokrasi yang sebelumnya lambat dan berbelit-belit. Fitur notifikasi waktu nyata (real-time notification) membantu warga mengetahui perkembangan laporan mereka, sehingga mengurangi kekhawatiran atas kurangnya tindak lanjut dari pihak berwenang. Beberapa aplikasi juga menyediakan fitur penilaian kinerja pelayanan, yang memungkinkan masyarakat memberikan umpan balik terhadap kualitas layanan yang mereka terima. Dengan adanya sistem ini, instansi pemerintahan lebih terdorong untuk meningkatkan standar pelayanannya secara berkelanjutan. Selain itu, penggunaan teknologi big data dan machine learning dalam aplikasi-aplikasi tersebut memungkinkan analisis tren aduan masyarakat secara lebih cepat dan akurat, sehingga pemerintah dapat mengambil keputusan yang berbasis data dan lebih tepat sasaran dalam merespons kebutuhan publik.
Media sosial juga memainkan peran penting dalam membangun komunikasi dua arah yang aktif antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah kini aktif menggunakan platform seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan bahkan TikTok untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat, terutama generasi muda. Strategi komunikasi digital ini membantu menyampaikan informasi secara lebih ringan dan mudah dipahami melalui infografis, video pendek, atau siaran langsung (live streaming). Di sisi lain, masyarakat memanfaatkan media sosial sebagai alat kontrol sosial dan demokrasi, dengan menyuarakan berbagai isu sosial seperti korupsi, pelayanan publik yang buruk, atau kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat. Interaksi langsung antara pejabat publik dan warga di media sosial memperkuat prinsip keterbukaan dan kehadiran pemerintah dalam ruang digital. Media sosial juga berperan dalam manajemen krisis, di mana informasi tanggap darurat seperti bencana alam atau pandemi dapat disebarkan secara cepat dan luas.
Digitalisasi ini telah membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat dalam kehidupan bernegara. Tidak hanya dalam urusan administratif, teknologi komunikasi digital kini menjadi sarana penting dalam pembentukan kesadaran politik dan sosial di tengah masyarakat. Kampanye politik, petisi daring, polling kebijakan, dan forum diskusi virtual menjadi ruang di mana masyarakat bisa menyampaikan aspirasi secara kolektif. Keterlibatan masyarakat dalam memantau dan mengawasi penggunaan anggaran publik atau pembangunan infrastruktur melalui informasi di media sosial menciptakan kontrol sosial yang lebih kuat. Dengan demikian, media digital tidak hanya memperluas akses terhadap informasi, tetapi juga memperkuat peran warga sebagai subjek dalam proses demokrasi. Perkembangan ini mendorong lahirnya generasi masyarakat digital yang kritis, peka terhadap isu, dan siap terlibat dalam membentuk masa depan bangsa.
Namun, meskipun media digital menawarkan berbagai kemudahan, penggunaannya juga menghadirkan sejumlah tantangan serius. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan akses digital, di mana tidak semua masyarakat memiliki perangkat atau kemampuan yang memadai untuk mengakses teknologi digital. Selain itu, penyebaran informasi yang tidak valid atau menyesatkan, seperti hoaks dan misinformasi, dapat menyebabkan kebingungan di tengah masyarakat. Tantangan lainnya adalah responsivitas pemerintah yang tidak merata; tidak semua instansi aktif dalam merespons suara masyarakat secara digital. Terakhir, ada pula risiko penyalahgunaan data pribadi yang dapat terjadi apabila sistem keamanan digital tidak dikelola dengan baik.

Alysa Sabrina (Foto: Dok. Pribadi)