SOSOK | TD — Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, muncul sosok generasi Z yang inspiratif, berhasil menonjolkan pentingnya bahasa dan budaya. Lusy Widiyanti, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Tangerang, terpilih sebagai Terbaik III Putri Duta Bahasa Provinsi Banten 2024. Kemenangannya pada 26 Mei 2024 bukan hanya sekadar prestasi, tetapi juga sebuah panggilan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Lusy, yang akrab disapa Ucy, adalah contoh nyata dari generasi muda yang peduli terhadap identitas budaya dan bahasa. Dengan latar belakang yang kuat dalam pendidikan bahasa, ia menunjukkan kemampuan luar biasa dalam berkomunikasi, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Kepribadiannya yang ramah dan keterampilan komunikasinya yang mumpuni berhasil memenangkan hati dewan juri, menjadikannya panutan bagi banyak orang.
Dalam wawancara eksklusif beberapa waktu lalu, Lusy mengungkapkan motivasinya untuk mengikuti ajang Duta Bahasa. “Saya ingin melatih kemampuan bahasa Indonesia saya dan mengetahui perkembangan bahasa saat ini,” ujarnya. Ia juga mengaku terinspirasi oleh artis Dian Sastrowardoyo, yang dianggapnya sebagai panutan dalam dunia seni dan bahasa. “Ada tokoh yang menginspirasi saya, yaitu Dian Sastrowardoyo. Dia menunjukkan bagaimana pentingnya menggunakan bahasa yang baik dan benar,” tambahnya.
Namun, perjalanan Lusy tidak tanpa tantangan. “Tantangan terberat adalah terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik,” ungkapnya. Meskipun demikian, semangatnya untuk berkontribusi dalam bidang kebahasaan dan literasi tidak pernah pudar. “Saya percaya bahwa dengan menggunakan bahasa yang baik, kita dapat memperkuat identitas budaya kita,” tegasnya.
Lusy mempersiapkan diri untuk ajang Duta Bahasa dengan berbagai cara. Ia mengikuti pelatihan bahasa, membaca banyak literatur, dan melakukan simulasi wawancara untuk meningkatkan keterampilan komunikasinya. “Latihan ini sangat membantu saya untuk mengatasi rasa gugup dan meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum,” jelasnya. Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman-teman juga menjadi faktor penting dalam persiapannya. “Dukungan mereka sangat berarti bagi saya. Saya merasa tidak sendirian dalam perjalanan ini,” katanya.
Dengan terpilihnya sebagai Putri Duta Bahasa Banten, Lusy berkomitmen untuk mempromosikan pentingnya bahasa dan sastra di kalangan generasi muda. “Saya ingin berkontribusi lebih banyak dalam bidang kebahasaan, kesastraan, dan literasi. Sematkan cinta di setiap langkah dengan ketulusan!” tulisnya dalam postingan di media sosial. Ia berharap dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk mencintai bahasa dan budaya Indonesia.
Lusy bukan hanya seorang duta bahasa, tetapi juga seorang penulis. Di usia muda, ia telah menjadi tim penulis buku berjudul “Guru Itu, Cantik,” yang diterbitkan pada tahun 2019. “Menulis adalah cara saya untuk mengekspresikan diri dan berbagi pemikiran saya tentang pendidikan,” ujarnya. Prestasi ini menunjukkan bahwa Lusy tidak hanya berbicara tentang pentingnya bahasa, tetapi juga mengimplementasikannya dalam karya nyata.
Dengan 132 peserta yang mendaftar untuk ajang Duta Bahasa Banten tahun ini, Lusy berhasil menempati posisi teratas sebagai Terbaik III. “Saya sangat bersyukur atas pencapaian ini dan berterima kasih kepada semua yang telah mendukung saya,” katanya. Ini adalah bukti bahwa dedikasi dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Lusy Widiyanti adalah simbol harapan dan kebanggaan bagi masyarakat, dan langkahnya ke depan akan terus menginspirasi banyak orang untuk mencintai bahasa dan budaya Indonesia.
Penulis: Helmalia, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)