Pengurus Bank Sampah Yes Nerada bersama perwakilan Kelurahan Cipayung menunjukkan hasil pemilahan sampah anorganik sebagai bagian dari edukasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat di RW 10 Perumahan Nerada, Kota Tangerang Selatan. (Foto: Ist)KOTA TANGSEL | TD – Program Bank Sampah yang berada di Perumahan Nerada, RW 10, terus menunjukkan komitmennya dalam mengelola sampah berbasis partisipasi warga.
Selama sembilan tahun berjalan, Bank Sampah Yes Nerada menjadi salah satu motor penggerak perubahan pola pengelolaan sampah di lingkungan permukiman.
Lurah Cipayung, Dini Nurlianti, menyebut Bank Sampah Yes Nerada sebagai kebanggaan wilayah sekaligus contoh konsistensi pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Menurutnya, semangat para pengurus tidak pernah surut sejak bank sampah ini berdiri.
“Ini membawa nama Cipayung, kecamatan, dan tentu saja Kota Tangerang Selatan. Alhamdulillah, pencapaian yang luar biasa,” ujar Dini. Rabu, (17/12/2025).
Prestasi Bank Sampah Yes Nerada pun diakui secara nasional. Pada 2023, bank sampah ini berhasil meraih peringkat ke-8 nasional dalam lomba bank sampah tingkat Indonesia yang digelar di Padang. Keberhasilan tersebut diharapkan dapat ditularkan ke RW lain di Cipayung.
Dini menambahkan bahwa bank sampah sangat bermanfaat karena mampu mengubah barang tak terpakai menjadi sesuatu yang bernilai. Nilainya bukan hanya ekonomi, tetapi juga nilai kebaikan dan manfaat bagi lingkungan.
“Melalui bank sampah, semua jadi bernilai. Ini solusi penanganan sampah dari rumah tangga, dimulai dari rumah kita sendiri,” jelasnya.
Ketua RW 10 Nerada, Mamik Rahayu, mengungkapkan bahwa membangun kesadaran warga bukan perkara mudah. Dibutuhkan edukasi yang panjang dan konsisten agar warga mau terlibat aktif dalam pengelolaan sampah.
“Sekarang manfaatnya benar-benar terasa, baik untuk lingkungan maupun kebiasaan warga sehari-hari,” kata Mamik.
Sementara itu, Direktur Bank Sampah Yes Nerada, Meta Yogandiri, menjelaskan pengelolaan bank sampah didukung oleh 10 pengurus aktif. Dari sekitar 300 kepala keluarga, 150 diantaranya telah menjadi nasabah. Serta 20–30 warga terlibat dalam pengelolaan sampah organik melalui maggot.
Menurut Meta, Bank Sampah Yes Nerada telah berjalan secara mandiri tanpa bergantung pada bantuan RW. Selain mengurangi sampah, sistem ekonomi sirkular juga telah berjalan melalui investasi hasil sampah ke tabungan emas binaan Pegadaian.
“Sekarang sudah terkumpul sekitar tujuh gram emas. Ini bukti bahwa sampah bukan hanya bermanfaat bagi lingkungan, tapi juga bernilai ekonomi,” pungkasnya. (Idris Ibrahim)