OPINI | TD — Pendidikan merupakan usaha menyadarkan manusia dan memberikan kesabaran dalam membina jiwa dan jasmani dalam membentuk kebaikan diri. Sekumpulan proses perjalanan hidup dalam kehidupan tergambar dalam deskripsi visi dan misi yang terdokumentasikan menjadi perencanaan, aktivitas kehidupan dan pengawasan hidup serta adanya evaluasi dinamakan dengan kurikulum hidup.
Rangkaian nikmat yang diberikan Allah kepada manusia yang melekat dalam dirinya adalah usia. Setiap tahunnya usia manusia akan bertambah, tetapi secara pandangan Allah Siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, di akhirat pun dia pasti buta dan lebih tersesat jalannya manusia berkurang karena Allah sudah menetapkan batasan usia makhluknya di dunia.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al A’rof ayat 34 “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”
Ada beberapa makna usia di dalam Al-Qur’an antara lain:
1. Al Amanah yaitu usia yang Allah berikan kepada kita akan dipertanggungjawabkan kelak. Potret berupa dokumentasi kita akan diperlihatkan kepada kita dihadapan Allah.
2. Al-Furshoh yaitu nikmat kesempatan, baik waktu luang, kesehatan dan panjang usia. Kesempatan mencari bekal menuju akhirat. Sebagaimana Imam Al Ghazali bertutur : Dunia adalah ladang akhirat. Maka setiap yang diciptakan Allah di dunia, bisa untuk dijadikan bekal menuju akhirat.
3. Al-fitnah artinya umur atau usia yang Allah berikan adalah ujian bagi kita. Umur atau usia manusia setiap hari akan termakan oleh waktu. Pergunakan titipan umur ini dengan sebaik-baiknya karena ada batas guna pakai.
Al-Qur’an membahas dengan detail tentang usia manusia di dalamnya sebagai pengingat di dalam kehidupan yaitu dalam surat :
A. Al Hud Ayat 15 dan 16 yang artinya “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.”
B. Lukman ayat 22 yang artinya “Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.”
C. Al-Isra ayat 72 yang artinya “Siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, di akhirat pun dia pasti buta dan lebih tersesat jalannya”.
Semoga bertambahnya usia kita semakin sadar dan lebih mempersiapkan bekal pulang menuju kampung yang sesungguhnya, yaitu akhirat. Wallahu A’lam bishawwab.
Penulis : Dr. Zulkifli, MA.
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang dan UIN Jakarta. (Red)