KOTA TANGERANG | TD — Wajah lelah dan sedih terlihat pada wajah korban banjir di perumahan Total Persada Raya, RW 07 dan RW 08, Kelurahan Gembor, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Selasa (23/2/2021).
Sekitar 1.900 orang masih bertahan di tempat pengungsian usai mereka meninggalkan rumahnya masing-masing pada Sabtu, 20 Februari 2021. Banjir dengan ketinggian hingga empat meter, kembali merendam pemukiman tersebut.
Sampah berserakan di lokasi banjir Perumahan Total Persada Raya, Selasa (23/2/2021). (Foto: Nadya Sherlyudita Putri/TangerangDaily).
Saat ini, banjir berangsur-angsur surut. Sebagian warga telah kembali ke rumah mereka, namun tak sedikit juga yang rumahnya masih terendam air, salah satunya Joko, Warga RT 007/07, Kelurahan Gembor. Ketinggian air sekitar dua meter masih merendam rumahnya.
“Banjir tahun ini lebih besar dari sebelumnya, ketinggian air sampai empat meter, genting sampai terendam,” ungkap pria 64 tahun itu kepada TangerangDaily.
Meski masih terendam banjir, warga kembali ke rumahnya untuk menyelamatkan harta benda yang terendam banjir, Selasa (23/2/2021). (Foto: Novi Lestari/TangerangDaily).
Joko pun hanya bisa pasrah. Ia tidak bisa menyelamatkan harta bendanya. Banjir yang datang secara cepat, membuatnya hanya sempat membawa sarung dan sajadah.
Cerita serupa diungkapkan Ida, Ketua RT 09, Perumahan Total Persada Raya. Hujan deras mengguyur pemukiman tersebut sejak Jumat, 22 Februari 2021, pukul 23.00 WIB. Kemudian, tanggul penahan air di pinggir Kali Sabi di antara perumahan Mutiara Pluit dan Pluit Damai jebol. Lalu, air dengan cepat menggenangi perumahan Total Persada Raya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang membangun jalan terapung di lokasi banjir Perumahan Total Persada Raya. Jalan tersebut menjadi akses warga untuk memeriksa rumah mereka yang terendam banjir, Selasa (23/2/2021). (Foto: Nadya Sherlyudita Putri/TangerangDaily)
Peristiwa itu membuat warga panik, sebab kata Ida, warga tidak mengantisipasi akan terjadi banjir sebesar itu. “Banjir terjadi tahun 2016, lalu tiga tahun tidak ada banjir. Kembali banjir tahun 2020 dan 2021 ini. Banjir kali ini termasuk yang terparah, tingginya mencapai hampir empat meter,” katanya.
Banjir yang terus berulang itu dikeluhkan warga. Yuli mengatakan, ia ingin sekali pindah dari lokasi itu, namun setelah dihitung, uang hasil penjualan rumah tak mencukupi untuk membeli rumah baru.
Sekitar 1.900 warga korban banjir di Perumahan Total Persada masih bertahan di pengungsian, gedung olahraga Total Persada, Selasa (23/2/2021). (Foto: Rida Adinda/TangerangDaily)
“Akhirnya hanya bisa pasrah dan bertahan semampunya,” katanya.
Senada, Joko pun mengungkapkan hal sama. Ia telah bermukim di perumahan itu selama 23 tahun. Meski lelah karena banjir, namun ia berusaha tetap merasa nyaman dan bertahan.
“Sudah capek, rugi segalanya, rugi tenaga, materi,” katanya. (Eko Setiawan/Nadya Sherlyudita Putri/Novi Lestari/Rida Adinda/Laras Panca Putri/Aldrien Adi Surono/Rom)