Kemarau Basah Melanda Indonesia: Apa Penyebab dan Cara Menghadapinya?

waktu baca 2 minutes
Rabu, 28 Mei 2025 12:44 0 Patricia Pawestri

FENOMENA ALAM | TD – Musim kemarau telah tiba, namun hujan masih sering turun hampir setiap hari. Langit yang mendung, cucian yang tak kunjung kering, dan payung yang selalu menaungi pejalan kaki menjadi ciri khas fenomena ini, yaitu kemarau basah. Pada tahun 2025, kemarau basah kembali melanda berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Tangerang, dan memberikan dampak signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Suhu Permukaan Laut Pengaruhi Musim Kemarau Menjadi Basah

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa kemarau basah tahun ini merupakan akibat dari suhu permukaan laut di sekitar Indonesia yang lebih tinggi dari biasanya. Data BMKG per Mei 2025 menunjukkan anomali suhu laut berkisar antara +0,5 hingga +1°C di atas normal. Suhu ini cukup untuk memicu pembentukan awan hujan, meskipun secara kalender seharusnya Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Bahkan, BMKG mencatat bahwa sekitar 63% wilayah zona musim di Indonesia masih mengalami hujan ringan hingga sedang.

Di Tangerang, kondisi ini juga terasa. Prakiraan cuaca dari BMKG menunjukkan suhu udara di wilayah tersebut berkisar dari 23 sampai 33 derajat Celsius, dan dengan kelembapan antara 57 hingga 94%. Meskipun cuaca relatif bersahabat, potensi hujan ringan masih ada, terutama pada siang hingga sore hari.

Dampak dari Kemarau Basah

Kondisi ini menimbulkan kebingungan bagi banyak orang. Petani di beberapa daerah terpaksa menunda jadwal tanam atau panen karena sawah yang tetap becek. Di sisi lain, masyarakat perkotaan juga merasakan dampaknya, mulai dari kemacetan akibat hujan sore hingga risiko kesehatan seperti demam berdarah akibat genangan air.

Selain itu, beberapa daerah mengalami peningkatan potensi longsor kecil dan banjir lokal. Di wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat, misalnya, hujan dengan intensitas sedang tercatat turun lebih dari 10 hari dalam sebulan—angka yang tidak biasa untuk musim kemarau.

Tips Menghadapi Cuaca di Musim Kemarau Basah

Meskipun tidak separah musim hujan, kemarau basah tetap memerlukan antisipasi. BMKG memperkirakan kondisi ini akan berlanjut hingga Agustus 2025. Dan, masyarakat sebaiknya tetap waspada terhadap segala risiko cuaca. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah genangan, serta memastikan saluran air tetap lancar. Hal ini penting, terutama untuk mencegah jentik nyamuk.

Fenomena ini juga mengingatkan kita akan kenyataan perubahan iklim. Cuaca kini semakin sulit dalam prediksi, dan adaptasi menjadi kunci utama. Meskipun kita tidak dapat mengendalikan cuaca, kita bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik—termasuk dengan membawa payung, meskipun kalender menunjukkan ini adalah musim kemarau. (Nazwa/Pat)

LAINNYA