
Badri, ayah Afriyani, tenaga kerja migran yang ditemukan meninggal di dalam koper di Arab Saudi. (Foto: Sayuti/TangerangDaily)
Awal Mula Berangkat ke Arab Saudi
Badri mengatakan tak ada yang menyangka nasib Afriyani akan berakhir nahas. Ia menceritakan, sebelum berangkat untuk menjadi pekerja migran ke Arab Saudi, Afriyani sebenarnya sudah memiliki pekerjaan.
Seseorang berinisial R, yang diduga menjadi perekrut atau sponsor, menawari Afriyani bekerja sebagai pekerja migran ke Tanah Arab. R merupakan warga Desa Pagenjahan, daerah yang bersebelahan dengan Desa Bakung, rumah Badri dan keluarga. Selama ini, R dikenal sebagai sponsor tenaga kerja migran untuk bekerja sebagai pekerja migran di Arab Saudi di kampung tersebut.
Awalnya, kata Badri, keluarga melarang. Namun, Afriyani mendesak untuk berangkat. “Dia bilang ingin membantu ekonomi keluarga. Apalagi banyak tetangga yang terlihat sukses setelah menjadi TKI,” ujar Badri masih dengan wajah yang tampak murung.
Badri melanjutkan, sebelum berangkat, pihak keluarga tidak menerima informasi terkait dengan pengurusan dokumen keberangkatan Afriyani. Keluarga pun tak mengetahui informasi teknis keberangkatan Afriyani lewat sponsor.
Akhirnya, keluarga melepas Afriyani. Tak ada yang menyangka Afriyani akan berangkat dengan menyalahi prosedur resmi. Dokumen yang dimilikinya diduga palsu. Keluarga juga tak mengungkit proses keberangkatan karena Afriyani sempat mengirimkan kabar dalam keadaan sehat saat tiba di Arab Saudi pada Januari 2020. Ia pun mengaku mendapatkan pemberi pekerjaan yang baik hati.
Namun kisah suka berubah menjadi duka. “Setelah 7 bulan bekerja, ia mengaku tidak kuat lagi bekerja dengan majikannya karena sering dimintai pekerjaan berat. Misalnya, ia diminta menggotong galon berisi air minum dan tabung gas dari lantai bawah ke dalam rumah. Sementara, rumah pemberi kerja berada di lantai 3,” ucap Badri.
Badri menambahkan, akhirnya putrinya melarikan diri dari rumah pemberi kerja. Ia tinggal bersama kenalan yang juga seorang pekerja migran di Arab Saudi. Afriyani sempat mengabarkan dan meminta keluarga tidak usah khawatir dan terlalu memikirkan dirinya karena kondisi aman dan sehat saat itu.
Itu merupakan kabar baik terakhir dari Afriyani. “Akhir November, tiba-tiba Ibu Kos tempat tinggal Afriyani menelepon lewat video kepada keluarga untuk mengabarkan dia telah meninggal dan meminta izin untuk dimakamkan di Arab Saudi. Tapi, esok sorenya saya malah dapat kabar dia ditemukan di dalam koper,” kata Badri.
Kepala UPT Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Serang, Lismia Elita, mengatakan bahwa Afriyani diketahui berangkat tanpa mengikuti prosedur resmi. Ia menuju Arab Saudi lewat sponsor berinisial R pada 2019.
Padahal, penempatan ke negara-negara Timur Tengah dengan majikan perseorangan sudah ditutup sejak 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 260 Tahun 2015. Pengiriman secara resmi saat ini harus melalui perusahaan penyedia jasa atau P3MI yang sudah mendapat rekomendasi dari pemerintah.
“Apalagi keberangkatannya ini diduga terjadi pemalsuan dokumen mengingat Afriyani belum memiliki KTP waktu itu. Ini sangat berbahaya sekali, PMI (pekerja migran Indonesia) menjadi tidak terlindungi demi keuntungan pribadi oknum sponsor yang memberangkatkan,” ungkapnya kepada TangerangDaily, 15 Februari lalu.