OPINI | TD — Islam, agama yang kini memeluk miliaran jiwa di dunia, memiliki sejarah perkembangan yang kaya dan beragam. Kisah penyebarannya tak hanya sekedar pencatatan peristiwa, melainkan juga sebuah pergulatan budaya, politik, dan spiritual yang membentuk lanskap peradaban hingga saat ini.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, menjadi salah satu contoh menarik bagaimana Islam berakar dan berkembang, berpadu dengan kearifan lokal dan membentuk identitas nasional yang unik.
Namun, perjalanan Islam tak berhenti di Nusantara. Ekspansinya ke berbagai penjuru dunia, termasuk Eropa, menghadirkan dinamika tersendiri yang patut kita telusuri.
Nusantara: Simfoni Budaya dan Dakwah
Perjalanan Islam di Indonesia, bukanlah invasi, melainkan sebuah proses organik yang berlangsung berabad-abad. Teori masuknya Islam melalui jalur perdagangan telah lama diterima, dengan para pedagang Arab, Persia, dan Gujarat berperan sebagai duta pertama agama ini. Namun, bukan sekadar transaksi dagang yang terjadi. Mereka membawa lebih dari sekadar rempah dan kain sutra; mereka membawa ajaran yang mampu merangkul dan berasimilasi dengan budaya setempat.
Di Sumatera Utara, khususnya Barus, diperkirakan Islam telah hadir sejak abad ke-7 Masehi, meskipun menghadapi tantangan dari kerajaan Buddha Sriwijaya. Namun, proses Islamisasi terjadi secara bertahap dan damai, bukan melalui penaklukan militer.
Di Jawa, peran Walisongo menjadi titik terang. Sembilan wali ini tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga beradaptasi dengan budaya lokal, menciptakan sinergi yang melahirkan seni, budaya, dan tradisi Islam yang khas Nusantara. Makam-makam kuno, seperti makam Fatimah binti Maimun di Jawa Timur, menjadi bukti diam dari jejak awal perkembangan Islam di tanah Jawa.
Di Jawa Barat, kedatangan Syekh Quro dan para da’i lainnya turut memperkaya warna perkembangan Islam di wilayah Pasundan. Proses ini menekankan pentingnya pendekatan dakwah yang bijak, yang menghargai dan menyerap kearifan lokal, sehingga Islam bukan hanya diterima, tetapi juga dihayati sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat.
Dunia: Migrasi, Adaptasi, dan Pergulatan
Perkembangan Islam di luar Indonesia juga menyajikan kisah yang menarik. Di Eropa, misalnya, peradaban Islam di Andalusia (Semenanjung Iberia) selama berabad-abad telah meninggalkan warisan yang luar biasa di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan arsitektur.
Namun, pengusiran umat Islam pada abad ke-16 dan 17 memaksa migrasi besar-besaran, yang pada gilirannya menyebarkan Islam ke berbagai penjuru dunia. Contohnya, komunitas Muslim di Inggris yang terus berkembang, hingga melahirkan tokoh-tokoh publik seperti Sadiq Khan, Wali Kota London. Kisah ini menunjukkan bagaimana Islam, meski menghadapi berbagai tantangan, tetap mampu beradaptasi dan berkontribusi pada peradaban global.
Kesimpulan: Perjalanan yang Berkelanjutan
Perkembangan Islam di Indonesia dan dunia bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah proses dinamis yang terus berlangsung. Dari perdagangan rempah hingga peran tokoh-tokoh berpengaruh, dari adaptasi budaya hingga pergulatan politik, Islam telah dan terus membentuk dunia.
Memahami sejarahnya adalah kunci untuk menghargai keberagaman dan keragaman interpretasi ajaran Islam, serta untuk membangun masa depan yang inklusif dan harmonis.
Perjalanan panjang ini mengajarkan kita pentingnya toleransi, dialog, dan pemahaman antar budaya dalam membangun peradaban yang lebih baik.
Penulis: Mujtahid Baehaqi, mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. (*)