RELIGI | TD — Pada hari ini, Jumat, 6 Juni 2025, umat Islam di berbagai penjuru dunia merayakan Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Qurban. Idul Adha adalah salah satu dari dua hari raya besar dalam Islam, selain Idul Fitri. Momen ini bukan sekadar perayaan biasa, tetapi juga sebagai ruang kontemplatif tentang nilai keikhlasan, ketakwaan, dan pengorbanan.
Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa selama sembilan hari pertama di bulan Dzulhijjah, dengan puncaknya adalah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Dalam hadis, beliau bersabda:
“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” (HR. Muslim)
Di balik keagungan perayaan ini, terdapat kisah spiritual yang mendalam — yaitu kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, yang menjadi pondasi ibadah qurban.
1. Permohonan Seorang Ayah
– Nabi Ibrahim AS, di usia senja dan tanpa keturunan, memohon kepada Allah agar dikaruniai anak yang saleh.
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (QS. Ash-Shaffat: 100)
– Doanya dikabulkan melalui istrinya Siti Hajar, lahirlah Nabi Ismail AS yang tumbuh menjadi anak yang lembut dan taat.
2. Perintah Melalui Mimpi
– Ketika Ismail menginjak usia remaja, Nabi Ibrahim menerima perintah melalui mimpi selama tiga malam berturut-turut.
– Mimpi itu jelas: Allah memerintahkannya untuk menyembelih putra kesayangannya.
– Setelah meyakini kebenaran perintah itu, Nabi Ibrahim berbicara kepada Ismail:
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.” (QS. Ash-Shaffat: 102)
– Jawaban Ismail menjadi tonggak spiritual besar:
“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102)
3. Momen Pengorbanan dan Penggantian
– Dengan hati yang penuh ketundukan, Nabi Ibrahim membawa Ismail ke tempat sunyi untuk melaksanakan perintah itu.
– Saat pedang hampir menyentuh leher anaknya, Allah menggantikan Ismail dengan sembelihan besar — sebagai bukti bahwa ujian mereka telah lulus.
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaffat: 107)
Hikmah Qurban dan Makna Ketakwaan
Kisah ini tidak hanya menggambarkan pengorbanan fisik, tetapi juga pengorbanan batin: melepaskan ego, kepemilikan, dan rasa “punya” terhadap sesuatu yang dicintai. Dari sinilah lahir perintah qurban kepada umat Islam. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu…” (QS. Al-Hajj: 37)
Referensi:
1. Kisah Nabi Ibrahim Diperintah Allah Sembelih Nabi Ismail dalam Al-Qur’an, Sejarah Kurban – Islami Liputan6.com
2. Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di Balik Asal Usul Hari Raya Idul Adha – Detik
3. Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim Menyembelih Ismail – Rumaysho
4. QS. Al-Hajj: 37 – Quran.com
5. Tafsir QS. Al-Hajj: 37 – Recite Quran
Penulis: Sugeng Prasetyo
Editor: Mohamad Romli (*)