TANGERANG | TD – Belajar sejarah tidak cukup hanya dengan menyimak pelajaran di dalam ruangan. SDN Karawaci Baru 3 pada hari ini mengadakan jalan-jalan atau Field Trip untuk siswa-siswinya pada hari ini, 21 Februari 2023.
Tujuan dari program Field Trip tersebut adalah mengenalkan para siswa dengan bangunan-bangunan yang merupakan ikon bagi Kota Tangerang.
Dengan Field Trip ini, para siswa didekatkan dengan sejarah Kota Tangerang yang tak lepas dari perjuangan dan pembangunan oleh berbagai umat beragama dan suku.
“Selain belajar tempat bersejarah di sekitar tempat tinggal, ini juga untuk mengajarkan anak-anak keberagaman. Salah satu keberagaman di Indonesia adalah agama, jadi agar mereka juga memiliki rasa toleransi. Sehingga, kami ingin mengenalkan kepada mereka tentang agama lain agar mereka bisa saling bertoleransi,” tutur seorang guru SDN Karawaci Baru 3.
Tiga obyek edukasi yang dikunjungi oleh SDN Karawaci Baru 3 yaitu Masjid Kalipasir, Museum Benteng Heritage, dan Pura Kerta Jaya.
Dengan mengunjungi Masjid Kalipasir, misalnya, para siswa dapat mengetahui bahwa sejak dahulu kala sudah terdapat toleransi di antara umat beragama.
Masjid Kalipasir dahulu didirikan oleh Tumenggung Pamit Wijaya, seorang ulama yang bertugas mensyiarkan Islan dari Kesultanan Cirebon ke Banten. Saat beliau singgah ke Tangerang, didirikannyalah masjid ini bersebelahan dengan Klenteng Boen Tek Bio pada tahun 1700-an.
Kemudian, saat berada di Pura Kerta Jaya, para siswa dapat mengenal kebudayaan dalam agama Hindu.
Akar dari toleransi dapat dibangun dengan memperkenalkan kebudayaan dari agama-agama lain. Dengan mengenal dan memahami, diharapkan para siswa dapat memaklumi dan menghormati adanya perbedaan dari agama lainnya. Dan dengan adanya sikap menghormati, diyakini tidak akan ada perselisihan atau permusuhan di kemudian hari.
Sejarah peradaban masyarakat Tangerang dapat diketahui dari Museum Benteng Heritage. Cikal bakal museum ini adalah sebuah rumah tradisional Tionghoa. Seorang peneliti kebudayaan Tionghoa di Indonesia, Udaya Halim, mengambil alih bangunan tersebut yang kala itu rusak parah.
Udaya Halim kemudian merestorasi rumah Cina tersebut dengan mendasarkan pada riset hingga ke luar negeri. Ia juga membuka lebar-lebar para penduduk sekitar yang ingin menyumbangkan koleksi dengan tujuan memperkaya pengetahuan budaya masyarakat.
Dengan mengamati koleksi-koleksi yang ada di Museum Benteng Heritage, para siswa dapat mengetahui akulturasi yang terjadi antara budaya Betawi dengan budaya Cina. Juga tentang kedatangan Panglima Cheng Ho dari Cina, yang menjadi asal muasal penduduk Tionghoa Tangerang.
Salah seorang wali kelas mengatakan bahwa program jalan-jalan ini merupakan yang pertama dilakukan sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
“Hari ini, kami melaksanakan field trip perdana setelah pandemi. Kegiatan field trip ini sesuai dengan materi pembelajaran untuk kelas lima yaitu tempat-tempat bersejarah yang ada di Kota Tangerang,” tutur Ibu Yati Handiati, wali kelas lima SDN Karawaci baru 3.
Kegembiraan mengikuti program sekolah tersebut diungkapkan oleh siswa-siswi SDN Karawaci Baru 3.
“Aku senang banget soalnya bisa dateng ke pura ini dapat informasi tentang agama-agama lain juga. Aku mau ke tempat ibadah agama-agama lain juga supaya dapat informasi dan pengetahuan yang baru juga,” tutur Syakira Adhwa Putri.
Given Sahid, siswa lainnya, mengatakan keinginannya untuk lebih jauh mengetahui sejarah Kota Tangerang.
“Ini kali pertama aku field trip karena sebelum-sebelumnya belum pernah. Aku juga dapat banyak informasi. Ini juga pertama kali aku naik Bus Jawara keliling Kota Tangerang dan aku mau field trip lagi supaya lebih tahu sejarah Kota Tangerang dan kalau bisa tentang kota-kota lain,” tutur Given.***