Fathu Makkah: Momen Bersejarah dalam Perjuangan Islam

waktu baca 2 minutes
Jumat, 23 Mei 2025 15:20 0 Patricia Pawestri

RELIGI | TD – Fathu Makkah, atau Penaklukan Makkah, merupakan salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Islam. Terjadi pada tahun ke-8 Hijriah, tepatnya di bulan Ramadan, peristiwa ini menandai perubahan signifikan dalam dakwah Nabi Muhammad SAW. Dengan tanpa melibatkan pertempuran besar dan pertumpahan darah yang signifikan, Nabi berhasil merebut kembali kota suci Makkah dari tangan kaum Quraisy, sebuah kemenangan yang dicapai melalui strategi yang cermat dan penuh kasih.

Sebelumnya, kaum Muslimin dan Quraisy telah menandatangani Perjanjian Hudaibiyah, yang sempat meredakan ketegangan antara kedua belah pihak. Namun, perjanjian ini dilanggar oleh sekutu Quraisy, Bani Bakar, yang menyerang Bani Khuza’ah, sekutu kaum Muslimin. Pelanggaran ini menjadi alasan bagi Rasulullah SAW untuk mengambil tindakan. Beliau kemudian mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang dan berangkat menuju Makkah.

Penaklukan Makkah dilakukan dengan strategi yang menghindari pertempuran langsung. Nabi membagi pasukannya menjadi beberapa kelompok untuk memasuki kota dari berbagai arah, menciptakan tekanan psikologis tanpa harus mengangkat senjata. Taktik ini berhasil membuat kaum Quraisy tidak berdaya dan menyerahkan kota tanpa perlawanan yang berarti.

Teladan Nabi Muhammad SAW untuk Memaafkan dalam Peristiwa Fathu Makkah

Yang paling mengesankan dari peristiwa ini bukan hanya keberhasilan merebut kota, tetapi juga sikap pemaaf Nabi Muhammad SAW. Meskipun saat itu beliau memiliki kekuasaan penuh atas kota dan penduduknya—termasuk mereka yang pernah menyakitinya secara fisik dan emosional—Nabi memilih untuk tidak membalas dendam. Dalam sebuah riwayat, ketika Rasulullah SAW berdiri di hadapan penduduk Makkah, beliau bertanya:

“Wahai kaum Quraisy, menurut kalian apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?”

Mereka menjawab: “Kebaikan. Engkau saudara yang mulia, putra dari saudara yang mulia.”

Lalu Rasulullah berkata:

“Pergilah, kalian semua bebas.”

(HR. Muslim, No. 1780)

Pernyataan singkat ini menjadi bukti nyata betapa besar hati dan kasih sayang seorang Rasul. Alih-alih menghukum, beliau memilih untuk memaafkan, yang menunjukkan esensi sejati Islam: damai, pengampunan, dan kemanusiaan.

Setelah Fathu Makkah, Ka’bah dibersihkan dari berhala, dan ajaran tauhid ditegakkan kembali sesuai dengan warisan Nabi Ibrahim. Banyak penduduk Makkah yang kemudian memeluk Islam, dan agama ini pun berkembang lebih luas ke berbagai wilayah.

Fathu Makkah bukan hanya sekadar kemenangan strategis, tetapi juga cerminan akhlak Nabi Muhammad SAW. Ia tidak hanya menaklukkan kota, tetapi juga hati manusia. Dari peristiwa ini, umat Islam belajar bahwa kemenangan terbesar adalah ketika kita mampu membawa perubahan tanpa kekerasan, serta memberikan maaf saat memiliki kuasa untuk membalas. (Nazwa/Pat)

LAINNYA