SAINTEK | TD – Penelitian para ahli atas manfaat debu bulan untuk menahan laju perubahan iklim dan pemanasan global menjadi diskusi yang menarik.
Jika pemanfaatan debu bulan tersebut berhasil, diperkirakan 1-2% persen sinar matahari akan berkurang sehingga bumi akan mengalami kelandaian dalam grafik kenaikan suhu tahunan.
Sameer Khan, salah seorang peneliti dalam tim Pusat Astrofisika di Universitas Harvard dan Smithsonian, mencoba menjelaskan di bagian orbit mana debu harus dipertahankan dalam waktu lama.
“Karena kita mengetahui posisi dan massa benda langit utama di tata surya kita, kita dapat dengan mudah menggunakan hukum gravitasi untuk melacak posisi matahari yang disimulasikan dari waktu ke waktu untuk beberapa orbit yang berbeda,” tutur Sameer Khan dalam penjelasannya.
Penggunaan orbit berdasar hukum gravitasi dua benda langit tentu berhasil dalam hal penempatan teleskop luar angkasa James Webb (JWST). Hal tersebut juga diharapkan, dalam perhitungan para peneliti, akan terjadi pada debu yang akan ditembakkan.
Namun, berbeda dengan satelit JWST yang berbobor 6.161 kg, bobot debu yang ringan membuat debu mudah terpengaruh oleh angin matahari, radiasi, dan gravitasi yang ada di luar angkasa.
Hal ini menyebabkan keharusan menembakkan debu setiap periode tertentu untuk terus menerus menciptakan keteduhan bagi bumi.
“Agak sulit membuat perisai bertahan di L1 cukup lama untuk menghasilkan bayangan yang berarti. Ini seharusnya tidak mengejutkan, karena L1 adalah titik kesetimbangan yang tidak stabil.
Bahkan penyimpangan sekecil apa pun pada orbit pelindung matahari dapat menyebabkan itu dengan cepat menyimpang dari tempatnya,” jelas Sameer Khan.
L1 adalah titik lagrange, yaitu titik terdekat antara bumi dan matahari di mana gravitasi keduanya menyebabkan gaya yang seimbang. Skenario pertama dalam penelitian ini adalah menembakkan debu dari L1 secara berkala.
Sedangkan dalam skenario kedua, debu akan ditembakkan dari permukaan bulan ke arah matahari. Debu bulan tersebut akan menyebar ke berbagai jalur dan kemudian bergerak ke arah lintasan L1 dan menjadi peneduh bagi bumi.
Dalam skenario kedua tersebut, pembiayaan menjadi lebih murah daripada skenario pertama. Meskipun, semurah-murah biaya dan upaya yang diperlukan tidak dapat dikatakan sedikit.
Namun, tujuan penelitian ini lebih pada pengaruh potensial solusi daripada sekedar penghitungan biaya logistik. ***