RELIGI | TD – Dua kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang hingga kini tidak dapat diungguli oleh orang lain adalah selalu memaafkan dan juga selalu dapat menahan amarah.
Begitu mulianya Nabi Muhammad SAW dengan kedua sifatnya tersebut sering disampaikan dalam berbagai kisah tentang bagaimana beliau menerima cemoohan, bahkan ludahan dan percobaan pembunuhan dari orang-orang yang sesungguhnya tidak mengenal ia secara pribadi.
Salah satu kisah mengenai betapa lapangnya hati Nabi Muhammad SAW adalah ketika dalam Perang Uhud. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW terluka hingga jatuh dan tersungkur. Kemudian seorang sahabat yang menghampiri beliau mengatakan supaya Nabi memohon saja kepada Allah Swt untuk membunuh semua musuh yang telah menyebabkan is tersungkur.
Namun, Nabi Muhammad justru menjawab usulan sahabat tersebut dengan perkataan yang sangat bijaksana:
“Aku tidak diutus untuk mencelakakan manusia, tetapi aku diutus sebagai penyeru kebaikan dan menanamkan kasih sayang. Ya, Allah! Berikanlah petunjuk umatku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Kisah lain yang tertulis dalam Hadis Riwayat Bukhari mencatat sabda Nabi Muhammad SAW ketika ia menerima kemarahan seseorang. Dikatakan Nabi menanggapi kemarahan tersebut dengan senyum, kemudian berkata kepada para sahabatnya:
“Janganlah kamu marah. Janganlah kamu marah. Janganlah kamu marah.”
Dalam banyak kisah lainnya diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW sering menerima perilaku buruk, yaitu diludahi. Namun, ia tidak pernah sekalipun marah, membalas, memaki, atau bahkan memukul. Sebaliknya, Nabi selalu memaafkan dan mendoakan orang tersebut.
Bahkan, pernah suatu kali ada orang yang sering meludahi Nabi tidak bertemu dalam satu hari. Nabi Muhammad SAW kemudian mencari orang tersebut yang ternyata sedang sakit. Setelah menjenguknya, berubahlah pemahaman orang tersebut hingga ia pun mulai memeluk Islam.
Rasulullah SAW juga pernah disergap oleh seorang Badui dengan melilitkan sebuah sorban ke leher Nabi. Setelah ditanya, orang tersebut menjawab melakukan hal tersebut karena Nabi tidak pernah membalas kejahatan yang pernah dilakukan orang-orang kepadanya.
Kisah lain yang lebih menegangkan adalah ketika Nabi Muhammad SAW melakukakn perjalanan dakwah ke Kota Thaif. Namun, ketika sampai, masyarakat di sana menolak Nabi dan melemparinya dengan batu hingga kedua kakinya berlumuran darah.
Kemudian turunlah Malaikat Jibril As yang menawarkan untuk membunuh mereka semua yang membuat Nabi terluka. Namun, Nabi Muhammad SAW justru menolaknya, dan mendoakan orang-orang tersebut agar diampuni Allah Swt dan juga diberi hidayah.
Percobaan pembunuhan juga tidak sekali dua kali dialami oleh Rasulullah SAW. Di antaranya ketika Mekah belum ditaklukkan oleh umat Islam, orang-orang di sana, yaitu Bani Quraisy, terkenal tidak suka kepada Rasulullah dan sering menyerang orang Islam.
Di antara serangan-serangan Bani Quraisy, misalnya saat mereka menindih Bilal Rabah RA, salah satu sahabat Nabi, dengan batu besar dan mencambukknya. Menghadapi hal ini, Nabi Muhammad bersikap memaafkan dan tidak membalas mereka.
Demikianlah beberapa sikap memaafkan dan juga menahan amarah yang merupakan kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang patut kita teladani. (Pat)