Regulasi Anti Deforestasi Uni Eropa (EUDR) menjadi salah satu topik utama yang mempengaruhi perdagangan global, khususnya dalam sektor komoditas. Dengan tujuan utama untuk mencegah produk terkait deforestasi masuk ke pasar Uni Eropa, EUDR membawa tantangan sekaligus peluang strategis, terutama bagi negara penghasil komoditas besar seperti Indonesia.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, Koltiva, perusahaan teknologi pertanian yang fokus pada rantai pasok berkelanjutan, mengadakan BeyondTraceability Talks. Forum ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan industri untuk membahas kepatuhan terhadap EUDR. Acara ini menghadirkan sejumlah pakar, antara lain Ainu Rofiq (Co-Founder & Board Member Koltiva), Diah Suradiredja (Sekretariat Pengembangan National Dashboard di Kemenko Perekonomian RI), dan Insan Syafaat (Direktur Eksekutif PISAgro). Diskusi ini mengeksplorasi dampak regulasi terhadap ekspor Indonesia dan strategi untuk memastikan keberlanjutan dalam rantai pasok global.
Penerapan EUDR yang tertunda selama 12 bulan memperlihatkan kompleksitas implementasinya, memberikan waktu lebih bagi industri, tetapi juga menyoroti kekhawatiran terhadap dampaknya pada perdagangan global. Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil komoditas utama, harus berinvestasi besar dalam teknologi ketertelusuran, proses sertifikasi, dan peningkatan kapasitas, khususnya untuk petani kecil yang seringkali kesulitan memenuhi standar internasional.
“Regulasi ini membawa tantangan besar bagi petani kecil,” kata Ainu Rofiq. “Tanpa dukungan yang tepat, mereka berisiko tertinggal dan tidak bisa memenuhi persyaratan kepatuhan, yang mengarah pada keterisolasian dalam pasar global.”
Meskipun tantangannya besar, terdapat beberapa solusi yang dapat membantu, seperti optimalisasi teknologi, verifikasi lapangan, dan model bisnis inklusif. Koltiva mengembangkan pendekatan terintegrasi yang memastikan transparansi dan akuntabilitas, sehingga bisnis dapat memenuhi persyaratan EUDR sembari mendukung petani kecil. Dengan penerapan penuh EUDR pada tahun 2026, waktu semakin mendesak untuk mempersiapkan sistem yang memenuhi kepatuhan. Mengingat pentingnya keberlanjutan dalam perdagangan global, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan penyedia teknologi menjadi kunci untuk menjaga daya saing Indonesia di pasar internasional.
Ketertelusuran Berbasis Teknologi untuk Kepatuhan EUDR
Sektor pertanian Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian, dengan nilai ekspor yang besar, namun juga menghadapi tantangan terkait deforestasi dan emisi gas rumah kaca akibat perubahan penggunaan lahan. Selain itu, sektor ini juga terbentur keterbatasan teknologi, yang mempengaruhi kualitas produk dan efisiensi produksi. Untuk mendukung petani kecil dalam menghadapi regulasi ketat Eropa, pemerintah Indonesia tengah merancang National Dashboard, sebuah sistem data terintegrasi untuk memastikan transparansi dan ketertelusuran dalam rantai pasok.
Rofiq menyarankan agar bisnis beralih dari manajemen rantai pasok yang reaktif menjadi lebih proaktif dengan berinvestasi dalam teknologi ketertelusuran. “Perusahaan yang gagal memantau praktik sumber daya mereka akan menghadapi risiko kehilangan akses pasar, serta dampak hukum dan reputasi,” jelas Rofiq. Untuk tetap kompetitif, perusahaan harus mengutamakan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasok mereka.
Verifikasi Lapangan dan Keterlibatan Langsung
Selain teknologi digital, Ainu Rofiq menekankan pentingnya keterlibatan langsung di lapangan untuk memastikan keberlanjutan. “Mengandalkan laporan digital saja tidak cukup. Klaim keberlanjutan harus diverifikasi di lapangan,” ujar Rofiq. Oleh karena itu, Koltiva menggabungkan teknologi dengan keterlibatan langsung, seperti audit lapangan dan pelatihan teknik pertanian berkelanjutan, untuk membangun kredibilitas dan menciptakan dampak yang lebih nyata.
Memberdayakan Petani Kecil untuk Daya Saing Global
Lebih dari sekadar kepatuhan, pemberdayaan petani kecil dengan keterampilan yang tepat sangat penting agar mereka tetap dapat bersaing di pasar global. Program yang menggabungkan pelatihan digital dan tatap muka memberikan petani dengan keterampilan penting, termasuk literasi keuangan dan pemahaman regulasi. Dengan mempersiapkan petani kecil untuk memenuhi standar internasional, Koltiva berperan dalam meningkatkan produktivitas mereka dan membuka akses pasar global.
“Mendidik petani kecil adalah kunci agar mereka tidak terpinggirkan dari rantai pasok global,” ujar Rofiq. “Dengan keterampilan yang tepat, kita membantu mereka untuk meningkatkan pendapatan dan daya saing.”
Dengan semakin ketatnya regulasi EUDR, bisnis harus siap beradaptasi dan memanfaatkan peluang untuk mendorong perubahan dalam praktik keberlanjutan. Perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi ketertelusuran dan pemberdayaan petani kecil akan dapat memastikan kepatuhan, sekaligus memperkuat posisi mereka di pasar internasional.
Seiring dengan perkembangan regulasi, bisnis yang fokus pada transparansi dan inovasi akan memiliki posisi terbaik untuk bertahan dan berkembang. Mematuhi EUDR bukan hanya tentang kepatuhan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi petani kecil dan memastikan keberlanjutan perdagangan global. Saksikan diskusi lebih lanjut dalam BeyondTraceability Talks terbaru yang diselenggarakan Koltiva di: https://www.koltiva.com/beyond-traceability-talks-vol2.
Tentang KOLTIVA
KOLTIVA menyediakan solusi berbasis teknologi untuk digitalisasi agribisnis dan membantu petani kecil beralih ke praktik pertanian berkelanjutan dan ketertelusuran sumber daya. Dengan jaringan global yang luas, KOLTIVA berfokus pada pengembangan rantai pasok yang etis, transparan, dan berkelanjutan. Saat ini, KOLTIVA beroperasi di lebih dari 66 negara, mendukung lebih dari 17.900 perusahaan dan memberdayakan lebih dari 1.810.000 petani di seluruh dunia untuk meningkatkan pendapatan mereka.