Dampak Sampah di Pasar Rubuh: Cerita Warga dan Solusi untuk Lingkungan

waktu baca 4 menit
Senin, 13 Jan 2025 12:44 0 30 Redaksi

KOTA TANGERANG | TDDi tengah hiruk-pikuk aktivitas ekonomi di Pasar Rubuh, terdapat sebuah sudut kecil yang jarang menjadi sorotan, yaitu Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang terletak di Jalan KH. Ahmad Dahlan, RT 004/RW 003, Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang.

Lokasi TPS ini sangat strategis, berada tepat di pinggir jalan raya dan berhadapan langsung dengan pasar. TPS ini dibangun di atas tanah pinjaman perumahan untuk menampung limbah dari 12 RW di Kelurahan Petir.

Sampah yang menumpuk di TPS ini terdiri dari berbagai jenis, mulai dari limbah pasar, rumah tangga, plastik, hingga limbah organik lainnya. Setiap harinya, terdapat 2-5 armada truk pengangkut sampah yang beroperasi.

Sampah diangkut dari setiap rumah mulai pukul satu siang. Para pengangkut sampah mengunjungi setiap rumah yang menjadi bagiannya, lalu membawa sampah tersebut ke TPS. Limbah kayu dari perabotan rumah tangga biasanya dibungkus plastik agar tidak bercampur dengan jenis sampah lainnya.

Namun, ukuran TPS yang terlalu kecil, ditambah dengan limbah yang terus berdatangan dan pengelolaan yang kurang efektif, seringkali menyebabkan sampah meluber hingga ke bahu jalan. Masyarakat yang enggan membayar iuran sampah seringkali membuang sampah secara sembarangan, bahkan ada yang membuangnya di bahu jalan.

Meski lokasinya strategis, keberadaan TPS ini memicu berbagai persoalan. Hal ini semakin parah saat malam minggu tiba, ketika jumlah kendaraan melonjak. Sampah di tempat ini sebagian besar badan jalanan, menyisakan hanya satu jalur untuk mobil. Jalanan yang seharusnya bisa dilalui dua arah kini hanya dapat dilalui satu mobil, mengakibatkan kemacetan panjang.

Masyarakat sekitar, baik yang berdagang di pasar maupun yang tinggal dekat TPS, sering mengeluhkan kemacetan dan bau menyengat yang mengganggu aktivitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari mereka.
“Posisi TPS dan pasar memang agak jauh, namun saat sampah diangkut, bau busuknya sangat kuat dan itu mengganggu kenyamanan kami dan para pelanggan,” ungkap Jaruah, seorang pedagang pasar, Minggu, 12 Januari 2025.

Meskipun pemerintah sering menambah muatan truk pengangkut, masalah ini tetap tidak teratasi. Tindakan masyarakat dalam mengelola sampah sangat dibutuhkan. Permasalahan TPS ini adalah tanggung jawab bersama, dan inti dari permasalahan ini adalah pengelolaan limbah yang kurang efektif.

Dari data yang diperoleh, volume sampah yang dihasilkan di TPS ini kebanyakan adalah limbah organik. Hal ini menunjukkan perlunya program komposting dan pemisahan sampah di sumbernya. Selain itu, banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik, sehingga edukasi dan kampanye kesadaran sangat diperlukan.

“Kami sering melihat orang membuang sampah rumah tangganya sembarangan. Mereka sengaja tidak menggunakan jasa tukang pengangkut sampah agar tidak membayar iuran bulanan. Mungkin mereka merasa keberatan, padahal iuran ini hanya dua puluh ribu rupiah saja per bulan,” kata Suharto, seorang pengangkut sampah.

“Dampak yang mereka timbulkan membuat pekerjaan pengangkut sampah ke truk bertambah, yang tentu saja memakan banyak waktu dan menyebabkan kemacetan,” imbunya.

Keberadaan TPS ini lebih dari sekadar tempat akhir limbah masyarakat di Kelurahan Petir. TPS ini mencerminkan bagaimana tindakan masyarakat dalam mengelola dan menghadapi persoalan sampah sehari-hari. Edukasi, kampanye, dan penegakan hukum demi terciptanya kesadaran masyarakat harus dilakukan secara berkelanjutan.

Melalui penyuluhan di sekolah-sekolah, komunitas, dan tempat umum, masyarakat dapat diberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Kegiatan seperti lomba kebersihan dan program penghargaan bagi warga yang aktif menjaga kebersihan lingkungan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat.

Keberhasilan pengelolaan TPS di Pasar Rubuh tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Dengan kerjasama yang baik antara semua pihak, diharapkan masalah sampah di TPS ini dapat teratasi, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat.

Dengan langkah-langkah yang tepat dan komitmen dari semua pihak, diharapkan TPS di Pasar Rubuh tidak lagi menjadi sumber masalah, melainkan dapat berfungsi dengan baik demi kenyamanan dan kesehatan lingkungan sekitar.

Penulis: Tansya Rahmalia, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)

LAINNYA