TANGERANG | TD – Konferensi Perubahan Iklim COP28 akan diadakan selama 30 November hingga 12 Desember 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab.
Badan iklim milik PBB atau Conference of the Parties of the United Nations Climate Change Conference (COP of the UNFCCC) merupakan pertemuan tahunan yang diadakan untuk mengevaluasi langkah-langkah yang telah dilakukan berbagai pihak di seluruh dunia untuk melaksanakan Perjanjian Paris demi mempertahankan iklim yang baik bagi makhluk hidup di bumi.
Salah satu poin yang diperjuangkan dalam COP adalah menahan laju kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius sejak Perjanjian Paris ditandatangani.
Konferensi internasional tersebut juga merupakan kesempatan untuk membuat komitmen baru untuk mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca yang berpotensi dalam kenaikan suhu global.
Langkah-langkah tersebut misalnya transisi energi, reformasi penggunaan lahan, memperbaiki sistem pangan, memberikan dukungan untuk memberikan solusi bagi negara-negara yang rentan, mengenalkan teknologi inovasi yang mendukung ketahanan iklim, dan mempererat kerja sama antar negara dalam menghadapi perubahan iklim.
Uni Emirat Arab (UEA) telah mengusahakan langkah-langkah keberlanjutan dalam perubahan iklim sejak bertahun-tahun, bahkan sebelum Perjanjian Paris 2015. Negara tersebut juga tercatat menjadi yang pertama mengumumkan keputusan mereka untuk mencapai target net zero emission pada tahun 2050.
Selain itu, yang perlu diperhatikan, Uni Emirat Arab merupakan negara penghasil minyak bumi terbesar ketujuh pada tahun 2019. Dikutip dari laman EIA, lembaga administrasi dan informasi milik Amerika Serikat, UEA berencana meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah mereka dari 3,5 juta barel per hari hingga menjdi 5 juta barel per hari pada tahun 2030. Hal yang berkebalikan dengan program transisi energi dan penghindaran penggunaan bahan fosil yang menyumbang efek rumah kaca terbesar.
Langkah-langkah aktif UEA dalam menahan laju perubahan iklim antara lain adalah teknologi dan proyek penangkapan karbon, penyimpanan dan penggunaannya. Teknologi ini bahkan telah mulai diterapkan UEA pada 2009.
Langkah terdepan UEA dalam energi bersih juga terlihat dalam kerjasama UES-AS dalam percepatan energi US-UAE Partnership to Accelerate Transition to Clean Energy (PACE) bersih bernilai 100 miliar dolar yang mempunyai target pencapaian manfaat iklim dan energi bersih pada tahun 2035. Ini dikutip dari laman pemerintah resmi Amerika Serikat whitehouse. (pat)