TANGERANG | TD – Produksi vaksin Covid-19 AstraZeneca yang berperan dalam penanggulangan penularan Covid tak lepas dari kejeniusan peneliti asal Indonesia, Carina Joe. Dalam produksi vaksin tersebut, Carina Joe berada di bawah Jenner Institute yang dimiliki Universitas Oxford, Inggris.
Berikut ini riwayat dan peran Carina Joe dalam produksi vaksin Covid-19 yang populer tersebut.
Masa Kecil Carina Joe Hingga Berkuliah
Carina Joe lahir di Jakarta. Ia tinggal bersama orang tuanya di Tanjung Duren, dan menyelesaikan SD hingga SMAK di Tanjung Duren.
Saat berada di SMAK, yaitu BPK Penabur Tanjung Duren, Carina Joe menyimak penjelasan guru biologinya mengenai bioteknologi sebagai bidang akademik yang sedang diminati di luar negeri. Dari sinilah Carina Joe kemudian tertarik.
Carina Joe kemudian berkuliah di University of Hongkong dan mempelajari biologi molekuler. Ia menyelesaikan S1-nya dalam waktu hanya 3 tahun.
Mendapat Tawaran Magang di Perusahaan Pemerintah Australia
Namun, terprovokasi oleh orang tuanya yang pesimis dengan masa depan bioteknologis, Carina Joe kemudian melanjutkan pendidikan kulinari di Australia selama 2 tahun dan bekerja sebagai koki selama 1,5 tahun.
Karena teringat akan minatnya di bidang mikrobiologi, Carina Joe berhenti memasak dan kembali mendaftarkan diri berkuliah di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) pada jurusan Bioteknologi.
Sembari berkuliah, Carina Joe juga magang di perusahaan pemerintah Australia yang bergerak di bidang manufaktur biologi. Dari perusahaan inilah Carina mempunya bekal teknik produksi protein berbasis molekul. Pengetahuan teknik yang dikuasai Carina merupakan basis untuk memproduksi molekul baru, virus, vaksin, dan antibodi monoklonal dalam skala komersial.
Dari pengabdiannya kepada pemerintah Australia, bahkan Carina Joe mendapat beasiswa sekaligus gaji untuk melanjutkan kuliah PhD di sana. Dan dari segelintir orang yang meraih setifikat Current Good Manufacturing Practice (CGMP), yaitu sertifikasi kelayakan produksi obat atau produk kesehatan lainnya untuk manusia, Carina Joe merupakan salah satunya.
Setelah 6 tahun kuliah dua jenjang dan bekerja selama satu tahun di Australia, kemampuan Carina Joe berada di titik mencipta vaksin hepatitis B dengan kemanjuran hingga 10 kali dari vaksin yang beredar di pasaran.
Carina Joe juga menciptakan teknologi untuk menangani kanker otak dan glioblastoma. Dalam hal ini, perusahaan tempat bekerja Carina Joe menjalin kemitraan dengan Abbott atau AbbVie untuk uji klinis.
Penelitian Covid-19 yang Mendahului Pandemi
Pada tahun 2019, sebelum virus Covid-19 merebak, perusahaan kompetitor dari perusahaan tempat Carina Joe bekerja, menawarinya pekerjaan. Hal inilah yang kemudian memantik Carina untuk pindah ke luar negeri. Ditambah pula, atasannya menganjurkannya belajar hal baru di benua lain.
Keputusan Carina Joe membidik Oxford University untuk melanjutkan profesinya sebagai peneliti berdasar posisi yang akan ia dapatkan membantunya belajar lebih dalam mengenai bekerja di dalam laboratorium.
Di Oxford University, Carina Joe bekerja di dalam laboratorium basah dan menangani vektor virus, yang jauh berbeda dengan yang ia tangani di Australia. Namun, karena teknologi di Oxford jauh lebih sederhana daripada perusahaan manufaktur bioteknologi di Australia, Carina Joe harus mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
Pada Januari 2020, saat Covid-19 merebak, proyek yang didapatkan atasan Carina Joe mengharuskan mereka memproduksi 3 miliar dosis vaksin.
Beralihnya Proyek Vaksin Rabies
Pengalaman Carina Joe di bidang manufaktur dan tenaga riset vaksin, membuat harapan terpenuhinya kebutuhan vaksin yang besar bukan hal mustahil. Bahkan kemampuan Carina Joe dapat mempersingkat waktu, untuk 1,5 tahun proses yang dilakukan oleh peneliti lain dalam memproduksi vaksin, Carina hanya memerlukan 1,5 bulan.
Saat itu, proyek-proyek vaksin yang ada, termasuk proyek vaksin rabies dialihkan untuk proyek vaksin Covid-19. Sebelumnya, Carina Joe juga berhasil menangani proyek vaksin lassa, dan ebola.
Carina Joe bahkan bekerja selama 16-18 jam setiap hari, bahkan di hari Minggu, agar dapat memastikan keberhasilan masing-masing tahap dari produksi vaksin yang ditunggu oleh seluruh dunia tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan produksi, Carina Joe kemudian bekerja sama dengan beberapa perusahaan di bawah bantuan Asosiasi Bioindustri. Carina memberikan data dan bagaimana cara melakukan produksi vaksin kepada perusahaan-perusahaan tersebut, serta memantau produksi mereka secara online.
Hal itu berlangsung lebih dari 6 bulan. Dan kesehatan Carina Joe, yang bekerja sendirian di laboratorium khususnya di Oxford University, sempat dipertaruhkan. Ia harus bekerja meskipun jika tubuhnya menjadi sakit.
Demikianlah riwayat dan sepak terjang Carina Joe dalam keahlian meneliti dan memproduksi vaksin. Dan atas perannya tersebut, Carina Joe mendapat hak paten atas vaksin AstraZeneca bersama beberapa orang ahli lainnya. Semoga riwayat ini menginspirasi siapa saja yang membaca. (*)