TASIKMALAYA | TD — Suasana penuh keceriaan menyelimuti komplek SMA Serba Bakti Suryalaya, Kabupaten Tasikmalaya, pada Senin, 1 September 2025. Lebih dari 500 anak-anak dari berbagai lembaga pendidikan usia dini, mulai dari PAUD, TK hingga Kelompok Bermain (Kober), memadati area tersebut untuk mengikuti rangkaian acara puncak Tasyakur Milad ke-120 Pondok Pesantren Suryalaya. Riuh rendah suara mereka, bercampur dengan tawa polos dan semangat yang meluap, menjadikan perayaan hari jadi pesantren di Kecamatan Pagerageung ini terasa hidup dan penuh warna.
Salah satu kegiatan yang menjadi magnet perhatian adalah lomba mewarnai. Bagi anak-anak, ajang ini bukan sekadar kompetisi, melainkan kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas. Dengan pensil warna di tangan, mereka seakan bebas menuangkan imajinasi menjadi karya penuh makna. Panitia sengaja memilih lomba ini untuk memberikan ruang eksplorasi dan melatih konsentrasi generasi usia dini.
Acara tersebut semakin istimewa karena dihadiri langsung oleh Pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya, KH. Ahmad Masykur Firdaus Arifin, beserta istri, Pangersa Ummi Hajah Yoyoh Sopiah. Kehadiran tokoh-tokoh pendidikan pun menambah semarak, di antaranya para ketua HIMPAUDI, IGTKA, dan IGRA dari wilayah Pagerageung dan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Momen ini menjadi simbol eratnya kolaborasi antara pesantren dan lembaga pendidikan anak usia dini di sekitar.
Di sela kegiatan, awak media berkesempatan berbincang dengan Wakil Bunda PAUD Kabupaten Tasikmalaya, Khifayati Nursetiana, yang juga merupakan istri Wakil Bupati Tasikmalaya. Dalam wawancara, ia menekankan bahwa lomba mewarnai memiliki makna lebih dari sekadar adu keterampilan. “Bagi anak-anak, mewarnai adalah ruang untuk menyalurkan ide-ide liar dan imajinasi yang kadang tak terbatas. Dari sana, kita bisa melihat jati diri dan karakter mereka mulai terbentuk,” ujarnya.
Khifayati juga menyoroti kiprah organisasi IBU BELLA (Beres Laku Lampah) yang berperan aktif dalam mendampingi perkembangan anak-anak di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya. Ia menegaskan, peran seorang ibu dalam mendidik anak tidak bisa digantikan. “Dengan kasih sayang dan perhatian, seorang ibu dapat membentuk anak-anak yang cerdas sekaligus berkarakter. Melalui IBU BELLA, kita berharap lahir generasi penerus yang lebih baik,” tambahnya dengan penuh keyakinan.
Menurutnya, kegiatan positif seperti ini seharusnya tidak hanya berhenti di Suryalaya, tetapi juga bisa digelar di berbagai daerah lain di Tasikmalaya. Dengan begitu, manfaatnya dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat.
Mengenai peringatan Milad ke-120 Pondok Pesantren Suryalaya, Khifayati memberikan apresiasi yang tinggi. Ia melihat bahwa perayaan ini tidak hanya bernuansa seremonial, melainkan benar-benar menyentuh banyak aspek kehidupan, mulai dari sosial, pendidikan, keagamaan, hingga ekonomi masyarakat. “Tasyakur Milad ke-120 Suryalaya membuktikan bahwa pesantren mampu menjalin sinergi dengan semua kalangan, tanpa membeda-bedakan,” jelasnya.
Salah satu bentuk nyata kolaborasi itu dapat disaksikan dalam kegiatan Pawai Nataru, di mana masyarakat dengan sukarela membawa hasil bumi dan sumbangan lain sebagai bentuk kepedulian dan dukungan kepada Pondok Pesantren. Hal tersebut, menurutnya, menjadi bukti bahwa Suryalaya masih memiliki tempat istimewa di hati umat.
Lebih jauh, Khifayati berharap pesantren ini terus melahirkan masyarakat yang rukun, damai, dan bersatu, tidak hanya di lingkup Kabupaten Tasikmalaya, tetapi juga meluas ke seluruh Indonesia. Pesantren, baginya, adalah tiang yang mampu menjadi perekat umat sekaligus pusat pendidikan yang berorientasi pada kemajuan bangsa dan agama. “Suryalaya adalah aset bangsa yang harus dijaga bersama. Dari sini, kita meneguhkan kembali semangat untuk agama, masyarakat, dan negara,” pungkasnya. (*)